Karya CANRADEWI
|
|
|
|
CINTA PADA
KESEMPATAN KETIGA
|
CINTA PADA KESEMPATAN
KETIGA
M atahari sudah
menampakkan sinarnya, burung-burung berkicau menyapa dipagi yang cerah. Auxeliapun
bergegas kesekolah, dia sekarang sudah duduk di bangku SMA. Dia sekolah di
salah satu SMA favorit di Jakarta, tepatnya di SMA 25 jakarta dan dia duduk di
kelas XI.IPA1. Dan Auxelia mempuyai adik laki-laki yang masih berumur 6 tahun.
Dia sangat menyayangi adiknya tersebut.
Hari ini adalah hari pertama Auxelia masuk sekolah setelah libur
semester. Auxelia adalah cewek populer,dia juga cantik,pintar,dan baik.
Tapi,dia agak jutek. Banyak cowok-cowok naksir pada Auxelia tapi, dia tidak
pernah mempedulikannya. Auxelia juga mempuyai dua orang sahabat yang bernama
Shela dan Sheli,mereka adalah anak yang kembar.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 menandakan
semua siswa-siswi harus masuk kekelas. Tapi, Shela dan Sheli masih berada di
tempat parkir menunggu Auxelia. Dan akhirnya mobil merah Auxeliapun telah
tampak menuju ketempat parkir. “Auxelia, kenapa sich, kamu lama banget???” kata
Sheli sebel. “ iya nich, kita hampir lumutan tunggu kamu...” tambah Shela. “iya...
sory...sory...sory... aku terjebak macet, kaliankan pada tahu kalau Jakarta jam
segini macet.
Akhirnya mereka bertigapun
menuju kelas. Dan untungnya mereka tidak telat. “untunglah kita tidak telat,
kalau itu sampai terjadi kita bisa jadi ikan kering karena di jemur oleh pak
Guntoro”. “ iya, kamu betul Shel, pak
Guntorokan guru yang sangat galak”. “ kalian jangan begitu, pak guru begitukan
supaya mengajar kita untuk disiplin”. Kata Auxelia “yeee... dasar, kita hampir
terlambat gara-gara tunggu kamu kali”. Kata Sheli jengkel. Di sela-sela
percakapan mereka pak Guntoropun masuk ke dalam kelas. Tidak lama kemudian bel
tanda istirahatpun berbunyi. Dan semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas.
Auxelia beserta kedua sahabatnya Shela dan Sheli bergegas menuju kantin
sekolah, merekapun memesan makanan favorit mereka masing-masing. Seperti biasa
pasti Auxelia memesan bakso, tapi belum sempat dia beranjak untuk memesannya
tiba-tiba ada seorang cowok yang bertubuh tegak memesankan bakso
untuknya,setelah Auxelia melihat wajahnya ternyata dia adalah Aldo,cowok yang
paling populer dan banyak cewek yang mengidolakannya. Tapi, Auxelia tidak suka
dengan cowok tersebut karena dia sombong dan dia juga cowok playboy. “kenapa kamu selalu mendekati
aku, aku tidak suka dengan kelakuan kamu yang sok pamer. Dengar yach!!!
Walaupun kekeyaanmu selangit aku tetap tidak suka dengan kamu”. Kata Auxeliua
sebel. “Auxelia seharusnya kamu itu bersyukur, asal kamu tahu banyak
cewek-cewek yang ingin jadi pacar aku tapi aku menolak mereka demi kamu...”kata
Aldo gombal. “shel,shil... ayo kita pergi dari tempat ini, aku sudah tidak
nafsu makan melihat cowok yang satu ini”. “ loh, kitakan belum makan...”.kata
sheli “sudah dech, kita makan di mol saja, sekalian kita belanja”. “tapi kamu yang
traktir yaaach...” pinta Shela. “ iya, dech...”.kata Auxelia pasrah.
Tak terasa bel tanda
pulangpun berbunyi. Auxelia beserta kedua sahabatnya menuju ketempat parkir.
“kamu masih ingatkan dengan janji kamu” kata Sheli menagih. “iya, aku ingat.
Tapi aku kerumah aku dulu yach. Soalnya aku mau ganti baju dulu”. “iya dech,
yang penting perutku kenyang... ha...ha...” kata Sheli bercanda.
Tidak lama kemudian merakapun sampai
di rumah Auxelia. “Assalamu Alaikum... Bi, mama mana???” kata Auxelia setelah
masuk kedalam rumahnya “Walaikum salam Non... Nyonya sama Tuan pergi keacara pernikahan salah satu anak
temannya” kata Bi ijah.“lalu Fian dimana???”. “ Fian sedang main di kamar,
Nyonya menyuruh Non, menjaga fian”. “tapi akukan mau pergi sama teman-temanku,
Bibi aja dech yang jaga.” Kata Auxelia kesal. “tapi, Non Bibi mau pergi
kepasar, belanja untuk makan malam nanti”. “iya dech, biar aku yang jaga
Fian...”.kata Auxelia lemas
Akhirnya, Auxeliapun
bergegas menuju ruang tamu. “Shel, Shil... maaf yach kita harus bawa Fian
kemol, soalnya Mama Papaku pergi,terus Bibi mau kepasar”.“tapikan repot kalau
harus bawa anak kecil”. “Eitzzz... kamu mau diteraktir nggak???” “iya dech...”
kata Sheli nyerah.
Merekapun menuju kemobil, dan mobil merah
tersebut melaju keluar halaman rumah.tapi mobil tersebut membelok lagimasuk
kehalaman rumah. “aduh, kok aku lupa Fian sich” kata Auxelia dalam hati “Fian kamu dimana? Teriak
Auxelia setelah membuka pintu rumahnya “kak Auxeli...”teriak Fian “Fian maafin
kakak yach,kakak hampir ninggalin kamu sendirian di rumah”.kata Auxelia dengan
menyesal “Auxeliapun segera menggendong adiknya tersebut menuju mobilnya”.
Sesampainya di mol. Mereka awalnya sangat hati-hati menjaga Fian. Tapi,setelah
sampai di toko aksesoris mereka jadi melupakan Fian. Mereka sibuk mencari
perlengkapan aksesoris. Fian pun berjalan menuju ke toko mainan dan setelah
melihat orang-orang di sekelilingnya,Fian menangis karena dia tidak mengenal
seorangpun dari mereka. Tapi, ada seorang lelaki yg bertubuh tegak, wajah
tampan dan berkulit putih menuju ke arah Fian yg sedang menangis “ Ade manis...
kok kamu menangis???” tanya lelaki misterius itu. “ E…e... kak Lia dimana?” kata Fian tersedu-sedu. “
memang kamu kesini dengan siapa?” Tanya lelaki itu lagi “ aku ke..,kesini
dengan kak Lia dan teman-temannya” kata Fian lagi dengan tetesan air mata. “
terus kakakmu sekarang ada dimana?”. “ aku tidak tahu kak Lia ada dimana”.
Tangis Fian semakin keras. “aduuu... sudah donk jangan nangis, sini ikut kakak,
kakak beliin kamu es krim dech. Tapi, kamu jangan nangis lagi yach!!!”.
Akhirnya Fian berhenti menangis karena Fian
diajak makan es krim sama lelaki misterius itu. Sementara itu Auxelia baru
menyadari kalau Fian hilang, dia sangat panik dan dia segera memberitahu Shela
dan Sheli. Mereka bertiga akhirnya keliling mol untuk mencari Fian, tapi mereka
tidak menemukan Fian. setelah Mereka capek mencari Fian, merekapun memberitahu
kepada penjaga mol bahwa Fian hilang.
Akhirnya pihak mol mengumumkan berita
kehilangan Fian dan pihak mol juga menyebutkan ciri-ciri Fian.Lelaki mistarius
tersebut mendengar pengumuman itu dan setelah mengajak Fian makan eskrim,dia
bergegas mengantar Fian ke penjaga mol. Setelah sampai di tempat yang
dituju,lelaki misterius tersebut menyerahkan Fian pada pihak mol. Tapi Auxelia
malah menampar lelaki itu. Lia mengira lelaki itu berniat menculik adiknya.”
Kamu mau menculik adikku yach!!!” kata Auxelia dengan marah “ eh, kamu
apa-apaan sich, main tampar aja “ kata lelaki itu dengan muka memerah “ Lia kok
kamu gitu sich, dia kan yang nolongin adik kamu “ kata Shila menyadarkan Lia.
“Lagian kalau dia mau menculik Fian ngapain dia membawa Fian kesini “ Sheli
menambahkan.”Oh maafin aku yach soalnya aku sudah terlanjur panik,
sampai-sampai aku tidak bisa menahan emosiku” kata Lia menyesal. “Makanya
jangan lalai donk jadi orang, terus jangan curigaan “ kata lelaki itu. “ Iya
aku minta maaf, ini semua salahku. Dan sebagai permintaan maafku aku akan
memberikan kamu uang “. Kata Lia.
“Eh, kamu pikir aku cowok apaan,aku itu
ikhlas menolong adikmu,dan asal kamu tahu uang itu bukan sebagai alat
permintaan maaf “.Kata lelaki itu menolak pemberian uang Lia.”Habis aku tidak
ingin merasa hutang budi sama kamu , ok deh. Kalau kamu menolak pemberian uang
dari aku , tidak apa-apa kok, tapi kamu
harus mau aku teraktir “. Kata Lia memaksa.“iya,kalau itu aku terima soalnya
aku juga lapar” kata lelaki itu “Lia,aku dan Shila harus pulang dulu,soalx kita
berdua ada urusan” kata Sheli “iya Lia kita juga sudah janji sama Mama kalau
kita tidak akan pulang lewat dari jam 5.00 sore” tambah Shila. “kalau gitu
gimana donk,aku juga sudah berjanji ngajak dia makan” kata Lia bingung “aku dan
Shila pulang naik taxi aja,kamu dan dia pergi aja makan”. Kata Shila memberi
solusi. “maafin aku, tidak bisa angterin kalian pulang”.kata Lia “tidak apa kok
kata Sheli Shela dan Shelipun bergegas menuju pintu keluar mol. Sementara
Lia,Fian dan Lelaki misterius itu ke salah satu tempat makan yang ada di mol
tersebut.
“Btw, nama kamu siapa?” tanya Lia membuka
percakapan. “namaku Alex, kalau kamu?” tanya Alex balik. “namaku Auxelia, kamu
panggil aku Lia aja”. “oh, Lia...” kata Alex lagi.
Setelah mereka sampai di tempat
makan,merekapun langsung memesan makanan. “ kamu, mau pesan apa?” tanya Lia
pada Alex. “aku, pesan nasi goreng pedas dan jus jeruk”. Jawab Alex “kalau Fian
mau makan apa?” tanya Lia pada adiknya. “Ian mau makan kue...eee..e...” kata
Fian dengan dengan lugu. “tapi, disini tidak ada kue Ian!!! Kalau gitu kakak
pesankan kamu bakso aja yach!!!” kata Lia.“Mbak, saya pesan satu porsi nasi
goreng, dua porsi bakso, dan minumnya jus jeruk aja semuanya”. Kata Lia pada
pelayanan.
Beberapa saat kemudian, pesanan mereka sudah
siap dan merekapun menyantapnya dengan nikmat. “kamu sekolah dimana?” tanya
Lia. “aku sekolah di Bandung” kata Alex dengan singkat. “oh, gitu yach! Kamu
angpain di jakarta, memangnya kamu tidak sekolah?”. “yaa... sekolah donk! Aku
ke Jakarta karena aku mengikuti lomba basket, tapi tadi tim aku cuman juara dua
dan nanti malam aku dan teman-temanku akan pulang ke Bandung.” Kata Alex.
“teman-teman kamu sekarang ada dimana?”tanya
Lia. “ tidak tahu, soalnya aku tadi sibuk jaga Fian... jadi aku ditinggalin
dech!”. “ aduh... aku jadi meropotkan kamu, maaf yach!!! Gara-gara aku kamu di
tinggalin !!!” kata Lia menyesal. “ha...ha...haaa... aku cuman bercanda tahu,
soalnya muka kamu itu serius sekali sich!!! Sebenarnya mereka itu pulang
duluan, soalnya aku sendiri yang menyuruh mereka pulang duluan.” Kata Alex
sambil tersenyum.
