Friday 20 September 2013


JODOH UNTUK KAKAKKU (BROTHER)

            Jam diHPku sudah menunjukkan pukul 05.00 WITA. Terdengar  suara adzan subuh, namun aku tetap tidur. Kepalaku terasa digoncangkan, aku berusaha membuka mataku yang masih sangat berat. “Hei… cepat bangun, sholat..sholat…”. terdengar suara kakakku Hanif yang ternyata menarik bantal kepalaku. “iya.. tunggu dulu. Masih ngantuk”. Ucapku dengan malas. “sholat dulu baru tidur lagi”. Diapun menceramahiku. Akhirnya aku bangun dengan wajah yang kusut untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat kuputuskan untuk melanjutkan tidurku lagi, mumpung ini masih libur jadi aku bisa bermalas-malasan.
            Kulihat sinar matahari disela-sela jendelaku yang ternyata sudah sangat terang. Akupun bangun dengan rasa malas. “jam segini baru bangun. Dasar malas”. Tegur kakak perempuanku yang bernama Yanti. Aku hanya diam seolah tidak mendengar ocehannya. “jadi cewek itu harus rajin, jangan malas-malasan. Mana ada cowok yang akan tertarik sama kamu kalau kamu begini terus”. Colotehnya lagi. Kakakku ini memang selalu memarahiku jika aku bermalas-malasan. Tapi, walaupun dia cerewet, dia sangat sayang padaku. Dia bagaikan pengganti ibuku yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Aku bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku bernama yanti dan kakakku yang kedua bernama Hanif. Walaupun mereka sering mengomeliku tapi aku tahu mereka sangat menyayangiku.
>>> 
            Hari ini aku merasa sangat bosan, waktuku hanya kuhabiskan dengan nonton TV, makan dan tidur. Hanya kegiatan itu yang kulakukan setiap libur semester. “kak… jalan yuk”. Ajakku pada kakakku Hanif. “malas…” ucapnya jutek. Aku kesal melihat sikapnya itu. “aku bosan dirumah terus”. Akupun sedikit memaksanya. Dia melihatku dengan kesal, namun  tidak mengucapkan sepatah katapun. “baiklah kalau kakak tidak mau, aku jalan sendiri saja”. Ucapku mengalah.
            Setelah pulang, aku masih melihat kakakku Hanif duduk ditempat yang sama, sepertinya dia tidak pernah beranjak dari tempat itu. wajahnya terlihat sangat murung. Kucoba menghampiri dia. “kakak kesal gara-gara aku?” ucapku membuka percakapan. Dia hanya terdiam, dengan pandangan yang kosong. “maaf. Kalau aku membuat kakak bad mood”. Ucapku lagi dengan rasa bersalah. “ini bukan salah kamu”. katanya tanpa melihatku. Akupun semakin penasaran dengan sikap anehnya ini. “kalau bukan salah aku, terus kenapa kakak sedih begini?” sifat kepokupun mulai muncul. “nanti aku ceritakan tapi sekarang aku ingin sendiri dulu. Pergi sana”. Diapun beranjak dari tempatnya menuju kekamarnya. Aku sedikit khawatir dengan sikap anehnya itu.
>>> 
            “selamat pagi kak…” ucapku penuh semangat pada kakakku Hanif yang baru keluar dari kamarnya. “tumben kamu bangun sepagi ini”. ucapnya sedikit bingung. “bangun pagi salah, bangun kesingan juga salah… serasa hidupku serba salah”. Akupun sedikit kesal. “kakak Cuma bercanda. Jangan kesal begitu”. Dia sedikit menghiburku. Ekspresi kesalku kini berubah menjadi wajah yang penasaran, akupun mengungkit masalah kemarin yang sempat membuatnya galau seharian penuh. “kemarin kakak kenapa?”. Tanyaku dengan wajah serius. “dasar kepo… mau tahu urusan orang aja”. Ucapnya ketus. wajah penasaranku kini berubah kembali menjadi kesal. “iii… katanya mau cerita. Ujung-ujungnya bikin penasaran”. Seruku masih kesal. “nanti kamu akan tahu sendiri. Lagian aku lagi malas membahasnya”. Ucapnya sambil duduk disofa. Karena aku masih tidak bisa membendung penasaranku, akhirnya akupun duduk didekatnya.
