Tuesday 10 February 2015

Stay with me
Tidak terasa sudah seminggu aku menikah dengan Ferdy, cowok yang selama ini selalu disisiku. Menemaniku dikala suka maupun duka, dikala cerah maupun mendung. Seseorang yang membuat terseyum sambil menangis, menangis sambil terseyum. Dia bisa jadi teman, sahabat, musuh, kakak dan sekaligus kekasih yang baik.
Tapi, entah mengapa kini dia telah berubah, semua sifat manisnya telah luntur. Tidak ada lagi kehangatan saat aku bersamanya. Terkadang aku merasa dia bukan orang yang aku kenal lagi. dia berubah menjadi orang asing bagiku.
Aku mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada calon suamiku itu, akupun mengikutinya saat dia pulang kantor. Aku begitu kaget saat melihat dia kerumah sakit. Aku mengikuti dia sampai kedalam rumah sakit. Kulihat dia memasuki ruang dokter spesialis penyakit dalam. Perasaanku tidak karuan, apakah dia sedang sakit parah? Apakah dia menyembunyikan penyakitnya? Semua pertanyaan itu muncul berhamburan dari otakku.
Keesokan harinya, aku mengajak Ferdy ke Café favorit kami. aku berkata jujur padanya bahwa aku mengikutinya ke rumah sakit. Dia tampak kaget, akupun bertanya sebenarnya apa yang dia sembunyikan dariku. Awalnya dia tidak ingin membuka mulutnya, tapi aku terus mendesaknya.
Akhirnya Ferdy menyerah dan menceritakan semuanya. Aku sangat kaget saat dia mengatakan bahwa dia sedang merawat wanita lain yang sedang sakit parah di rumah sakit itu, ternyata dugaanku salah. Rasa cemburu menyelimuti hatiku, amarahkupun tidak terbendung lagi. dia merawat wanita lain dan mengacuhkanku, bahkan saat pernikahan kami belum seumur jagung. Akupun menampar Ferdy, kekecewaanku begitu mendalam padanya.
Aku meninggalkan Ferdy yang masih tertunduk, mungkin aku harus mengakhiri pernikahan ini sebelum semuanya terlambat. Air mataku berurai tanpa henti, akupun berlari keluar dari Café itu, menerobos hujan yang begitu deras. Hatiku begitu hancur, dan dadaku terasa sesak.
Langkahku terhenti saat Ferdy menggenggam tanganku, dia menarikku dalam pelukannya. Wajahnya begitu sedih, dia mencoba menghapus air mataku yang telah bercampur dengan air hujan. Dia membelai rambutku dan memelukku dengan erat.
“STAY WITH ME HONEY” bisiknya begitu mendalam. Aku mencoba mendorong tubuhnya menjauh dariku, namun dia semakin mempererat pelukannya.
AKU BENCI KAMU, AKU BENCI KAMU…. Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku. diapun melepaskanku dari pelukannya, “seberapa besar kamu membenci aku, aku tetap akan mencintaimu”. Diapun tersenyum.
PLAAKKK… tamparanku kembali melayang di pipinya, bahkan dia masih sempat merayuku disaat dia menghancurkan hatiku. Ferdy hanya tersenyum sambil memegang pipinya. Bahkan rasa sakitnya tamparanku itu tidak sepadam dengan rasa sakit hati yang dia torehkan padaku.
Tiba-tiba Ferdy menarikku kembali dalam pelukannya. Dia tertawa dibalik tubuhku. Aku terbujur kaku melihat sikapnya. “bahkan rasa sakit tamparanmu ini masih tidak bisa mengurangi rasa sayangku padamu. Ahhh… mungkin ini memang yang harus ku terimah untuk SURPRISE ini”. Apa surprise? apa maksudnya dengan surprise.
Hujan yang begitu deras tiba-tiba berhenti seketika. Akupun menatap langit yang ternyata sangat cerah dengan dihiasi bintang-bintang. Aku menatap Ferdy. Dia hanya tertawa sambil memegangi pipinya yang merah karena tamparanku.
“HAPPY BIRTHDAY HONEY”. Kata-kata itu terucap begitu halus dari mulutnya. Beberapa lelaki yang berseragam pemadam kebakaran datang dengan membawa bunga dan kue sambil menyanyikan lagu happy birthday.
Aku memeluk Ferdy sambil menangis terharu, ternyata dia yang merencanakan semua ini. Bahkan dia rela menyewa pemadam kebakaran untuk membuat hujan buatan. Dan yang membuatku tampak bodoh karena aku mengira dia betul-betul merawat wanita lain. ternyata dia kerumah sakit hanya untuk menemui sahabatnya yang merupakan salah satu dokter penyakit dalam di rumah sakit itu.