Tidak terasa makanan mereka sudah habis. Fian
juga sudah terlihat sangat lelah dan mengantuk. Dan akhirnya merekapun berpisah
di tempat parkiran. “ terimakasih yach, sudah mentraktir aku”. Kata Alex
sebelum berpisah. “ seharusnya aku yang barterimakasih karena kamu sudah
menjaga Fian saat dia hilang”. Kata Lia.
Akhirnya Lia dan Fian sudah berada di mobil
dan Alex sudah memacu motor ninjanya. Setelah berada di mobil, Lia baru ingat
kalau dia lupa meminta no hpnya Alex. Dan setelah perpisahan itu mereka tidak
pernah lagi bertemu.
Setelah sampai di rumahnya, Lia menggendong
Fian yang tertidur pulas masuk kerumahnya. Dan setelah sampai di kamarnya Lia
meletakkan Fian di tempat tidurnya, Lia tidak sempat membawa Fian kekamar
mamanya karena dia sangat lelah. Dan Liapun
tertidur di dekat Fian. Tidak lama kemudian mama dan papa Lia datang,
merekapun masuk kedalam kamar Lia dan Liapun terbangun. “ kenapa mama baru
pulang?” tanya Lia setelah dia membuka matanya. “mamakan sudah bilang, kalau
mama dan papa mungkin pulang larut malam”. Jawab mama Lia. “mama mau bawa Fian ke kamarnya?” tanya Lia lagi.
“iya, kamu jangan banyak tanya. Lebih baik kamu tidur lagi. Jangan sampa besok
kamu kesingan lagi kesekolahnya?” kata mamanya mengingatkan. “ Iya ma, aku juga
bangun gara-gara mama”kata Lia menyalahkan mamanya. “ Udah cepat tidur, kata
mamanya sebelum pergi dari kamar Lia.
Setelah
setahun berjalan Lia pun sudah melupakan Alex. Walaupun terkadang masih
mengharapkan supaya bisa dipertemukan kembali. Hari ini hendak jalan-jalan tapi
tiba-tiba Lia menabrak seorang lelaki yang naik motor ninja. Lelaki itu
terjatuh dan dia berteriak kesakitan. Lia tidak apa-apa, tapi lelaki itu yang
kesakitan. Liapun sangat kaget melihat peristiwa ini, dia langsung turun dari
mobil merahnya. Dia segera menolong lelaki itu dan setelah lelaki itu membuka
helmnya ternyata dia adalah Alex. Awalnya dia tidak menyadari kalau lelaki yang
dia tabrak adalah Alex karena dia sudah sangat panik melihat luka Alex. Lia
segera membawa Alex kerumah sakit. Barulah setelah sampai di rumah sakit Lia
menyadari bahwa lelaki yang dia tabrak adalah Alex dan ungtungnya luka Alex
tidak terlalu parah. Cuma lecet di bagian lengan dan kakinya. Tapi dia tetap
harus menginap di rumah sakit.. “ Lex
maafin aku yach, gara-gara aku kamu jadi kayak gini. Coba waktu itu aku nyetir
hati-hati, aku tidak akan menabrak kamu .” kata Lia dengan rasa bersalah “.
Tidak apa-apa kok itu juga bukan sepenuhnya salahmu. Btw makasih yach telah
merawat aku selama aku berada di rumah sakit” kata Alex. “ Kamu tidak perlu
berterima kasih, karena semua inikan salahku jadi aku harus bertanggung jawab”.
kata Lia.
Mereka
berdua terus berbicara mengenai hal-hal yang mereka alami, baik di lingkungan
sekolah maupun di lingkungan rumah. Dan tanpa terasa ternyata hari sudah
beranjak sore. Liapun harus pulang. “ Alex aku pulang dulu yach “. Kata Lia “
iya, TITI DJ yach?”. Kata Alex “ apa itu TITI DJ ?”. kata Lia dengan heran “
Hati- hati di jalan” jawab Alex dengan senyuman yang menawan.
Keesokan
harinya setelah Lia pulang sekolah Lia pergi ke rumah sakit lagi mengunjungi
Alex. Tapi hari ini dia tidak sendirian, dia bersama Shila dan Shel.i
sebenarnya Lia tidak menceritakan kejadian tabrakan yang dia lakukan pada siapapun.
Dia hanya menceritakan pada Shila dan Sheli. “Alex kamu sudah tidak apa-apakan”
kata Shila setelah sampai dikamar Alex “iya,aku sudah agak baikan kok”jawab Alex
“ Alex kamu jangan laporkan Lia ke polisi yach!”kata Sheli cemas “ya…mana
mungkin aku melaporkan dia ke Polisi Liakan sudah bertanggung jawab dan Lia
juga yang membayar semua biaya rumah sakit”kata Alex. setelah beberapa saat kemudian, Shila dan
Sheli berpamitan pulang “kami pulang dulu yach Alex kata Shila dan Sheli secara
bersamaan “iya...” jawab Alex singkat “eh Alex aku juga harus pulang soalnya
aku belum ganti baju nich aku juga mau mengantar Shila dan Sheli pulang kamu
tidak apa-apakan sendiri disini?” kata Lia ikut pamitan “iya tidak apa-apa”
kata Alex. Akhirnya Lia,Shela dan Shelipun pulang. Lia mengantar Shila dan
Sheli. Merekapun bercerita tentang Alex ketika berada di mobil “Lia, kamu yang
membayar semua biaya rumah sakit Alex?”. Kata Sheli membuka percakapan “iya
emangnya kenapa?” jawab Lia dengan santai “bukannya kamu tidak menceritakan
Kejadian ini pada Orang Tua kamu, jadi kamu bayar rumah sakit Alex dari mana?”
Tanya Shela heran “ya...dari uang tabunganku”kata Lia “apa kamu membayar dengan
uang tabungan kamu, terus uang tabungan kamu habis Donk?” kata Shila dengan
kaget. “kamukan menabung untuk membeli Laptop ,jadi kamu tidak jadi beli Laptopnya?” kata Sheli menambahkan “iya
sich tapikan aku harus bertanggung jawab atas kesalahanku”.kata Lia membela
diri.
Tidak lama kemudian mereka sudah sampai
didepan rumah Shila dan Sheli dan akhirnya Shila dan Sheli turun dari mobil
Lia.Liapun segera membelok arah mobilnya menuju kerumahnya. setelah sampai
dirumah, Mama Lia sempat bertanya mengapa Lia telat pulang Sekolah dan Lia
hanya menjawab kalau dia baru saja menjenguk temannya yang sakit. Beberapa saat
kemudian Lia sedang istirahat.Tapi, dia langsung terbangun. Setelah mengingat
bahwa dia lupa mengambil hpnya di rumah sakit. “aduh, aku lupa mengambil hpku
di kamar Alex di rumah sakit” kata Lia dalam hati.
Liapun bergegas kembali ke rumah sakit, dan
dia minta izin pada Mamanya sebelum pergi. “Ma, aku mau pergi dulu yach!!!”
kata Lia. “kamu mau keman? baru pulang sekolah, sudah mau pergi lagi”. Kata
Mamanya menegur. “aku lupa hpku di rumah sakit, waktu aku pergi menjenguk
temanku Ma”. “hp kok, di lupa… iya, kamu boleh pergi tapi jangan lama-lama”.
Kata Mamanya lagi. “ ok dech Ma, aku pergi dulu yach! Assalamu Alaikum”. Kata
Lia pamit. “Walaikum salam”. Jawab Mama Lia.
Setelah itu Liapun langsung menuju kerumah
sakit. Dan sesampainya di rumah sakit, dia menuju kamar Alex. Tapi, setelah
tiba di depan kamar Alex, dia terkejut melihat seorang cewek sedang berbicara
dengan Alex. Alex dengan cewek tersebut
terlihat sangat akrab dan mesra. Lia yang sedang mengintip di depan pintu kamar
Alex menjadi kesal dan merasa cemburu. Liapun melupakan hpnya yang tertinggal,
dia memutuskan untuk pergi secepatnya dari tempat itu. Tapi setelah dia
berbalik, kakinya terasa tidak bisa terperanjat
dari tempat itu. Dia merasa ada yang menarik tasnya dari belakang. Lia yang
sedang terbakar api cemburu langsung berkata “please, Lex jangan tarik tasku,
biarkan aku pergi. Aku tidak akan menganggu hubungan kalian. Kumohon lepaskan
aku...” teriak Lia dengan keras. Alex yang masih duduk ditempat tidurnya heran
melihat Lia yang teriak. Dan Alex berkata “Lia. Kamu sedang ngapain disitu?”.
Lia membalikkan badannya dan dia baru menyadari kalau ternyata tasnya hanya
tersangkut dipintu. Lia meras malu sendiri. “Lia, kamu ngapain disitu. Sini
masuk!”. Kata Alex lagi. “tidak kok, aku cuma mau mengambil hpku yang
ketinggalan. Tapi, aku takut mengganggu kalian”. Kata Lia dengan perasaan yang
masih malu. “oh, hp kamu ada dimeja. Btw, kenalkan ini Saskia!”. Kata Alex
memperkenalkan Saskia. “Hai. Aku Lia” kata Lia singkat. Tanpa basa-basi Liapun
segera mengambil hpx dan berpamitan pulang. “eh, aku pulang dulu yach!” kata
Lia pamit. “ kenapa buru-buru, kamu tidak mau menunggu aku keluar dari rumah
sakit, hari inikan aku sudah bisa pulang” Kata Alex. “iya, kok buru-buru sich!
Kita ngobrol aja dulu”. Kata cewek yang menemani Alex. “ maaf, aku takut
mengganggu kalian pacaran” kata Lia sambil berjalan keluar dari kamar tersebut.
“Tapi... eh...eh...” belum sempat Alex
berbicara, tapi Lia sudah pergi dari tempat itu. Setelah membayar semua
administrasi rumah sakit, Lia langsung pulang kerumah. Dan sejak saat itu Lia
tidak mau lagi menemui Alex karena merasa sakit hati. Dia juga tidak pernah
membalas sms dan mengangkat telpon Alex. Bahkan Lia ganti kartu untuk
menghindari Alex. Benih-benih cinta yang tumbuh dalam hati Lia menjadi layu dan
terkubur karena kecemburuan Lia pada Alex.
Setelah Alex keluar dari rumah sakit, dia
sempat pergi kerumah Lia, namun Lia tidak mau menemui Alex. Akhirnya Alex
memutuskan untuk kembali ke Bandung dan semenjak saat mereka berdua tidak
pernah bertemu lagi dan hubungan merekapun terputus.
Hari demi hari dilalui Lia dengan perasaan sakit hati. dia masih sangat sulit untuk
melupakan Alex. Bahkan nilai-nilai disekolahnya menurun. Dia juga tidak
bersemangat menjalani hari-harinya. “Lia, kamu kenapa?” tanya Sheli ketika
mereka berada di taman sekolah. “aku tidak apa-apa kok” jawab Lia dengan lemas.
“kamu itu tidak seperti Lia yang aku kenal, dulu kamu itu cewek yang selalu
ceria, cerewet dan pintar. Tapi, kenapa sekarang kamu jadi pendiam ?” kata
Shela. “aku cuma pusing aja” jawab Lia. “kok... sudah satu bulan belakangan ini
kamu pusing terus? Kata Sheli menambahkan. “ jangan-jangan kamu masih ingat
Alex!” kata Shela dengan perasaan curiga. “tidak kok, aku tidak ingat dia lagi”
jawab Lia dengan singkat. “ Lia... seharusnya kamu itu tidak usah bohong dengan
kita berdua soalnya kita berdua itu sahabat kamu. Dan kita juga tahu, kalau
kamu itu sebenarnya suka sama Alex.” Kata Sheli dengan menatap Lia yang sedang
menunduk.
Liapun menangis dan menumpahkan semua
perasaannya pada Sheli dan Shela. Dia menceritakan semua kejadian yang dialami
dengan Alex. “Shel, Shil aku sebenarnya cinta pada Alex”. Kata Lia dengan
menitihkan air matanya dipipihnya. “kalau kamu cinta sama dia, kenapa kamu
tidak mengatakan yang sejujurnya pada Alex?” kata Sheli. “bagaimana mungkin aku
mengatakan yang sejujurnya pada Alex? Dia itu sudah punya pacar. Dan aku tidak
mungkin merusak hubungan mereka”. Kata Lia dengan nada suara yang meninggi.