Dilihat dari raut wajahnya, kini dia lebih baik dari pada kemarin. Tapi, mendung kegalauan masih terlihat menyelimutinya. “kenapa kamu melihat aku seperti itu”. ucap kak Hanif protes ketika aku mengamati wajahnya. “kelihatannya kadar kegalauan kakak lebih berkurang dari kemarin. Dilihat dari indikasinya susah tersenyum, selalu marah, kebanyakan diam dan dengar lagu galau. Menimbulkan efek samping susah tidur dan makan. Pasti kakak terkena penyakit patah Hati. hahaha”. Ucapku seperti dokter cinta yang berpengalaman diikuti gelak tawaku. “jangan pakai bahasa farmasi kamu, aku tidak mengerti”. Seru kak Hanif jutek. “ilmu itu harus diaplikasikan kak, supaya bisa bermanfaat”. Ucapku tidak mau kalah. “apanya yang bermanfaat, malah bikin tambah pusing. Pergi sana aku mau sendiri”. Diapun mengusirku lagi.
>>> 
Aku tiba-tiba terbangun, kulihat HPku, ternyata ada 3 panggilan yang tidak terjawab. Kulihat nama yang tertera pada layar HPku. Ternyata panggilan itu dari Mary pacar kakakku. Kenapa dia bisa menelpon, apa dia punya masalah dengan kak Hanif. Pikirku sejenak.
“kak tadi Mery menelpon diHPku, apa kakak ada masalah dengannya?” tanyaku saat melihat kak Hanif sedang nongkrong didepan TV. Dia hanya terdiam tidak ada niat untuk menjawab pertanyaanku. “ditanya malah tidak menjawab, aku Tanya Mery langsung aja”.akupun mengambil HPku dan mencari nomornya dikontak HPku.
Saat aku akan menelponnya, tiba-tiba HPku berbunyi dan ternyata dia yang menelpon. Aku segera mengangkatnya. “Halo, Assalamu Alaikum”. Ucapku. “walaikum Salam…” ucapnya dengan nada halus. Cewek berperawakan putih dengan rambut panjang lurus dan mempunyai mata yang bulat ini, memang sangat baik dan dia lebih dewasa dari pada aku, padahal aku lebih tua satu tahun dari dia. “bisa bicara dengan Rara?”. Ucapnya masih dengan suara halus. “iya, ini aku. Kenapa Mery?” ucapku tanpa basa-basi. Sebenarnya aku agak bingung karena dia tidak pernah menelponku. Kami hanya sering SMSan, dan kami juga  tidak terlalu dekat. Aku hanya pernah melihat dia sekali, saat dia datang kerumahku waktu idul fitri tahun lalu.  “kak Hanif ada?” ucapnya dengan nada suara yang berbeda. “iya… dia sedang nonton TV. Kamu mau bicara sama dia?”. Ucapku sambil melihat kearah kak Hanif yang masih terfokus pada acara TV.  “tidak.. tidak usah. Aku mau bicara sama kamu?” ucapnya. Sepertinya dia ada masalah dengan kak Hanif, sampai-sampai dia harus menelponku untuk menanyakan kabar kak Hanif. “ooo.. ada apa?”. Ucapku agak bingung. “sebenarnya aku mau curhat sama kamu?”. kini suaranya berubah menjadi serak. Seakan dia menahan tangisnya. “ kamu kenapa? Apa kak Hanif menyakitimu? Apa dia selingkuh dengan wanita lain?”. tanyaku seperti wartawan infotaiment. “tidak… kak Hanif sangat baik sama aku. Tapi, aku yang menyakitinya”. ucapnya dengan isak tangis.
Aku berusaha menjalankan logikaku dengan mengaitkan perubah sikap kakakku akhir-akhir ini. “memang ada masalah apa diantara kalian?” aku berusaha untuk tetap tenang tidak ingin terbawa emosi. “orang tuaku tidak merestui hubungan aku dan kak Hanif. Orang tuaku menginginkan aku dan kak Hanif putus”. Kini tangisnya semakin keras. aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. “sabar… mungkin ini rintangan untuk menguji seberapa besar cinta kalian”. ucapku berusaha untuk menghibur, walaupun kata-kata itu keluar dari refrensi film Korea yang ku nonton.  Ya maklum saja aku belum merasakan jatuh Cinta. Aku masih mendengar isak tangisnya, sepertinya dia sangat tertekan dengan situasi cintanya saat ini. “kalau kalian jodoh, pasti akan ada jalan  untuk mempersatukan kalian”. ucapku lagi dengan mengutip lirik lagu. “saat ini aku sangat bingung. Aku tidak ingin putus dengan kak Hanif tapi aku juga tidak mau membuat orang tuaku marah”. Kini isak tangisnya sedikit meredah. “kalau menurut aku, kamu sebaiknya menjelaskan keseriusan hubungan kamu dan kak Hanif, tapi dengan cacatan jangan berkata kasar pada mereka dan kamu harus menjaga emosi kamu”. ucapku dengan bijak. “makasih ya atas sarannya. Semoga aku dan kak Hanif bisa mempertahankan hubungan kami”. Ucapnya penuh pengharapan. “ingat disamping usaha jangan lupa berdoa”. Ucapku lagi sebelum mengakhiri pembicaraan.
