Dorong Ambulance
#Jadi Tenaga Kesehatan Puskesmas Limbong Harus Kuat Part 1
Assalamu
Alaikum Wr. Wb…
Hai sobat Nusantara…
Kali ini saya ingin berbagi cerita
pengalaman mengabdi di daerah kategori sangat terpencil, yaitu UPTD PUSKESMAS LIMBONG, Kec. Rongkong
Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan.
Kecematan Rongkong merupakan salah
satu dari tiga kecematan di kab. Luwu Utara yang masuk dalam kategori kecematan
sangat terpencil. Luas wilayah kec. Rongkong tercatat ± 686,5 km2 dan
secara administrative terbagi menjadi 7 desa, 24 dusun.
Kenapa
dikategorikan sangat terpencil salah satunya karena akses yang sulit
dijangkau, tidak ada sinyal, dan listrik belum 24 jam.
Jadi ceritanya gini guys, setelah
pasca penugasan tim based Nusantara Sehat batch 2, saya akhirnya kembali
mengikuti Penugasan Khusus (Nusantara Sehat Individu) batch IV 2018. Dan
memilih lokasi penempatan di Puskesmas Limbong.
Setelah mengikuti pembekalan kurang
lebih 10 hari akhirnya saya berserta 7 anggota Penugasan Khusus lainnya di
berangkatkan ke wilayah kerja. Jadi total ada 8 orang peserta penugasan khusus
terdiri dari 5 bidan, 1 analis kesehatan, 1 ahli gizi, dan 1 Farmasi. Sudah
seperti tim sih, tapi bedanya disini kita lebih mempertanggung jawabkan tugas
kita sesuai tupoksi masing-masing.
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Limbong
ada 7 desa yaitu, Marampa, Limbong, Rinding Allo, Minanga, Komba, Pangkendekan
dan Kanandede.
Akses Puskesmas Limbong cukup sulit
karena berada di pegunungan, kadang bisa ditempuh dengan 3-5 jam naik motor
atau mobil, jalanan yang berbatu, berlubang dan juga licin saat hujan. Harus
hati-hati karena salah sedikit bisa jatuh kejurang.
Ingat
yah guys, jatuh kejurang lebih bahaya daripada jatuh cinta. Jika jatuh
kejurang, kalau tidak patah yah meninggal, kalau jatuh cinta bisa bahagia, bisa
sakit hati. HAHAHA…
Sudah cukup jelas kan gimana akses
yang harus ditempuh, jika kurang jelas bisalah jalan-jalan kesana karena
pemandangannya sangat indah coy, udaranya juga segar dan dingin. Sedingin tatapanmu, yang membuatku
berbunga-bunga. AHAYYY…
Kita juga akan disuguhkan indahnya sawah
dilereng gunung, rumah-rumah warga yang dibangun bergerombolan dengan ciri khas
rumah kayu. Bahkan kita bisa melihat indahnya kabut yang menutupi gunung saat
sore atau pagi hari, hingga terasa didalam awan. Jika di Toraja terkenal dengan
negeri diatas awan maka di Limbong bisa disebut negeri didalam awan.
Jadi tunggu apalagi, yuukkss jalan-jalan
kecematan Rongkong, yakin nggak bakal nyesel. Ini nih salah satu penampakan
keindahannya seperti lukisankan…
photo by Canradewi |
photo by Canradewi |
Tapi dibalik keindahan itu masih
banyak sarana dan prasarana yang perlu kita benahi, salah satunya yaitu sarana
kesehatannya.
Jujur sih cukup miris saat
ditempatkan di puskesmas ini, karena akses yang sulit banyak program yang tidak
berjalan dengan baik.
Makanya jadi tenaga kesehatan harus
kuat. Maksudnya disini adalah harus kuat untuk menghadapi segala tantangan.
Apalagi jika mengabdi di daerah sangat terpencil yang tanpa sinyal dan listik
24 jam. Selain harus kuat fisik juga
harus kuat hati untuk menahan rindu yang bergejolak untuknya. Karena hanya doa
sebagai pelampias rindu.
Oh iya lanjut yah guys, cerita tentang
salah satu pengalaman mengabdi di Puskesmas Limbong.
Jadi saat itu, beberapa staf puskesmas Limbong
termasuk saya dan beberapa teman dari Nusantara Sehat Individu terlibat dalam
akreditasi dan kamipun melakukan kaji banding di Puskesmas Malangke yang
merupakan puskesmas terakreditasi madya. Saat itu kami naik ambulance dari
puskesmas Limbong ke Puskesmas Malangke.
Saat perjalanan dari Limbong ke
kabupaten bisa dibilang cukup mulus dan akhirnya kami bisa sampai di rumah
kepala Puskesmas Limbong. Kami juga memakai mobil ambulance ke puskesmas Malangke.
Dan saat di kabupaten, sopir ambulance yaitu pak Fauzan mendapat roger (alat
komunikasi sejenis HT yang tidak memakai sinyal tapi saluran radio) bahwa ada
masyarakat yang sakit dan ingin dirujuk ke rumah sakit kabupaten, Akhirnya
ambulance naik kembali ke Puskesmas untuk menjemput pasien tersebut.