Akhirnya merekapun terdiam sesaat. Dan tidak lama kemudian Sheli menghapus air
mata Lia. Dan diapun berkata “Lia. Maafkan aku yach!, aku tidak tahu kalau dia
sudah punya pacar... kamu sabar yach!”. “iya, Lia. Lebih baik kamu lupakan
Alex. Masih banyak cowok yang lebih baik daripada dia. Kamukan juga cewek yang
populer di sekolah, tentunya banyak cowok-cowok yang ngantri jadi pacarmu”.
Kata Shela memberikan semangat pada Lia. “iya Shel, kamu benar. Lagian ngapain
aku pikirkan cowok yang belum tentu memikirkan aku. Lebih baik aku memikirkan
hal-hal yang lebih positif. Btw, thanks sudah memberikan aku suport”. Kata Lia
dengan muka yang mulai semangat. “itulah gunanya sahabat”. Kata Shela dan Sheli
bersamaan. Merekapun berpelukan dan tertawa bersama. “WE ARE BEST FRIENDS
FOREVER”. Kata mereka bersamaan.
Akhirnya lama-kelamaan Lis sudah bisa
melupakan Alex. Dia juga sudah kembali ceria lagi. Tapi, dia tidak pernah
pacaran walaupun banyak cowok-cowok yang pernah menembaknya disekolahnya. Dia
beranggapan bahwa masa SMA bukanlah masa yang tepat untuk pacaran dan dia ingin
fokus pada pelajarannya, apalagi sekarang dia sudah kelas XII.Setelah setahun
berlalu, Liapun sudah lulus SMA. Liapun melanjutkan studynya di Bandung,
walaupun dia merasa sedih karena tidak tinggal dengan kedua orang tuanya. Tapi,
demi cita-citanya dia rela hidup mandiri.
Hari ini merupakan hari pertama Lia masuk
kekampus. Dia merasa malu karena dia belum mengenal seorangpun di kampus
tersebut. Tapi, dia memberanikan diri untuk bergaul dengan orang lain. Akhirnya
Liapun berteman dengan seorang mahasiswi yang bernama Reni. Reni adalah masiswi
yang cupu. kacamatanya sangat tebal, penampilannya juga norak dan aneh.Tapi,
kalau diperhatiakan dia orangnya cantik.
Dan
pada saat Lia dan Reni sudah sampai diluar kampus, mereka menunggu taxi.
Tapi, tiba-tiba ada sebuah mobil yang menabrak Lia. Lia terjatuh dan pingsan.
Renipun sangat panik. “tolong...tolong...tolong...tolong...” teriak Reni dengan
panik. “aduh, mati aku. Cerobah banget sich! Jadi menabrak orangkan”. Kata si
penabrak dalam hati.
Si penabrakpun langsung menolong Lia. Dia
mengangkat Lia masuk kedalam mobilnya dan Renipun ikut dalam mobil tersebut.
Reni terus memaki si penabrak ketika berada di mobil. “kamu itu ceroboh banget
sich!. Kalau nyetir hati-hati donk. Bagaimana kalau teman aku sampai
kenapa-kenapa? Kamu itu bisa dituntut sama keluarganya.” Kata Reni dengan
kesal. Tapi, lelaki itu malah senyum-senyum. “eh... sudah bersalah malah
senyum-senyum”. Kata Reni. “kalau menurut aku, dia itu tidak apa-apa. Mobilku
juga jalannya sangat lambat ketika menabrak dia”. Kata lelaki itu santai.
“jangan-jangan kamu sengaja menabrak
temanku. Walaupun dia kelihatan tidak parah tapi mungkin saja bagian
organ-organ dalamnya yang parah”. Kata Reni. “Lia tidak apa-apa tahu, mungkin
dia Cuma sock aja, terus dia pingsan. Liat aja tidak ada yang lecetkan di
tubuhnya”. Kata lelaki itu. “kok, kamu tahu nama Lia? Jangan-jangan kamu
sengaja menabrak Lia supaya dia mati. Kamu itu berencana membunuh Lia yach...
tapi, aku akan menelpon polisi supya kamu itu di penjara”. Kata Reni mengancam.
‘jangan, negatif thingkin donk. Mana mungkin aku mau membunuh orang. Akuakn
tahu kalau itu adalah perbuatan dosa. Dan asal kamu tahu, aku itu adalah teman
Lia.” Jawab lelaki itu.
Reni masih curiga dengan lelaki itu. Dan
Reni mengambil gunting kuku yang ada di tasnya, dia membuka pisau gunting
kukunya dandekatkan pisau itu keleher lelaki tersebut. “angkat tangan, cepat
angkat tanganmu atau aku menusuk kamu dengan pisau gunting kuku ini”. Ancam
Reni. “bagaiman mungkin aku bisa mengangkat tangan, akukan sedang nyetir, kalau
aku lepas stir mobil ini nanti kita kecelakaan”. Kata lelaki itu. “ iya juga
yach. Tapi, kamu jangan lepaskan tangan kamu dari stir mobil. Kalau kamu
berbuat macam-macam aku akan nekat melukaimu”. Ancam Reni. “dasar cewek aneh,
mana mungkin gunting kuku begitu bisa mencelakakan orang. Lagian akukan sudah
bilang kalau aku tidak berniat jahat sama kalian berdua”. Kata lelaki itu
sambil mengambil pisau yang di pegang oleh Reni. “kamu ini nekat yach, aku tidak
percaya sama kamu. Mana mungkin ada maling yang mau mengaaku maling. Rasakan
ini!!!”. Kata Reni sambil mengigit telinga lelaki itu. “Au...Au...Au...
sakit...sakit...it...’ teriak lelaki itu. Tangan lelaki itupun terlepas dari
stir mobil sehingga mobil tersebut tidak terarah. Dan guncangan mobil yang
tidak terarah membuat Lia terbangun setelah pingsan beberapa menit yang lalu.
“aku, dimana?” tanya Lia setelah membuka
matanya. “Lia kamu sudah siuman.” Kata Reni setelah melepaskan gigitannya dari
lelaki itu. “kamu ada dimobilku. Oh yach, maaf... soalnya aku yang menabrak
kamu sehingga kamu pingsan. Dan rencananya aku mau membawamu kerumah sakit,
tapi temanmu ini malah curiga sama aku. Dia kira aku ingin membunuhmu”. Kata
lelaki itu setelah bisa mengendalikan mobilnya lagi. “Lia kamu tidak
apa-apakan. Aku Cuma ingin menolong kamu dari lelaki jahat ini”. Kata Reni yang
masih curigaan. “ udah donk Ren. Jangan curigaan gitu. Sebaiknya, kamu minta
maaf sama dia”. Kata Lia pada Reni. “bagaimana mungkin aku tidak curiga sama
cowok ini, dia tahu nama kamu padahal aku tidak pernah memberitahukannya”. Kata
Reni membela diri. “ apa... dia tahu nama aku?” kata Lia. “tentu saja aku tahu
nama kamu, kamu juga kenal sama aku”. Kata lelaki itu.
Dan lelaki itupun menghentikan mobilnya dan
membalikkan badannya kearah Lia. Lia sangat terkejut melihat lelaki itu.
“kamu... A...A...Alex” kata Lia heran. “iya, ini aku Alex. Ternyata kamu masih
ingat aku”. Kata Alex sambil tersenyum. Tapi, Lia malah menunjukkan ekspresi
yang marah dan kesal. Dan Lia langsung membuka pintu mobil dan menarik tangan
Reni keluar dari mobil tersebut. “Ren, sebaiknya kita keluar dari mobil ini,
karena aku tidak sudih melihat lelaki ini”. Kata Lia dengan kesal. Reni hanya mengikuti Lia dan dia tidak tahu permasalahan
yang sebenarnya.
“Auxelia... tunggu...tunggu... tunggu
dulu...” kata Alex yang mencegah Lia. Tapi, Lia tetap melangkahkan kakinya,
walaupun dia berjalan dengan pincang karena kakinya cedera saat dia ditabrak.
Tanpa berpikir panjang Alexpun mengejar Lia. Ketika dia menggapai tangan Lia,
Alex menarik tangan Lia dan memeluknya. “aku tidak ingin kehilangan kamu untuk
kedua kalinya. Aku merindukanmu...” kata Alex ketika memeluk Lia. Tapi, Lia
berusaha melepaskan pelukan Alex. “lepaskan aku Lex... lepaskan...”. “apa
salahku? Kenapa kamu menghindariku? Padahal aku...aku...a...”. “aku sudah tidak
percaya lagi dengan kata-katamu, aku sudah kecewa sama kamu, jadi aku mohon
jangan pernah temui aku lagi”. Akhirnya Alex melepaskan pelukannya. “Lia
berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku, walaupun aku tidak tahu
kesalahanku tersebut”. “tidak semudah itu aku memberikan kamu kesempatan, Ren
ayo kita pulang”. “Lia tunggu aku...”. “kenapa lagi?”. “disinikan tidak ada
taksi, jadi kita pulang naik apa? Mending kita pulang bareng sama cowok itu”.
“hai, kalian tidak usah malu, ayo naik kemobil aku akan mengantar kalian”.
“baik dech! Tapi, jangan kira aku sudah memaafkanmu”.
Semenjak saat itu Alex selalu kerumah Lia,
walaupun Lia tidak mengharapkan kedatangannya. “kanapa kamu selalu kerumahku?
Aku tidak butuh bantuanmu”. “apa aku salah kalau aku mau bertanggung jawab.
Gara-gara aku kamu jadi begini. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk menebus
kesalahanku, biarkan aku merawatmu sampai kaki kamu sembuh”. “aku sudah bilang
Lex, aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa jalani semua ini sendiri dan Reni juga
selalu kesini untuk merawatku”. “tapi, tidak selamanya Reni selalu bisa datang
kesini”. Karena kesal akhirnya Reni menarik baju Alex dan mendorngnya keluar
dari rumahnya. Tapi malah Reni yang hampir terjatuh dan untungnya dia jatuh
dipelukan Alex. “lepaskan aku...lepaskan... jangan ambil kesempatan”. “kamu itu
kenapa sich! Aku hanya menolong kamu... seandainya aku tidak menolongmu mungkin
kamu akan terjatuh, bisa tambah parah cedera kakimu. Sudahlah kamu jangan keras
kepala, aku akan berada disini sampai Reni datang”. Dan tanpa pikir panjang
Alex menggendong Lia masuk kerumah. Dengan telaten Alex memijat kaki Lia yang
tampak memar, walau Lia berusaha menarik kakinya dari pangkuan Alex. “ternyata
Alex baik juga. dia tetap merawat aku walau aku sudah bersikap tidak baik
padanya” kata Lia dalam hati.
Keesokan
harinya Alex kerumah Lia lagi. Tapi, sikap Lia sudah tidak sejutek kemarin.
“kamu lagi, silahkan masuk dech!”. “dari nada bicaramu, kayaknya kamu tidak
mengharapakan kedatanganku”. “memang siapa yang menyuruh kamu kesini”. “jadi,
kamu ingin mengusir aku lagi”. “ya terserah, kalau kamu pergi silahkan. Aku
sudah capek mengusir kamu setiap hari”. “ tentu saja aku tidak akan pergi,
sudah susah payah datang kesini walaupun kedatanganku tidak diharapkan”. “kalau
kamu tidak mau pergi cepat masuk, sebelum aku berubah pikiran”. “oke!!!”.
Akhirnya Alex masuk.
“kamu mau minum apa?”. “tumben aku dilayani
seperti tamu, biasanya kalau tidak di suruh keluar, pasti bajuku yang ditarik”.
“kamu maunya apa sich? Kalau sudah dilayani dengan baik jangan banyak bicara
lagi! Memangnya kamu tidak suka dilayani selaknya tamu?”. “ya tentu aku lebih
suka dilayani kayak tamu, tapi tumben kamu bersikap baik sama aku.