>>> 
Jam sudah menunujukkan pukul 20.00 WITA, seperti biasanya aku sudah nongkrong didepan TV menonton drama korea favoritku, walaupun aku harus berjuang mendapatkan remote control dari kakakku Yanti. “setiap malam nonton korea terus, apa kamu tidak bosan?” ucapnya agak kesal karena aku yang mendapatkan remotenya. “tentu aku tidak bosan, ceritanya selalu menarik, susah ditebak”. Ucapku penuh semangat. Karena capek berdebat akhirnya dia pergi tidur bersama Ryan keponakanku. Akhirnya aku bisa juga menikmati drama ini. tapi, itu tidak berlangsung lama karena kak Hanif sudah pulang dari rumah temannya.
“kenapa kakak pulang cepat?” tanyaku saat dia sudah duduk didekatku. “kamu tidak suka kalau aku pulang cepat?” ucapnya sewot. “tumben aja kakak pulang jam segini, biasanya pulang larut malam”. Ucapku memberi alasan.  Dia hanya diam. aku melihat tatapanya kosong. Terlihat raut wajah kesedihan diwajahnya.
“kak… sebenarnya aku sudah tahu masalah kakak dengan Mary?” ucapku dengan nada pelan. Diapun menatapku kaget. “Mery sudah menceritakan semuanya padaku”. Seruku lagi tanpa melihatnya. kualihkan pandanganku padanya. Dia tertunduk lesuh, wajahnya memerah mehan emosi. mungkin jika aku berada diposisinya, aku akan menangis tanpa henti. “jadi menurut kamu apa yang harus kulakukan?” ucapnya dengan suaran bergetar. “jika kakak memang benar-benar cinta sama dia, kakak harus memperjuangkannya”. “tapi, apa yang harus kuperjuangkan, orang tuanya tidak suka sama aku. Bahkan ibunya pernah menelponku untuk mengatakan agar aku menjauhi dia”. Kini suaranya sedikit meninggi. aku hanya terdiam. “aku memang sangat sayang sama dia, tapi aku tidak ingin menjalani hubungan tanpa restu seperti ini” ucap Kak Hanif lirih.  “maaf kak…”. Hanya itu yang dapat kukatakan, saat ini aku memang tidak tahu apa yang harus kulakukan. Disatu sisi aku tidak ingin mereka ingin putus. Tapi, di sisi lain hubungan mereka sulit dipersatukan. “aku harap semoga Allah SWT memberikan yang terbaik buat kami”. Terlihat kak Hanif sangat sedih.
>>> 
“selamat pagi kak?” ucapku penuh semangat menyapa kak Hanif yang baru bangun dengan wajah kusut. Dia mengabaikanku dan berjalan menuju kamar mandi. “dicuekin lagi”. Ucapku sedikit kesal.
“kak, bagaimana kabar Mary?” ucapku lagi setelah melihat dia keluar dari kamar mandi. “dia baik-baik saja”. Ucapnya dengan lesuh. “apa hubungan kalian sudah direstui?” tanyaku lagi tanpa henti, seakan ingin menggali informasi yang lebih mendalam. “sepertinya hubungan kami tidak bisa dipertahankan”. Dia terlihat sedih. “kenapa kakak semudah itu menyerah. Kakak harus memperjuangkan cinta kakak”. Aku berusaha untuk memotivasi kak Hanif yang kelihatan sangat frustasi. “apanya yang mau diperjuangkan, ini terlalu rumit”. Raut kesedihan diwajahnya semakin terlihat. “seharusnya kakak lebih berusaha lagi. Apa kakak tidak pernah menonton difilm, mereka memperjuangkan cinta mereka sampai titik darah penghambisan”. Ucapku penuh semangat membara. “hidup tidak seindah film-film korea”.serunya putus asa. “tapi apa salahnya kalau kakak lebih berusaha lagi. Tanpa usaha memang semuanya akan terasa sulit, dan tentunya harus dibarengi dengan doa”. Aku berusaha memberikan saran terbaikku.