Bisa dibayangkan mobil ambulance
yang bisa dikategorikan sudah cukup tua itu bolak-balik dari kabupaten ke
puskesmas Limbong dengan waktu tempuh kurang lebih 8 jam. Alhamdulillah
ambulance itu bisa membawa pasien sampai kerumah sakit dengan selamat.
Tepatnya jam 12 malam, kami dijemput
oleh Pak Fauzan untuk diantar kembali ke puskesmas. Bisa dibayangkan guys
gimana ngerinya. Perjalanan tengah malam melewati gunung dan hutan. Jujur sih
saat itu kami sangat khawatir dan sempat tidak mau pulang, karena sopir
ambulance dan kepala puskesmas menjamin keamanan, akhirnya kami bersedia ikut.
Muatan mobil ambulance saat itu
cukup banyak, karena membawa beberapa ATK untuk puskesmas dan obat dari
instalasi gudang farmasi di kabupaten, ditambah penumpang yang ikut saat itu
berjumlah 10 orang, 11 dengan sopirnya.
Tentu saja posisi duduk kami jauh
dari kata nyaman, tapi mau gimana lagi tidak ada kendaraan lain saat itu.
Perjalanan berjalan lancar hingga
melewati desa pertama yang telah memasuki wilayah kerja puskesmas Limbong yaitu
desa Kanandede. Saat melewati pustu ambulance masih berjalan dengan mulus, yaps
mulus. Namun saat melewati jalanan yang menanjak mobil ambulance tiba-tiba
berhenti. Awalnya kami masih berusaha berpikiran positif, mungkin mobilnya cuma
mati mesin sesaat. Sambil terus berdoa, tapi tertanyata mobil ambulance
tersebut tidak bisa menyala.
Apalah daya akhirnya kami semua
turun dan berusaha untuk mendorong ambulance tersebut sekuat tenaga.
Alhamdulillah ambulancenya hanya bergeser beberapa senti. Kami tetap berusaha
keras mendorong ambulancenya, namun tenaga kami tidak cukup untuk membuat mobil
ambulance bergeser lebih jauh.
Malam semakin larut, udara dingin
semakin menusuk kulit dan jalanan yang becek, menjadi saksi bisu kami saat itu.
Pengen nangis…. Ehmm… tidak juga, karena ini adalah pengalaman seru dan tidak
akan pernah terlupakan. Dan mungkin akan selalu menjadi cerita indah.
Akhirnya guys, kami bermalam disitu.
Mulai menyalakan api unggun, kamipun memutuskan untuk tidur di mobil ambulance,
mengatur posisi tidur agar semuanya muat.
Dan akhirnya pagi menjelang, kami
bangun dengan badan segar??? Ehm maksudnya dengan badan pegal sih.
Setelah itu akhirnya pak Fauzan
berjalan kerumah warga untuk meminta bantuan. Alhamdulillah setelah aki mobil
di ganti, mobil ambulance bisa jalan lagi.
Kamipun sampai ke Puskesmas sekitar
jam 10 pagi. Untung sih saat itu ambulance hanya mengangkut pegawai dan tidak
dalam keadaan merujuk pasien. Coba bayangkan jika pasien gawat yang harus
segera mendapat tindakan medis di rumah sakit, namun tiba-tiba mobil
ambulancenya mogok. Bisa meninggal dijalan pasiennya. Dan semoga hal itu tidak
terjadi.
Oh iya mobil ambulance cuma satu di
puskesmas, dan itupun sudah tua. Walaupun rutin dilakukan perawatan tapi tetap
saja banyak penyakitnya, jadi bukan Cuma manusia yang banyak penyakit,
ambulance juga. Semoga ini bisa menjadi perhatian pemerintah kabupaten Luwu
Utara khususnya dinas kesehatan agar Puskesmas Limbong bisa mendapatkan mobil
ambulance lagi.
Dan
terkadang jika pasien rujukan lebih dari 2, mau tidak mau kami memakai mobil
warga, pernah memakai truk dan juga mobil PLN
untuk merujuk (nanti kita akan
bahas ini di tulisan senlanjutnya)…
Catatan
Kecil : tulisan ini dibuat sebagai keresahan penulis atas sarana dan prasaran
di puskesmas penempatan saat ini, jika ada pihak yang kurang setuju dengan
tulisan diatas, mohon dimaafkan yah… Dan semoga ini bisa menjadi perhatian
untuk pemerintah KABUPATEN LUWU UTARA agar lebih memperhatikan sarana dan
prasarana puskesmas terutama yang di daerah kategori sangat terpencil seperti
PUSKESMAS LIMBONG.
*Catatan
Penulis : maaf juga jika ada yang bertanya di Fb/Ig tentang Nusantara Sehat
tapi belum sempat direspon, maklum guys penempatan tidak ada sinyal sama
sekali. Nah jika ada yang masih mau tanya silahkan chat aja di INTAGRAM @Canradewi atau komen di blog
ini. Tapi pertanyaan jangan susah-susah yah kan saya bukan pakar. Tapi akan
dijawab semampu dan sebisa mungkin. Semoga Tulisan Ini Bermanfaat…