Jangan-jangan kamu sudah terpesona sama ketamapananku... hehehe... beginilah
pesona orang yang seganteng Kim Bum”. “jangan keegeran, aku hanya ingin
membalas budi”. “ooo... ingin balas budi. Tapi, aku merasa kamu tidak perlu
balas budi karena aku melakukannya sebagai permintaan maafku, yaaa walaupun aku
tidak tahu salahku tersebut. Memangnya salahku apa sich?”. “ apa kamu benar
tidak tahu salahmu? Kalau begitu kenapa kamu mau manenebusnya? Kenapa kamu
datang lagi kedalam kehidupanku setelah susah payah aku melupakanmu?”. Lia
meneteskan air matanya karena tidak mampu menahannya. “memangnya kenapa kamu
ingin melupakanku? Asal kamu tahu. Aku mencarimu setelah aku keluar dari rumah
sakit, aku berusaha menghubungi ponselmu, dan datang kerumahmu. Tapi, aku tidak
pernah menemukanmu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Bandung. Setelah
aku kembali ke Bandung aku tetap tidak bisa melupakanmu walaupun aku sudah berusaha
keras untuk melupakanmu, dan aku sangat senang ketika melihat kamu lagi waktu
itu”. “kenapa kamu berusaha mencariku? Bukannya kamu sudah punya pacar”. “ apa?
Pacar! Maksud kamu pacar apa sich?”. “cewek yang menemani kamu di rumah salit”.
“ooo... cewek itu, dia adalah sepupu aku yang tinggal di Jakarta, dan waktu itu
dia menjenguk aku”. “apa sepupu kamu?”.
Lia kaget mendengar perkataan Alex dan dia malu karena telah membenci Alex
hanya karena persoalan sepele. Dia termenung sejenak... “hai, kamu kenapa
melamun? jangan-jangan kamu marah sama saya karena cemburu sama sepupuku? Ayo
mengaku! Benarkan...” rayu Alex pada Lia “ hai... jangan keegeran gitu aku itu bukannya
marah sama kamu tapi aku...aku...aku... sudah jangan bahas masalah ini lagi
inikan hanya masa lalu kita. Ehm, kamu mau minum apa?”. Lia segera mengalihkan
pembicaraan. “kenapa kamu jadi salting gitu?”. “siapa yang salting... kamu mau
minum apa?”. “minuman dingin aja”.
Karena kelamaan menunggu, Alex meras
bosan. Tapi, saat itu dia melihat gitar
dan dia mengambil gitar tersebut, kemudian memainkannya. Dia menyanyikan lagu
kehilangan yang di populerkan oleh
Firma.
“kucoba ungkap tabir ini, kisah antar kau
dan aku
Terpisahkan oleh ruang dan waktu,
mengingatkanku pada dirimu
Kumerasa telah kehilangan, cinta yang telah
lama hilang
Kau pergi jauh karena salahku, yang tak
pernah menganggap kamu ada
Asmara memisahkan kita, mengingatkanku
pada dirimu
Gelora mengingatkanku bahwa cintamu
telah merasuk jantungmu
REFF: sejujurnya kutak bisa, hidup tanpa ada
kamu aku gila...
Seandainya kamu bisa, mengulang
kembali lagi cinta kita
Takkan kusia-siakan kamu
lagi...”. ketika Alex sangat menghayati lagunya, tiba-tiba Lia datang. “takkan
disia-siakan atau malah kembali disia-siakan?” Tanya Lia menyindir. “maksud
kamu? Aku cuman menyanyi doank!”. “tapi, sampe segitunya menghayati lagu, kalau
ekspresimu sudah bagus tapi suaramu membuat telingaku sakit, gendang telingaku
hampir rusak mendengar kamu menyanyi...hahaha...”. “ledekin aja terus sampe
puas”. “kok, jadi marah? Aku cuman bercanda tahu. Tapi, kenapa kamu menghayati
lagunya sampai segitunya, matamu jadi berkaca-kaca. Kamu menangis yach!”. “aku
sangat menghayatinya karena aku merasa kalau lagu ini seperti kisah kita. Dan
sekarang aku mau tanya kamu seandainya kamu bisa mengulang kembali kisah kita.
Maukah kamu menjadi pacarku?”. “maksud kamu apa sich!”. Lia kaget mendengar
perkataan Alex. “yee... ekspresinya serius banget. Aku cuma bercanda. Tapi,
kenapa muka jadi kamu merah? Jangan-jangan kamu suka beneran sama aku”. “siapa juga yang suka sama kamu. Jangan
kegeeran dech jadi orang”. “sebenarnya aku itu benar menyukai kamu Auxelia,
tapi kamu tidak menyadari hal itu”.kata Alex dalam hati. “eh… kenapa diam?”. “ eee…ee..e…
sebaiknya aku pulang dulu. Besok aku datang lagi. Tapi, kakimu sudah tidak
apa-apa?”. “iya, kakiku sudah sembuh”. “oh yach! Aku pulang dulu. Dan aku harap
semoga besok sikapmu bisa semanis ini lagi”. “memangnya sikapku kemarin-kemarin
kenapa?” “ehm… tidak nyadar… kemarin-kemarin itu sikapmu seperti singa yang mau
menerkam mangsanya. Aku belum masuk rumah aja sudah di suruh pulang… tapi,
untunglah aku sabar… hehehe…”. “eee….. siapa juga yang menyuruhmu datang
kerumahku. Kalau perlu kamu tidak usah datang kesini lagi besok. Sudah cepat
pulang sana sebelum aku melempar kamu keluar…”. “eitz… belum sehari sikapnya
manis sudah berubah jadi singa lagi…hehehe… aku pulang dulu”. Kata Alex yang
sengaja ingin membuat Lia marah. “hai… dasar cowok gila..la…laa…. rasakan ini”.
Lia melemparkan sepatunya kearah Alex… “hahaha… dada… besok aku datang lagi”.
“woi… awas kamu… besok tidak akan kulepaskan”. Seru Lia kesal.
Ketika Lia kekampus dia bertemu dengan
Reni. Tapi, hari ini muka Reni sangat murung, matanya juga memar seperti baru
menangis. “Ren kamu kenapa? Tidak biasanya kamu begini. Kamu sakit yach!”.
“iya, a..aa..aku sakit hati…aaa..aaaa….aaa…”.
Reni meluapkan tangisannya. “aduh… tidak usah menangis sampai segitunya
kali, malu di liatin orang-orang. Memangnya kamu punya masalah apa?”. “eh..eh…
pacarku Radit memutuskan aku karena cewek lain yang lebih cantik… coba
bayangkan siapa yang tidak sakit hati kalau cintanya di hianati seperti ini.
Hatiku bagaikan dicabit-cabit pisau yang setajam silet…”. “kayak infotaimen aja
setajam silet… tapi, kenapa juga kamu tangisin cowok yang nyata-nyatanya
menghianati cintamu. Seharusnya kamu bersyukur diputusin cowok yang seperti
itu. Dan dunia ini tidak selebar daun kelor, masih banyak cowok yang lebih baik
dari dia”. “betul, contohnya aku. sudah keren, baik, tampan lagi…hehehe’. Alex
datang tiba-tiba dengan memuji dirinya. “datang lagi dech cowok yang super
kepedean. Kayak jalangkung aja. Datang tak diundang, pulang tak diantar…”.
Sindir Lia pada Alex. “iya… betul kata kamu Lia. Tapi, mana ada cowok yang mau
sama aku. akukan jelek dan gayaku juga norak dimata mereka…”. “bukan hanya
dimata mereka kamu terlihat norak tapi dimataku juga… tapi, kalau menurut aku
kamu tidak jelek-jelek amat. Matamu indah,bodymu juga bagus. Ehm, Cuma gaya
rambutmu yang harus dirubah dan pakaianmu… bagaimana menurutmu Lia?” saran
Alex. “betul juga kata kamu Alex, aku yakin kalau kamu didandanin sedikit aja pasti kelihatan lebih cantik”.
Ketika mereka sedang menghibur Reni,
tiba-tiba Radit lewat di depan mereka dengan pacar barunya. Dan menapilkan
kemesraan mereka. “dasar cowok berengsek, rasakan ini…iii..iii….” Reni kesal
dan melempari Radit dengan botol minuman yang dia pegang. PLAKKK!!! “hai… dasar
cewek aneh…”. “dia siapa yank?” tanya cewek baru Radit. “tidak usah pedulikan
dia, dia itu Cuma cewek yang aneh yang suka sama saya. Tapi, sayangnya aku
menolok dia demi kamu…”. “kasian banget cewek aneh itu..ha…ha…ha”. “dasar cowok
berengsek… seandainya aku bisa mengangkat motor itu, aku akan melemparkan
kemukanya. Biar dia mampus sekalian, cowok seperti itu tidak layak hidup harus
dibasmi…iii..iii….” teriak Reni yang sangat kesal. “eh… kamu jadi cewek sadis
banget, jangan bertindak anarkis!!!”. “betul kata Alex, lebih baik kamu
membalasnya dengan cara lain”. “tapi apa yang harus kulakukan?”. “Aha…. Aku
punya ide, sini aku bisikin…”. Akhirnya mereka bertiga menyusun rencana untuk
membalas perbuatan Radit.
Hari ini mereka berencana melaksanakan
rencana mereka. Pertama-tama mereka pergi kepusat perbelanjaan untuk membeli
pakaian yang trend dan modis. Setelah itu mereka pergi kesalon. Disana Reni
diperlakukan bak seorang ratu, penampilannya dirubah dari ujung kaki hingga
ujung kepala. Dan alhasil Reni terlihat sangat cantik. “tidak sia-sia kita menunggu
selama 4 jam disalon ini. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Sumpah Ren, kamu
terlihat sangat cantik!”. “ehm, Lex kamu
naksir sama Reni karena dia lebih cantik!” “yeee… jangan-jangan kamu cemburu!
Tapi, tenang aja Lia dihatiku hanya ada nama kamu…hehehe…”. “hello…oo..ooo…
siapa juga yang cemburu sama kamu…”. “hai… sudah donk! Kenapa kalian jadi
bertengkar? Lia sekarang apa yang harus kulakukan selanjutnya?”. “ehm… dari penampilan sich sudah bagus tapi
kacamata kamu yang tebal ini sangat mengganggu, bagaimana kalau kamu lepas saja
kacamatamu?”. “tapi, mataku minus. Kalau aku tidak pake kacamata bagaimana
caranya aku melihat dengan jelas”. “eee… mending kamu pake lensa mata saja”.
“oh iya, betul kata Alex kamu pake lensa mata aja”.
Malam ini Reni,Lia, dan Alex pergi kesebuah
pesta yang diadakan oleh salah satu teman mereka. dan ketika mereka bertiga
memasuki lokasi pesta, semua mata tertuju pada Reni yang penampilan sangat
menawan. “Hai… Lia, Alex…” tegur Jasmin yang mengadakn pesta. “hai… Jasmin…
happy birthday…”. “oh, iya… makasih yach! Kalian sudah datang. Ehm… Reni mana?
Dan cewek ini siapa? Sepupu kamu LIa?”. “ Jasmin… ini aku Reni, kamu tidak
kenal saya?”. “ha… ini betul kamu Reni? Berubah banget, tambah cantik…”.
“memang dulu Reni segitu jeleknya yach! Sampai sekarang ini kamu tidak percaya
kalau cewek yang di hadapan kamu ini adalah Reni”. “bukan begitu maksud aku
Lex, Cuma aku merasa kalau Reni malam ini sangat cantik. Btw, kalian nikmati
aja hidangannya dulu aku pergi dulu menemui tamu-tamu yang lain”. “oh, iya
silahkan” seru Reni. “musiknya seru juga, Lia maukah kamu berdansa dengan aku?”
ajak Alex “tapi, bagaimana dengan Reni? masa kita meninggalkan dia sendiri
disini”. “tidak apa-apa, kalau kalian mau dansa silahkan saja”. Tapi Ren…”. “Lia,
Renikan tidak apa-apa disini, dia juga tidak keberatan. Tidak usah cari alasan
lagi”. Alex menarik tangan Lia menuju lantai dansa. “ Lex, kamu mau cari
kesempatan dalam kesempitan?”. “siapa yang mau cari kesempatan dalam
kesempitan, tempat ini tidak sempit tapi luas jadi aku cari kesempatan dalam
tempat yang luas…hehehe… ehm… kamu jangan jutek sama aku lagi donk! Mending
kita menikmati suasana yang romantis ini”. Alex memeluk Lia dan berdansa sesuai
dengan irama lagunya. Dan Lia hanya bisa tersenyum dan tersipumalu. “ehm… Alex
sama Lia kelihatan sangat serasi. Jadi iri melihat mereka berdua, walaupun
setiap hari bertengkar tapi mereka saling menyangyangi walaupun mereka tidak
mengakui perasaannya masing-masing”. Seru Reni dalam hati
Lama-kelamaan Reni merasa bête menunggu
sendirian,walaupun silih berganti cowok yang mengajak dia berdangsa. Ditengah
kesendiriannya, dia melihat Radit berdansa dengan pacar barunya. Dan seketika
itu kesedihan menyelimuti hati Reni lagi. “aduh… gawat niech!” seru Jasmin.