Kak Hanif terlihat tertunduk, aku melihat pancaran kesedihan dalam dirinya begitu mendalam. “mungkin Allah menghadirkan dia bukan sebagai jodohku tapi sebagai pembelajaran dalam hidupku agar aku menjadi lelaki yang lebih baik lagi”. Ucapannya itu membuatku sedikit bingung. “kenapa kakak menyerah semudah ini”. aku agak terbawa emosi. “terus apa yang harus kulakukan? Apa aku harus kawin lari dengan dia”. teriaknya padaku. Wajahnya memerah, dia tampak sangat emosi. mungkin ini karena aku atau Mery.
Aku diam seribu bahasa. Suasana tampak hening. “maaf, kakak tidak bermaksud marah sama kamu”. ucapnya dengan nada menyesal. “aku juga minta maaf kak, tapi aku harap kak Hanif sama Mery bisa kembali bersama lagi”. Ucapku sekidit gugup. “kami berdua tidak bisa bersama lagi. Dia sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya”. Aku sangat kaget mendengar perkataan kak Hanif. Kualihkan pandanganku padanya. “apa??? Kakak jangan bercanda”. Ucapku tak percaya. “aku hanya berharap semoga lelaki itu bisa membahagiakan Mary”. Tampak setetes air mata mengalir dipipi Kak Hanif.
>>> 
“halo, Assalamu alaikum”. Ucap seorang gadis. Dari suaranya yang khas, aku tahu kalau yang menelpon adalah Mary. “walaikum salam”. Ucapku sedikit canggung. “apa kabar Rara?”. “Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri bagaimna kabarnya?” tanyaku balik. “aku kurang baik. orang tuaku menjodohkan aku dengan orang yang  tidak aku kenal. Sedangkan aku masih mencintai kak Hanif”. Kini suaranya terdengar agak serak. “sabar… aku sudah tahu ceritanya dari kak Hanif. Aku harap semoga kamu bisa bahagia dengan orang itu”. aku berusaha menghiburnya. “aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Orang tuaku sudah mengatur semuanya, mereka tidak mempedulikan perasaanku”. Ucapnya penuh emosi disertai tangis yang tidak terbendung lagi. “kamu jangan berkata begitu. Mungkin menurut orang tuamu dia adalah lelaki yang tepat untuk mendampingi kamu”. kataku dengan bijak. “nasi suah jadi bubur. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain menuruti kata mereka. Aku harap kamu dan kak hanif bisa datang kepernikahanku minggu depan”. Aku hanya diam. “kamu bisa datangkan”. Ucapnya lagi. “Mary… sebenarnya aku sangat ingin datang kepernikahanmu. Tapi, minggu depan aku harus ke Makassar karena aku sudah masuk kuliah”. Ucapku sedikit canggung. “padahal aku sangat mengaharapkan kehadiranmu. Tapi, kak Hanif bisa datangkan?” tanyanya lagi. Aku bingung apa yang harus kukatakan. “eee… aku tidak tahu. Tapi, nanti aku tanyakan sama kak Hanif”. “Tolong sampaikan pada kak Hanif kalau aku minta maaf sama dia dan aku harap dia bisa menghadiri pernikahanku”. Sepertinya dia merasa bersalah dengan kak Hanif. “iya aku akan sampaikan”. Ucapku. Diapun mengakhiri pembicaraan dan menutup teleponnya.
“kak… liat kak Hanif?” ucapku pada kak Yanti. “mungkin dia ada dikamar”. Ucapnya tanpa menoleh padaku. Akupun segera menuju kamar kak Hanif. Kulihat dia sedang menatap foto Mary. Terdengarpula lagu galau dari tape recordernya. “kak ada yang ingin aku katakan?” ucapku sambil masuk merenebos kekamarnya. “ada apa?” ucapnya lesuh. “Mary mengundang kakak kepernikahannya”. Kulihat dia mematikan tape recordernya dan mengalihkan pandangannya padaku. “tadi kamu bilang apa?” dia tidak mendengar perkataanku, mungkin juga dia pura-pura tidak dengar. “Mary mengundang kakak kepernikahannya dan dia juga mengundangku”. Ucapku dengan suara yang sedikit keras. “aku sudah tahu, dia juga pernah mengatakan langsung padaku”. Kini dia tampak tenang. “jadi kakak datangkan?” tanyaku lagi. “apa kamu juga akan datang?” tanyanya juga padaku. “sebenarnya aku ingin sekali datang. Tapi, aku juga harus balik kemakassar pada hari itu. dan aku harap kakak bisa datang”.