“kenapa Jasmin, apa yang gawat?” tanya Reni yang berada didekat Jasmin saat
itu. “gini Ren... salah satu pengisi acara berhalangan hadir,padahal dia akan
menyanyi life di acara ini…”. “kalau gitu tidak usah pake acara nyanyi life”.
“tidak bisa Ren, soalnya pada saat dia memainkan piano dan menyanyikan lagunya,
orang tuaku akan mengumumkan pertunanganku dengan pacar aku, tidak enakkan
kalau tanpa lagu background. Kesannya kurang perfek”. ‘sebenarnya aku bisa
memainkan piano tapi suaraku tidak bagus”. “kalau begitu kamu aja yang
menggantikannya yach! Please…”. “tapi…ii..ii…” belum sempat Reni berkata
apa-apa Jasmin sudah memanggil Reni untuk naik kepanggung. Dan apa daya
akhirnya Reni memainkan piano tersebut. “Lex, itu Reni yach!” kaget Lia ketika
melihat Reni di atas panggung. “iya… itu Reni”. Dan untungnya Reni bisa
menjalankan tugasnya dengan baik. Setelah menyanyikan lagu yang diminta oleh
Jasmin, dia memanggil Jasmin dan membisikkan sesuatu padanya. “baiklah… mohon
para hadirin memperhatikan sebentar. Teman kita Reni ingin mempersembahkan
sebuah lagu spesial ditujukan kepada seseorang…. Dan kita sambut Reni…”. dan
Reni menyanyikan lagu Sherina yang berjudul PERGILAH KAU. Dia sangat menghayati
lagu tersebut dan meneteskan air
mata dan semua penonton ikut hanyut dalam suasana tersebut. Tak terkecuali Reni
yang menangis dipelukan Alex dan Alex menganbil kesempatan memeluk Lia. “kamu
mau ambil kesempatan yach?” Lia tersadar setelah berada dalam pelukan Alex.
“tidak,kamu duluankan yang memeluk aku”.
Setelah Reni selesai menyanyi, semua tamu
undangan memberikan aplos yang sangat meriah. Dan dia segera turun dari
panggung. “Ren penampilan kamu sangat mengagumkan, aku tidak menyangka kalau
kamu bisa memainkan piano dan suara juga sangat bagus”. “betul kata Alex,
kukira selama ini kamu tidak punya bakat sama sekali, ternyata bakat kamu yang
tersembunyi ini sungguh mengagumkan”. “sebenarnya aku itu pernah ikut les piano
waktu masih umur 6 tahun. Tapi ketika aku masuk sma aku memutuskan untuk
berhenti”. Ditengah-tengah percakapan mereka berlangsung, Radit tiba-tiba
datang. “Ren,maafkan aku telah mencampakanmu, aku tahu kamu pasti sangat
terluka karena aku. dan aku salah telah menyia-nyiakanmu. Ren,maukah kamu
kembali menjadi pacarku?”. “hai… cowok yang tidak tahu diri. Asal kamu tahu
Reni sangat terluka karena perbuatanmu dan sekarang seenaknya aja mau minta
balikan”. Lia sangat kesal mendengarkan perkataan Radit yang tidak tahu diri.
“Lia… jangan emosi gitu. Sekarang biarkan mereka bicara berdua. Sini ikut aku!”
Alex merarik tangan Lia menjauh dari Reni dan Radit. “Ren, aku tahu kalau kamu
sangat kecewa sama aku. tapi maukah kamu memaafkan aku dan kembali kepadaku
lagi? Aku janji tidak akan menyakiti kamu lagi”. “Radit, aku tidak bisa
menerima kamu lagi. Sebaiknya kamu kembali pada pacarmu, cukuplah aku yang kau
sakiti. Awalnya aku melakukan semua ini untuk balas dendam sama kamu, tapi aku
sadar tak sepatutnya aku lakukan ini. Jadi, aku harap semoga kamu bisa berubah
dan tidak mempermainkan pacarmu lagi”. Air mata Reni tak terbendung lagi. “tapi
Ren, aku tidak mencintai dia. Aku hanya mencintai kamu?”. Tanpa sengaja pacar
Radit mendengar perkataan Radit. “apa maksud kamu Dit? Bukannya kamu bilang
kamu tidak bisa hidup tanpa aku? dasar cowok berengsek… rasakan ini…” tamparan
keraspun melayang dimuka Radit. “hai… dan satu lagi, ini untuk cowok yang tidak
tahu diri kayak kamu…” kepalan tinju Alex mengenai perut Radit. “Ren, sekarang
giliran kamu yang memberikan cowok playboy ini pelajaran”. “aku tidak perlu
mengotori tanganku untuk membalas dia, aku rasa dia sudah sadar…” Reni
meninggalkan Radit yang terjatuh di lantai.
Ketika mereka bertiga menuju mobil,
tiba-tiba seorang lelaki mencegat mereka. “maaf, bapak ini siapa?” Lia kaget
melihat lelaki tersebut dengan dandanan yang sangat Rapih. “maaf kalau aku
mengagetkan kalian, perkenalkan aku adalah Ahmad. Ini kartu nama aku. seperti
yang kalian liat disitu aku ini adalah salah satu agency pencari bakat. Aku
tadi sempat melihat penampilan teman kamu ini dan aku sangat terpesona dengan
penampilannya”. “maksud bapak, ingin merekrut dia menjadi artis?” Alex kaget.
“kurang lebih seperti itu, jika kamu setuju kamu besok bisa pergi kekantorku.
Oh yach…. Nama kamu siapa?”. “aku Reni dan mereka ini adalah teman aku. LIa dan
Alex”. “baiklah kalau begitu, aku tunggu kamu di kantorku besok”. Kata bapak
Ahmad sebelum pergi.
“Bagaimana ini? Apa aku harus pergi
kekantor bapak yang tadi?” Reni bingung. “kalau menurut aku, kamu tidak boleh
menyia-nyiakan kesempatan ini” saran Alex. “tapi, kita juga tidak boleh
langsung percya gitu aja. Siapa tahu dia seorang penipu, sekarang inikan banyak
penipu yang berkedot sebagai pencari bakat”. “alaaa… Lia kamu itu parno sekali
sich…”. “ mungkin kata Lia ada benernya juga. ehm, lebih baik aku tidak usah
pergi kekantor orang itu”. “yaa… kenapa jadi curigaan gini sich, inikan
kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Reni kamu harus tetap pergi, aku dan
Lia besok akan menemani kamu kekantor orang itu. “apa-apaan sich, akukan belum
setuju… besok aku itu mau pergi…” belum sempat Reni melanjutkan perkataannya
tiba-tiba Alex mengalihkan pembicaraan. “ Lia pasti setuju Reni… iyakan Lia…”
paksa Alex. “kenapa jadi maksa gini sich, ehm…. Baik dech!!! Sebel Lia.
Hari ini mereka berencana pergi kekantor
pak Ahmad, walaupun Lia tidak sepenuh hati pergi ketempat tersebut karena dia
merasa kalau ini hanya tipuan. Tapi, apa daya, Alex memaksanya pergi. “apa aku
bilang, orang itu hanya penenipu buktinya kita sudah berada di jalan sesuai
alamat ini tapi mana kantor agencynya. Tidak adakan…” seru Lia sebel. “sabar
donk, Lia… nanti juga ketemu. Sini kartu namanya, siapa tahu kamu yang salah
liat alamat”. “aduuu… maaf yach aku merepotkan kalian berdua, tidak seharusnya
aku percaya orang itu”. “ehm… pantas kantornya tidak ketemu dari tadi,
alamatnya salah. Ini semua gara-gara kamu Lia, Cuma mengomel terus dari tadi.
Tidak memperhatikan alamatnya”. “salah kamu juga Lex, aku itu memang tidak mau
pergi tapi kamu paksa aku” Lia sebel. “sudah donk… kalian berdua jangan
bertengkar terus. Mending kita pulang aja”. “tidak bisa…”paksa seru Lia dan
Alex kompak. “kok kompak gitu jawabnya”. “kita tidak boleh pulang, kitakan
sudah sejauh ini. Pokoknya kita harus kekantor pak Ahmad”. “aku setuju dengan
Alex, walaupun aku terpaksa ketempat ini, tapi aku tidak mau pulang dengan
sia-sia, setidaknya aku bisa tahu apakah ini hanya penipuan atau beneran
agency.
Setelah satu jam, mereka akhirnya menemukan
kantor agency pak Ahmad. ,mereka segera masuk ke kantor tersebut. “maaf pak
kami agak terlambat, soalnya kami sempat kesarsar”. Kata Reni. “ tidak apa-apa,
aku kira kalian tidak akan datang” kata pak Ahmad maklum. “sebenarnya kami
memang tidak mau datang ktemp….” Belum sempat Lia ceplas-ceplos di depan pak
Ahmad, mulutnya sudah ditutup oleh Alex. “maaf pak… sebaiknya kami berdua
keluar aja, biar bapak sama Reni bisa lebih leluasa bicaranya”. Alex segera menyeret
Lia keluar dari ruangan pak Ahmad. “hai… lepaskan aku…” Lia berusaha melepaskan
dirinya dari Alex. “iya..iya… aku lepaskan, tapi tidak seharusnya kamu
ceplas-ceplos gitu, bagaimana kalau pak Ahmad marah dan tidak jadi merekrut
Reni”. “eee… dasar cowok menyebalkan”.
Setengah jam berlalu, akhirnya Reni keluar
dari ruangan pak Ahmad. “Ren… bagaimana? Apa kamu akan diorbitkan jadi
penyanyi?” tanya Alex antusias. “di lihat dari ekspresinya sich! Pasti di
tolak” seru Lia pesimis. “ehm… sayang
sekali aku…aku… aku akan diorbitkan…uuu… dan kata pak Ahmad kalau minggu ini
aku harus ke Jakarta untuk menjalankan rekaman dan aku akan menyanyikan lagu
ciptaan Dewiq”. Reni sangat senang dan teriak-teriak. Tapi, Lia hanya
tersenyum. “ hore…. Apa kubilang kamu tidak boleh menyia-nyiakan ini” Alex ikut
senang. “selamat yach Ren….” Reni hanya tersenyum. “ehm… ini semua juga berkat
kalian berdua yang selalu memberikan aku semangat ketika aku terpuruk. Makasi
yach, kalian ini memang sahabat aku yang is the best”.
Setelah seminggu berlalu Lia merasa
kesepian karena Reni sedang berada di Jakarta. Dia juga sangat sulit
berkomunikasi dengan Reni. “huft… Reni sedang apa yach sekarang, aku jadi
kesepian tanpa dia”. “Hai… kenapa bicara sendiri? Kayak orang gila aja!” Alex
mengagetkan Lia yang sedang berada di taman. “kamu yang gila… lagian apa urusan
kamu kalau aku bicara sendiri”. “iii… malah marah, kamu tidak usah pikirin Reni
terus. Sekarang ini dia tentu sangat sibuk mempersiapkan singlenya. Daripada
kamu bengong sendirian disini mending kamu ikut aku, kita pergi kekafe. Aku
yang teraktir dech!” Alex menarik tangan Lia menuju mobilnya. “apa-apaan ini…
aku belum bilang iya. Kenapa main tarik aja…”. “tidak usah menolak dech!”.
Sesampainya di kafe, Alex segera memesan
makanan. “mbak, saya pesan nasi goreng satu porsi dan bakso, ehm… minumnya jus
jeruk aja”. “kenapa kamu pesankan aku makanan tanpa tanya dulu kalau aku mau
makan apa?”. “Lia aku itu tahu kalau makanan favoritmu bakso”. “darimana kamu
tahu?”. “akukan dukun… hehehe… sebenarnya aku masih ingat kali pertama kita
bertemu, waktu itu adikmu hilang dan aku yang menemukannya. Sebagai tanda
terima kasihmu kamu mau memberikan aku uang tapi aku menolaknya, karena waktu
itu kamu tidak mau merasa hutang budi kamu mentraktir aku dan waktu itu kamu
memesan bakso”. “oh, iya… kamu masih ingat yach kejadian itu?”. “mana mungkin
aku melupakannya, itukan pertumuan yang terindah dalam hidupku”. “ehm… jangan
lebay dech!!!”.
Hari demi hari telah di lalui Lia bersama
Alex. Merekapun semakin dekat. “Lia tunggu….” Panggil Alex ketika melihat Lia
di taman. “ada apa Lex?”. “ sore ini kamu tidak ada acara?”. “memangnya
kenapa?”. “aku ingin mengajak kamu kesuatu tempat”. “kemana sich?”. “ada dech!
Pokoknya ini surpraise”. “tapi, belum tentu aku bisa pergi soalnya aku mau
pergi belanja”. “yaaa…. Belanjanya nanti aja setelah kita jalan”. “liat nanti
aja dech…”. “yaaa…. Kok pergi sich? Pokoknya aku tunggu kamu di tempat parkir,
kamu harus datang”.
Setelah jam kuliah selesai, satu persatu
mahasiswa keluar dari kampus tapi Alex tidak melihat Lia. “anak itu kemana? Aku
sudah menunggu satu jam dia belum datang, rencana aku bisa gagal kalau begini”.
Beberapa menit kemudian, Lia akhirnya datang. “hai Lex, sory… aku agak sedikit
lambat soalnya tadi ada tugas yang harus aku selesaikan dulu”. “ehm… aku hampir
jamuran menunggu kamu disini… tapi, tidak apa-apa daripada kamu tidak datang.
Kalau begitu cepat naik…”. “iya…”. Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan.
“kenapa kamu mengajak aku ke taman ini? Di sinikan gelap banget. Jangan-jangan
kamu ingin berbuat jahat sama aku. awas aja yach! Kalau kamu macam-macam…”.
“yeee… mana mungkin aku ada maksud jahat sama kamu. Sudah cepat turun, kita ke
tempat itu…”. “tapi Lex, tempat ini sangat menyeramkan. Aku jadi takut…”. “kamu
tidak usah ketakutan gitu”. “kamu juga sich! Kenapa mengajak aku ke tempat ini.
Taman ini memang sangat indah kalau
siang. Tapi, kalau malam sangat menakutkan. Aku jadi takut”. “ kamu tidak usah
takut, akukan ada di sini”.
Mereka akhirnya mereka menuju ke tempat
duduk yang ada di taman tersebut. Di tengah-tengah perjalanan mereka, Lia
mendengarkan suara seorang cewek yang sedang menangis. Dia sangat ketakutan dan
memegang erat tangan Alex. Dan tiba-tiba muncul sesosok cewek yang berpakaian
putih. “aaaa…. Kuntilanakkkk…kkk…” teriak Lia dengan memeluk erat Alex.
“hahaha…. Lia, dia itu bukan kuntilanak, dia manusia seperti kita. Makanya kamu
jangan parno gitu! Aku tidak menyangka cewek sejutek kamu ternyata penakut
juga..hahaha…”. “ketawa aja terus… kamu itu sengaja yach membawa aku ke tempat
ini. Seandainya aku tahu seperti ini, aku tidak akan pergi”. “ makanya jangan
terlalu parno!”. “kamu sudah puas membuat aku ketakutan. Lebih baik aku pulang”. “Lia, tungguuu…”.
Alex mencegah Lia untuk pergi. Dia menarik tangan Lia dan mendekap Lia dalam
pelukannya. “Lia, aku mohon kamu jangan pergi lagi dari sisiku. Bisakah kamu
memberikan aku kesempatan kedua? Aku…aaku…aaaku sebenarnya mencintaimu…” dan
seketika itu lampu di taman tersebut menyala secara bersamaan dan membuat taman itu tampak sangat indah. “tapi
Lex…”. “ ssstt… kamu tidak usah menjawabnya sekarang aku tahu kamu pasti masih
bingung… ehm… mending kita duduk di sana, tidak enak bicara sambil berdiri”.
Mereka menuju kesebuah tempat duduk yang ada di taman. “ternyata aku salah,
taman ini lebih indah di malam hari daripada disiang hari. Tapi, kenapa lampu
ditaman ini bisa tiba-tiba menyala??? Aneh!!! Jangan-jangan ini semua kamu yang
merencanakannya yach!!!”. “sebenarnya ini semua kupersiapkan sebagai supraise
untuk kamu”. “jadi, cewek tadi yang mirip kuntilanak itu kamu juga yang merencanakannya?”. “ehm… iya…hahaha…
sory yach! Tapi, sumpah muka kamu lucu banget kalau ketakutan”. “dasar… mana
ada seorang cowok yang mau menembak cewek pakai suasana horror. Seharusnya
suananya romantis…”. “kalau suasananya romantis itu sudah biasa. Tapi, kamu
senangkan aku ajak kesini”. “senang apanya… aku itu malah syok…”. “syok karena
suasananya atau syok karena aku menembak kamu”. “sebenarnyaaa… karena
dua-duanya…” Lia senyum-senyum sendiri.
Akhirnya mereka pulang setelah menikmati
malam yang indah di taman. “Lia… tunggu…” Alex memanggil Lia ketika Lia
bergegas masuk ke dalam rumah. “ada apa Lex?”. “ini untuk kamu…”. Alex
memberikan sebuah hadiah pada Lia. “ini apa?”. “anggap aja ini adalah tanda
terima kasihku karena kamu mau menemaniku tadi. Kalau begitu aku pulang dulu…
aku tunggu jawabanmu besok…” Alex bergegas menuju mobilnya. dan Lia tidak bisa
menyembunyikan kebahagiannya, dia senyum-senyum sendiri. “begini yach rasanya
jatuh cinta… hati terasa berbunga-bunga. Tapi, aku harus jawab apa besok? Tidak
mungkinkan aku langsung bilang iya. Tapi, tidak mungkin juga aku menolaknya.
Aduh… apa yang harus kulakukan….”.
Keesokan harinya Lia memutuskan pergi ke
rumah Alex, rencananhya hari ini dia akan menjawab pertanyaan Alex. Sesampainya
di rumah Alex, dia bergegas turun dari taksi. Tapi, dari kejauhan dia melihat
Alex bersama seorang cewek. Awalnya dia mersa cemburu, karena tidak mau cemburu
buta lagi dia menelpon Alex untuk memastikan
siapa cewek yang di lihatnya. “halo…”. “halo ini siapa?” Lia kaget
ketika mendengar suara cewek yang menjawab telponnya. “saya ini pacar Alex…
kamu siapa?”. Lia tambah kaget. “hai… apa-apaan kamu… kenapa kamu mengangkat
telponku…” dari kejauhan terdengar suara Alex. Akhirnya alex merebut hpnya dari
cewek itu. “Lia kamu jangan salah paham dulu. Ini semua tidak seperti apa yang
pikirkan”. “cukup Lex… apa kamu sengaja mempermainkan aku seperti ini…”. “tapi,
Lia dia itu…” belum sempat Alex melanjutkan pembicaraannya, Lia sudah menutup
teleponnya. Tanpa sengaja Alex melihat Lia dari kejauhan. Dia segera keluar dan
mengejar Lia, tapi Lia sudah naik taksi. Tapi, Alex tetap mengejarnya dan cewek
itu juga mengejar Alex. Tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang
dan cewek itu tertabrak mobil… “aaaa…..” teriak cewek itu sesaat sebelum
tertabrak. Alex segera berbalik dan
menolong cewek itu.
Setibanya di rumah sakit Alex, segera
menghubungi keluarga Angel nama cewek itu. “Nak Alex bagaimana keadaan Angel?”.
“Tante… keadaan Angel kritis dan dokter sekarang masih memeriksanya”. “Angel….
Kenapa ini semua bisa terjadi sama kamu…” Ibu Angel menangis. “Ma… sudah jangan
menangis lagi… kita berdoa kepada Allah”. Kata Papa Angel. “tapi Pa… bagaimana
keadaan anak kita?”. Beberapa menit kemudian dokter selesai memeriksa Angel.
“keluarga Angel mana?”. “Kami dok… orang tua Angel…” kata Mama Angel. “keadaan
anak ibu saat ini sangat kritis dan jika dalam 24 jam dia tidak siuman, dia
mungkin dia akan koma. Kami sudah berusaha sangat keras, dan saat ini hanya doa
dari keluarga yang dapat membantu dia”. “anakku…” tangisan mama Angel semakin
tak terkendali. “Dok… apa kita boleh melihat Angel sekarang?”. “iya pak…”.
Orang tua Angel segera masuk kedalam ruang
perawatan Angel sedangkan Alex hanya menunggu di luar. Saat ini dia sangat
bingun, di satu sisi dia ingin menjelaskan kesalah pahaman Lia dan di sisi lain
dia tidak bisa meninggalkan Angel. “apa
yang harus kulakukan… aku tidak ingin kehilngan Lia untuk keduia
kalinya…”. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menelpon Lia “halo…”. “kenapa lagi
kamu menelpon?”. “Lia kamu jangan marah dulu… dengarkan dulu penjelasanku…”.
“apa lagi yang ingin kamu jelaskan? Aku tidak percaya lagi sama kamu”. “tapi,
Lia… ini semua tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku mohon berikan aku
kesempatan untuk menjelaskan semua ini. Aku sangat mencintaimu Lia…”. “baiklah…
sekarang apa yang ingin kamu katakana?”. “aku tidak bisa bicara disini, bisakah
kita ketemu di kafe nanti malam jam 7”. “baiklah…”.
Alex masuk kedalam kamar, dia ingin pamit
pulang pada orang tua Angel. Tapi, dia mengurungkan niatnya ketika melihat
Angel tersadar. Orang tua Angel sangat senang dan segera memanggil Dokter.
“Alhamdulillah.. anak ibu telah meleati masa kritisnya” kata dokter yang
memeriksa Angel. “iya Dok…”. “tapi, apakah Ibu bisa ke ruanganku sebentar?”.
“biar saya saja dokter yang pergi”. Seru Papa Angel.
Di
saat Angel membuka matanya, orang yang pertama kali dia panggil adalah nama
Alex, Orang tua Angel segera memanggil Alex. Ketika Alex masuk ke dalam kamar,
Angel memegang tangan Alex. “Lex, aku mohon bisakah kamu balikan sama aku? aku
masih sangat mencintaimu…” Kata Angel yang masih sangat pucat. “tapi, Angel…
aku…”. “Angel… nak Alex pasti mau balikan sama kamu lagi”. Perkataan Alex
segera dipotong oleh Papa Angel. Alex tidak bisa berkata apa-apa dan dia segera
keluar dari rungan itu. “Nak Alex…. Tunggu…. Maaf tadi Om mengatakan seperti
itu. Tapi, aku harap kamu bisa mengerti”. “tapi Om, aku mencintai wanita lain”.
“Alex, Om harap kamu bisa membantu Angel. Bukannya kamu pernah mencintai
Angel?”. “iya… tapi, itu dulu sebelum dia membuat aku sakit hati”. “Alex, Om
harap kamu bisa berpura-pura mencintai Angel. Aku tidak ingin Angel tambah
sedih dengan keadaannya saat ini, aku ingin Angel merasa bahagia disisa-sisa
hidupnya saat ini karena dia mengidap penyakit kanker otak ”. “apa… bukannya,
dokter tadi mengatakan kalau Angel sudah melewati masa kritisnya?”. “sebarnya
Angel sudah lama mengidap penyakit ini”. “tapi Om….”. “Alex, Om mohon pada
kamu, turutilah permintaan Angel”. Papa Angelpun berlutut di hadapan Alex.
“Baiklah…” dengan perasaan yang sangat sedih diapun memenuhi permintaan Papa
Angel.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Alex
segera menuju ke kafe untuk bertemu dengan Lia. Setibanya di kafe dia sudah
melihat Lia. “maaf aku terlambat, kamu sudah menunggu lama?”. “tidak usah
banyak bicara, cepat apa yang ingin kamu katakan”. Lia masih marah pada Alex
sehingga dia bersikap jutek. “sebenarnya aku ingin minta maaf sama kamu,
mungkin aku telah berkali-kali membuatmu marah. Tapi…”. “jangan berbelit-belit…
to the point aja…”. “baiklah… cewek yang kamu lihat tadi pagi di rumahku adalah
pa… eee… sebenarnya dia adalah pacarku…”. Seketika air mata Lia menetes di
pipinya yang mulus. “Lex, sudah puas kamu menyakiti hatiku, kenapa kamu
memberikan aku harapan jika kamu hanya ingin menghancurkan harapan tersebut…
kamu jahat Lex”. “aku tahu kalau aku memang sangat jahat tapi aku mohon maafkan
aku…” Air mata Alex tak tertahan lagi. Dia juga merasa sangat tersiksa dengan
posisinya saat ini. “kamu jahat Lex… kamu tega mempermainkan perasaanku… aku
benci kamu…” Lia segera berdiri dan bergegas untuk pergi dari kafe tersebut.