Diapun kembali menatap foto yang dari tadi dia pegang. “aku harap semoga wanita ini bisa bahagia dengan lelaki pilihan orang tuanya. Dan Aku tidak bisa datang pada hari bahagianya itu”. terlihat kesedihan kembali menyelimutinya. “tapi kakak juga harus menghormati dia, karena dia sudah mengundang kita”. ucapku tanpa mempedulikan perasaan kakakku. “walaupun aku diberikan uang 1 juta, aku tetap tidak akan datang”. Kini suaranya sedikit meninggi. “maaf kak…”. Tiba-tiba suasana menjadi sunyi.
Kulihat kak Hanif merobek foto Mary yang dipegangnya. “sudah saatnya aku melupakan dia, karena dia akan menjadi wanita orang lain”. Dia berusaha untuk tersenyum. “tapi apa kakak betul-betul tidak bisa datang walaupun diberikan uang 1 juta? Kalau aku sudah pasti datang, sudah makan gratis dapat uang pula. Hehehe”. Candaku berusaha mencairkan suasana. “dasar matre. Hahaha… tapi, ini semua bukan masalah uang tapi masalah hati. Uang bisa dicari tapi hati butuh waktu untuk disembuhkan”. terbesit kedihan dibalik tawa kak Hanif.
 “mungkin saatnya kakak move on. Mau aku kenalkan sama teman-temanku?”. Kataku ceria. Kak Hanif melihatku sambil tersenyum. “tapi mereka cantik-cantikkan?. “tentu saja, aku akan kenalkan kakak dengan Sarah. Dia itu orangnya cantik, pintar, tinggi, senyumannya manis, dan yang paling penting dia punya kakak cowok yang super ganteng. Jadi kalau aku kenalkan kakak sama dia, aku juga bisa kenalan dengan kakaknya”. Ucapku dengan penuh semangat. “itu sih untungnya dikamu. Jangan-jangan kamu ingin memanfaatkan kakak?” dia terlihat curiga. “hahaha… ini namanya sambil menyelam minum air”. Aku tertawa puas.
“tapi… saat ini kakak tidak mau pacaran lagi?” ucapnya kembali serius. “kenapa kak?” ucapku sedikit bingung. “aku ingin pacaran setelah menikah saja”. “jadi kakak ingin menerima perjodohan kalau kakak dijodohkan sama Ayah?” tanyaku lagi. “kalau memang wanita itu baik untukku, mengapa tidak”. Ucapnya pasrah. “jadi kakak mau dijiodohkan seperti kak Yanti?” tanyaku seperti wartawan. “kenapa tidak, toh kak Yanti juga sudah bahagia bersama kak Takdir”. Sepertinya kak Hanif serius dengan keputusannya. “ya walaupun begitu aku masih tidak setuju dengan system perjodohan dikularga kita. dan tentunya aku tidak ingin menjadi korban perjodohan itu”. ucapku menguraikan pendapatku. “ aku juga tidak mau menerima begitu saja. Kalau aku suka, aku terimah. Tapi. Kalau tidak, tentu saja aku akan cari pasangan sendiri”. ucap kak Hanif tersentum lebar.
“kak kenapa kita jadi bahas perjodohan keluarga?” ucapku bingung setelah menyadari percakapan yang sudah melenceng ini. “kamu duluankan yang bahas tentang perjodohan?” Kak Hanif menyalahkan aku.
“semoga kakak mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Mary”. ucapku mengalihkan pembicaraan. “Allah menghadirkan Mary dalam kehidupanku sebagai pembelajaran. Dan dengan kejadian ini, aku mendapat banyak hikmah. Aku jadi mengerti, mengapa agama islam melarang kita untuk pacaran. Karena memang dalam pacaran kita tidak mendapat manfaat. seperti aku yang hanya mendapatkan rasa sakit hati”. Ucap kak Hanif dengan bijak disertai kesedihan yang masih terpendam dalam hatinya. Aku hanya tersenyum melihatnya. aku harap Allah memberikan jodoh terbaik untuknya. 

Allah menitipkan cinta dalam hati kita, tapi kita yang salah mengartikan cinta. Kita terkadang menyalahkan cinta ketika kita terluka, namun cinta tidak pernah salah.

Mencitai seseorang bukan berarti bejodoh dengannya, tapi berjodoh dengan seseorang berarti kita mencintainya

 THE END

No comments:

Post a Comment