Alex memegang tangan Lia dan memeluknya. “aku harap kamu bisa mengerti aku, aku
juga tidak meingingkan semua ini terjadi”. “lepaskan aku…” PLAAKKK… Lia
menampar Alex. “pukullah aku sepuasnya… aku memang pantas mendapatkan ini”. Lia
hanya termenung sejenak dan berlari
keluar dari kafe tersebut dengan berlinan air mata. “aaaa…aaaa....kenapa ini semua terjadi padaku” Alex hanya bisa
teriak.
Hari demi hari berlalu, namun hubungan
Alex dan Lia masih belum kunjung baik. Lia masih sangat membenci Alex sehingga
dia selalu menghindarinya. Dan hari ini rencananya Reni akan pulang ke Bandung setelah dia
selesai merilis singelnya di Jakarta. Reni segera menemui Lia di kampusnya.
“hai… Lia…” teriak Reni ketika melihat Lia. Lia hanya menampakkan ekspresi yang
murung. “hai Ren… kapan balik dari Jakarta?”. “tadi… tapi, kamu kenapa murung
begini? Alex mana?”. “sebaiknya kamu jangan menyebut nama itu di hadapanku”.
“kamu kenapa sich! Bukannya kamu sudah baikan dengan Alex? Walaupun dulu kamu
masih jutek”. “ceritanya panjang Ren… nanti aja aku ceritakan semuanya”. “ehm…
baiklah… padahal aku ingin mentraktir kalian bardua, karena kalian aku bisa jadi seperti ini”. “kenapa kamu ke
Bandung?” tanya Lia mengalihkan pembicaraan. “aku ke sini dalam rangka
mempromosikan singelku. Tapi, aku tidak lama disini karena aku harus tour ke
beberapa kota lagi. Btw aku lapar, kita pergi ke kafe yach… dan kamu harus
menceritakan semua masalah kamu?”. “iya” jawab Lia singkat dengan ekspresi
murung.
Setibanya di kafe, Lia menceritakan semua
kejadian yang menimpa dirinya dengan Alex. “ternyata Alex jahat banget?” kata
Reni setelah mendengar perkataan Lia. “Ren, aku merasa sangat sakit hati. Aku
berusaha melupakan Alex tapi sangat sulit bagiku. Oleh karena itu aku
memutuskan untuk keluar negeri”. “Lia jangan mengambil keputusan di saat kamu
emosi seperti ini. Terus kalau kamu keluar negeri, kuliah kamu disini
bagaimana?”. “tapi, jika aku tetap disini aku tidak bisa konsen kuliahnya, dan
aku berencana melanjutkan kuliahku di luar negeri”. “aku harap semoga ini
adalah jalan yang terbaik untukmu. Dan semoga kamu bisa melupakan Alex
secepatnya”. “iya… thanks yach…”
Hari ini merupakan hari keberangkatan
Lia ke Jakarta, dia ke Jakarta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang di
perlukannya sebelum keluar negeri dan dia juga akan berpamitan pada orang
tuanya. Tapi, dia tidak berpamitan pada Alex. Sehingga Alex tidak mengetahui
kepergian Lia. Dan komunikasi antara merekapun terputus.
2 tahun telah berlalu. dan hari ini Lia
pulang dari luar negeri setelah dia menyelesaikan studynya. “Halo… Ma… aku
sudah sampai di bandara, mama sekarang dimana?”. “maaf sayang mama tidak bisa
menjemput kamu soalnya tiba-tiba ada urusan mendadak, kamu naik taksi aja ya…”.
“memang pak Ujang kemana Ma?”. “pak Ujangkan mengantar mama”. “baiklah aku naik
taksi”. “iya sayang… hati-hati di jalan ya!!!”. “iya ma”. Lia menutup
teleponnya dan bergegas mencari taksi. Ketika hendak naik di taksi yang sedang berada di
depannya tiba-tiba datang seorang cowok yang menerobos masuk ke dalam taksi
tersebut. Tentu saja Lia tidak menerimahnya, diapun menarik cowok tersebut
keluar dari taksi. “Hai, kamu tidak punya etika yach! aku duluan yang
mendapatkan taksi ini…”. “maaf…. Aku lagi buru-buru. Mending kamu ambil uang
ini saja dan cari taksi lain”. “kamu pikir aku tidak bisa bayar taksi, aku juga
lagi buru-buru. Cepat keluar dari taksi itu…” Lia sangat kesal dengan cowok
itu. Akhirnya cowok tersebut keluar dari taksi. “iya…iya.. aku keluar… dasar
cewek galak”. “apa kau bilang?” karena tidak terimah dengan perkataan cowok
tersebut, Lia menarik baju cowok itu dan menendang kakinya… “rasakan itu… cowok
yang tidak punya etika”. “hai kau…” pada saat cowok tersebut ingin membalasnya,
tiba-tiba dia mengenali Lia. “kamu Auxeliakan?”. “darimana kamu tahu namaku?”
Lia kaget karena tiba-tiba cowok tersebut mengenalnya. “betulkan… sudah lama
banget kita tidak ketemu…” cowok itupun memeluk Lia. “apa-apaan ini, kenapa
kamu memeluk aku? kamu itu siapa?”. “kamu tidak ingat dengan aku?” cowok itu
segera membuka kacamatanya. Dan akhirnya Lia mengenalinya. “Aldo… ternyata kamu
Aldo…”. “iya… aku tidak menyangka kita ketumu dengan cara begini”. “maaf pak,
bu… kalian mau naik taksi atau mengobrol? Soalnya saya harus cari setoran
secepatnya” seru supir taksi yang sudah menunggu lama. “kalau begitu kita naik
taksi bareng aja”. “iya dech… maaf yach! tadi aku menendang kakimu”. “iya…
ternyata kamu itu belum berubah masih segalak dulu”. “tentu saja tadi aku
marah, kamu main menerobos aja. Dan kamu juga tidak berubah, masih
menyelesaikan segala sesuatu dengan uang”. “hahaha… ternyata kamu masih ingat
kelakuan aku waktu sma”. Merekapun menceritakan penalaman mereka masing-masing.
Setengah jam kemudian Lia sampai di
rumahnya. “Aldo kamu tidak mau singgah dulu?”. “lain kali aja, soal aku ada
urusan”. “ya sudah… makasih yach!”. setelah taksi itu pergi, Lia bergegas masuk
kedalam Rumah. “Assalamu Alaikum…”. “Walaikumsalam… Non, sudah sampai. Sini
saya bawakan kopernya”. “oh iya Bi, kenapa rumah sepi sekali? Mama,Papa sama
Fian kemana?”. “tuan masih di kantor, nyonya tadi keluar, kalau den Fian pergi
sama temannya”. “ehm… 2 tahun baru balik ke Indonesia, bukannya di sambut malah
pada sibuk sendiri dengan urusannya”. “Non, mau Bibi bikinin minum?”. “tidak
usah Bi, aku mau istirahat saja”. Lia bergegas menuju kamarnya, ketika dia
menyalakan lampu kamarnya tiba-tiba terdengar suara. “SURPRISE…” seru mereka
serentak. Lia kaget campur bahagia. “aku pikir kalian tidak mengingat kalau
hari ini aku pulang”. “mana mungkin kita lupa ka” kata Fian. “iya sayang… mama
sudah mempersiapkan ini semua sejak kemarin”. “Papa juga membatalkan meeting
Papa demi manyambut kedatangan anak Papa yang tersayang”. “aku jadi terharu…
makasih yach, Pa,Ma dan Adik aku yang ganteng” seru Lia sambil memeluk mereka.
“kalau begitu, ayo kita rayakan kepulangan kak Lia” seru Fian semangat.
Ditengah-tengah keceriaan mereka, tiba-tiba
datanglah seorang tamu. “maaf tuan… ada tamu yang mencari bapak”. Kata
pembantu. “mending Papa menemui tamu Papa dulu” kata Lia. Akhirnya Papa Lia segera
menemui tamu tersebut. Dan Lia beserta Mama dan Adiknya melanjutkan acara
makan-makannya. “Apa… itu tidak mungkin terjadi…” teriak Papa Lia. Lia, Mamanya
dan Fian segera menuju ruang tamu ketika mendengar teriakan Papanya. “Apa yang
terjadi Pa?” seru Mama Lia yang baru sampai di ruang tamu. “Ma… perusahaan kita
terancam bangkrut?” muka Papa Liapun pucat. Dan penyakit jantungnya kambuh. “Pa..
papa kenapa?”. “Jantung Papa…”. “Lia cepat telepon ambulance.”. seru Mama Lia
panik.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai
di rumah sakit. “Ma, bagaimana keadaan Papa?” “kata dokter Papa sudah agak
baikan”. “kamu sama Fian pulang saja dulu, biar Mama yang jaga Papa”. “Mama aja
yang pulang, biar aku yang jaga Papa”. “sayang kamu itu pasti lelah, jadi kamu
harus istirahat kamukan baru pulang dari luar negeri dan Fian juga harus pulang
soalnya besok harus sekolah”. “baiklah… tapi, kalau ada apa-apa segera telepon
aku yach! Ma”. ‘iya… cepat pulang”.
Keesokan harinya Lia kerumah sakit.
“bagaimana keadaan Papa?” tanya Lia. “Papa sudah tidak apa-apa sayang. Kemarin
Papa Cuma syok”. “memangnya perusahaan Papa kenapa?”. “sebanarnya perusahaan
kita terancam bangkrut karena salah satu pegawai Papa menggelapkan dana
pembangunan proyek dan dia melarikan diri sehingga klein Papa memutuskan
kontraknya. Tapi, kamu tidak usah memikirkannya karena Papa akan segera mengatasinya”.
“kalau begitu aku harus segera mencari kerja”. “Sayang… kamu tidak perlu
mencari kerja. Papa pasti bisa menyelesaikan masalah ini begitu Papa keluar
dari rumah sakit”. “tapi, Pa… buat apa aku jauh-jauh sekolah keluar negeri jika
aku hanya jadi pengangguran”. “Tapi, cari kerja sekarang ini sangat susah”.
“aku harus tetap mencobanya Pa….”. “tapi, jangan memaksakan diri. Papa tidak
ingin kamu menanggung beban gara-gara Papa”. “Papa tenang saja. Lulusan terbaik
seperti aku ini pasti di butuhkan di berbagai perusahaan. Hahaha…” canda Lia
berusaha menghibur Papanya. “hahaha…”. “gitu donk Pa, banyak-banyak ketawa…”.
Hari ini Lia menyebar lamarannya ke
berbagai kantor tapi sayang kantor-kantor tersebut menolak lamaran Lia. Lia
memang lulusan luar negeri tapi pengalamannya belum ada jadi sebagian kantor
menolak. “huft… benar kata Papa, cari kerja itu sulit. Dan ini adalah kantor
yang ke 5 yang aku datangi. Semoga aku bisa di terimah di kantor ini” seru Lia
sebelum masuk kedalam kantor tersebut. Dan ketika memasuki kantor tersebut Lia
sangat kagum karena kantor tersebut lebih besar dan mewah dari kantor Papanya.
Lia bergegas munuju resepsionis. “maaf mbak, saya ingin menyerahkan surat
lamaran saya”. “oh… simpan saja di situ. Nanti saya panggil, silahkan duduk di
sebelah sana”. “terima kasih Mbak”.
Beberapa menit kemudian nama Auxeliapun di
panggil untuk wawancara. Lia bergegas masuk ke dalam ruangan. “silahkan duduk…”
kata pak maneger yang akan mewawancarai Lia. “iya pak…”. “kamu itu lulusan luar
negeri yach?”. “iya pak. Aku salah satu lulusan terbaik”. Dan pertanyaan
demi-demi pertanyaan bisa di jawab Lia dengan baik. “baiklah… ini pertanyaan
terakhir. Apa kamu memiliki pengalaman kerja?”. “maaf pak. Tapi aku belum
pernah bekerja”. “sebenarnya kamu cukup baik dalam menjawab
pertanyaan-pertayaan yang telah saya ajukan. Tapi, sayang kamu belum memiliki
pengalaman dan itu merupakan persyaratan utama perusahaan kami”. “tapi Pak, aku
bisa mencobanya…”. “maaf… tapi aku tidak bisa menyalahi peraturan kantor”. “bapak
seharusnya bisa memberikan aku kesempatan, karena aku akan berusaha bekerja
dengan baik”. “sekali lagi Maaf Mbak… dan silahkan keluar”. Dengan sangat kesal
Lia keluar dari ruangan tersebut. “perusahaan apaan ini. Tidak memberikan
kesempatan hanya karena aku tidak punya pengalaman kerja. Mungkin kinerjaku
lebih bagus dari orang yang sudah punya
pengalaman kerja selama sepuluh tahun”. Liapun mengomel sambil menuju
keluar dari kantor tersebut, tanpa sengaja dia menabrak seorang Lelaki. Lia
tidak meminta maaf kepada lelaki yang di tabraknya tersebut dan hanya
menlanjutkan langkah kakinya. Tapi, lelaki itu sempat melihat ekspresi
kekecewaan Lia sehingga dia menuju ke ruangan menager. “maaf.. boleh saya
masuk?”. “iya silahkan”. Maneger tersebut terkejut ketika melihat direktur
masuk kedalam ruangannya. “maaf Pak Direktur…
ada apa anda kesini?”. “kenapa cewek tadi kelihatannya sangat kecewa
ketika keluar dari ruangan bapak?”. “maaf Pak… dia itu salah satu pelamar di
perusahaan kita. Tapi,dia tidak diterimah karena tidak memenuhi persyaratan”.
“kalau kamu menolak lamaran seseorang kamu harus menolaknya secara baik-baik.
Jangan sampai citra kantor kita jadi buruk hanya karena insiden seperti
ini”.”baik Pak..”. “boleh aku lihat surat
lamaran gadis yangh tadi?”. “ini Pak…” seru manager tersebut sambil
memberikan surat lamaran Lia. “perestasi gadis ini sangat bagus, dia bahkan
salah satu lulusan terbaik dari luar negeri”. “kenapa kamu menolak
lamarannya?”. “prestasi memang sangat bagus Pak, tapi, dia tidak memiliki pengalaman
kerja”. “tapi, walaupun begitu kamu harus memberikan dia kesempatan. Pokoknya
aku ingin kamu segera menghubungi gadis ini”. “tapi Pak…”. “aku akan memberikan
dia kesempatan. Suruh gadis tersebut menemuiku besok”. “baik Pak”. Seru pak
manager tanpa berdaya.
Sepulang dari kantor tersebut, Lia
menuju ke rumah sakit. sesampainya di rumah sakit dia segera kekamar tempat Ayahnya
di rawat. “Assalamu Alaikum…”. “Walaikumsalam…”. “bagaimana keadaan Papa?”.
“Papa sudah jauh lebih baik dan tadi Dokter bilang kalau Papa sudah bisa pulang
besok. Apa kamu sudah mendapat pekerjaan?”. “ehm… belum Pa…. ternyata betul
kata Papa, mencari pekerjaan itu sangat sulit”. Seru Lia Lesu. “kamu tidak usah
kecewa begitu, kamu tidak usah memaksakan diri”. “tapi, aku tidak akan menyerah
Pa, aku akan berusaha”. Di tengah pembeciraan mereka tiba-tiba Hp Lia bunyi.
“Halo…”. “Halo…ini siapa?” kata Lia bingung. “saya manager dari kantor PT. Dirgantara ingin
mengatakan kalau Mbak di berikan kesempatan dan Mbak harus datang ke kantor
besok”. “anda tidak bercandakan?”. “tentu saja tidak. Kamu besok harus datang
jam 9, jangan telat”. “baik Pak… teriama kasih”. LIa sangat bahagia. “Pa… aku
di terimah Pa…”. “Alhamdulillah… besok kamu tidak boleh terlambat, karena hari
pertama itu merupakan penilaian yang sangat penting . Kamu juga harus
berpelampilan rapih dan sopan”. “iya Pa… aku tahu…”.
Keesokan harinya Lia beregegas ke kantor,
dia pergi lebih awal karena dia takut terlambat. Tapi, ketika dijalan, mobilnya
tiba-tiba mogok. “aduh… bagaimana ini? Aku tidak boleh terlambat”. Lia tidak
tahu apa yang harus dia lakukan. “maaf… apa ada yang saya bisa bantu?” seorang
cowok dengan penampilan rapih menghampiri Lia. “iya… mobil saya mogok” Lia
membalikkan badannya, dan seketika ekspresi wajahnya berubah. “kamu… aku tidak
perlu bantuan kamu” seru Lia dengan jutek. “apa kamu masih marah padaku?”.
“mungkin kamu bisa melupakan kejadian itu dengan mudah tapi aku tidak akan
melupakannya seumur hidupku. Mending kamu pergi dari sini, aku tidak ingin
melihat mukamu lagi”. Tiba-tiba HP Lia
benyi. “halo… iya pak. Maaf pak, mobil saya mogok. Baiklah, saya akan usahakan
sampai di sana dalam waktu 30 menit”. Setelah menutup telepon, Lia kebingunan.
“mana mungkin kamu bisa sampai di sana dalam waktu 30 menit. Kalau kamu mau aku
bisa membantumu?” kata cowok tersebut. “Alex aku tidak perlu bantuanmu, dan aku
harap kamu jangan menganggu kehidupanku lagi”. “Tapi LIa, aku juga merasa
sangat bersalah atas kejadian itu. Dan aku harap kamu bisa menerimah pertolonganku
ini?”. Lia tambah bingung, dia merasa gengsi menerimah pertolongan Alex. Tapi,
dia juga sangat membutuhkannya. “kamu tidak perlu merasa gengsi? Jika kamu mau,
kamu bisa pakai mobil aku dan biar aku yang membawa mobilmu ke bengkel”.
“baiklah aku akan menerimah pertolonganmu tapi bukan berarti aku sudah
memaafkanmu”. “iya aku tahu tak semudah itu kamu bisa memaafkanku. Oh ya,
dimana alamat kamu?”. “kenapa kamu tanya alamtku?”. “mana mungkin aku bisa
mengembalikan mobilmu kalau aku tidak tahu di mana alamatmu?”. “kamu bawa aja
ke alamat ini” Lia memberikan alamat kantornya. “alamat inikan…” seru Alex
setelah Lia pergi.
Sesampainya Lia di kantor, dia segera
menuju kerungan direktur. “maaf pak, saya terlambat” kata Lia setelah masuk
kedalam ruangan itu. “tidak apa-apa. Kamu yang kemarin melamar pekerjaan
sebagai manager pemasaran?”. “iya pak. Tapi, saya pikir kemarin lamaran saya
ditolak”. “saya memberikan kamu kesempatan karena perestasimu cukup cemerlang. baiklah
hari ini kamu akan mulai bekerja dan sekertaris saya akan menunjukkan ruangan
kamu, dan hari ini kita ada meeting, aku ingin melihat kemampuan kamu. Jadi aku
harap kamu dapat mempersiapkan materi meetingnya sekarang dan data-data sudah
ada di ruanganmu. Sekarang kamu bisa menuju ruangan kamu”. “baik pak…” Lia
segera meninggalkan ruangan itu. “busyet dech!!! Baru hari pertama kerja,
pekerjaan sudah menumpuk” seru Lia dalam hati.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.30
manandakan istirahat jam kantor, tapi Lia belum bisa meninggalkan pekerjaannya
yang masih menumpuk. Dan dia juga mempersiapkan materi meeting yang di
jadwalkan jam 14.00 nanti. Liapun tidak sempat makan siang. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 13.45,
Lia bergegas menuju ruang meeting dan untungnya dia tidak terlambat karena klainnya
belum datang. Setelah beberapa menit kemudian klain tersebut memasuki ruang
meeting. “maaf, saya terlambat”. Kata klien tersebut setelah duduk dari kursi
yang sudah di persiapkan. Lia tidak sempat memperhatikan klien tersebut karena
masih sibuk merapikan materi meeting. Setelah namanya dipanggil untuk
mempersentasikan materi meetingnya, dia baru sadar bahwa klainnya tersebut
adalah Alex. “maaf, apakah materinya sudah siap untuk dipersentasikan? Kata
klain tersebut yang tak lain adalah Alex. Awalnya Lia sangat gugup tapi Lia
segera mengendalikan perasaannya tersebut secara propesional. Dan akhirnya
meetingnya berjalan dengan lancar. “baiklah… menurut saya idenya sangat bagus
dan saya setuju proyek ini dilanjutkan tapi, masih ada beberapa yang harus
diperbaiki jadi saya harap manager pemasaran bisa tinggal di ruangan ini
sebentar untuk membicarakan kelanjutan proyek ini. Dan yang lainnya bisa
keluar”. Kata Alex. Setelah semua peserta meeting keluar, Alex mendekati Lia.
“maaf pak, jika masih ada pekerjaan yang harus kita bicarakan sebaiknya kita
bicarakan sekarang” seru Lia dengan
jutek. “sebenarnya aku tidak akan membecirakan masalah pekerjaan tapi, ini
masalah kita berdua”. “maaf pak, saya pikir tidak ada yang perlu kita
bicarakan”. Lia meninggalkan ruangan tersebut, Alexpun mengejarnya. “sebaiknya
kamu ikut bersamaku” seru Alex dengan memegang tangan Lia dan membawanya ke
lift. “kamu maunya apa sich Lex? Tidak cukupkah kamu menyakiti hatiku?” seru
Lia seraya berusaha melepas genggaman Alex. “aku ingin menjelaskan kejadian 2
tahun yang lalu”. “tidak ada yang perlu kamu jelaskan karena aku sudah tidak
ingin mengingat masa itu. Dan hubungan kita saat ini hanya sebatas hubungan
kerja”. “baiklah kalau itu mau kamu, tapi aku harap semoga kamu bisa mengetahui
hal yang sebenarnya. Dan mobil kamu belum bisa diambil hari ini”. Alex segera
keluar dari lift dan meninggalkan Lia yang masih termenung. “maaf aku balik
lagi, aku Cuma mau minta kunci mobil aku” seru Alex yang menghampiri Lia lagi.
“ini… dan terima kasih. Tapi, kamu jangan harap aku sudah memaafkanmu”. “aku
tahu tidak semudah itu kamu memaafkanku tapi aku akan berusaha agar kamu bisa
memaafkanku”. Alex menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya. Sementara
itu, Lia kebingungan. “nanti aku naik apa pulang? Dan mobilku diperbaiki di
bengkel mana? Dasar cowok gilaaa… kenapa dia kembali lagi dalam hidupku setelah
dia mengacaukannya”. Teriak Lia kesal.
Jam kantor selesai, dan semua pegawai
bergegas untuk pulang. Lia kebingungan karena tak ada taksi dan malam semakin
larut. “aku harus bagaimana?”. Piiippp… terdengar suara klakson mobil. “hai,
jam segini sudah tidak ada taksi yang lewat di area ini. Kamu naik saja
dimobilku” seru seorang lelaki yang berada di mobil itu. “Alex… sedang apa kamu
di tempat ini?”. “tentu saja aku menunggu kamu”. “aku membutuhkan bantuanmu,
aku bisa cari kendaraan lain”. “kamu tidak usah gengsi, tempat ini berbahaya
bagi cewek seperti kamu”. Alex turun
dari mobilnya dan memaksa Lia masuk ke dalam mobilnya. Lia tidak bisa berbuat
apa-apa. “rumah kamu dimana?” tanya Alex setelah menjalankan mobilnya. “aku
sudah bilang kalau aku tidak butuh bantuan kamu?”. “aku harap kamu jangan
besikap jutek sama aku lagi. Karena aku hanya ingin menolong kamu”.
Setelah beberapa lama kemudian, Lia sudah
sampai di rumahnya. Dan semenjak saat itu Lia harus berurusan dengan Alex lagi.
Walaupun hal itu tidak dia inginkan. Lia selalu berusaha menghindari Alex, tapi
Alex selalu mencari cara agar bisa bertemu Lia.
Pagi ini, Lia bertemu lagi dengan Alex. “kenapa pagi-pagi
begini aku bisa bertemu dengan kamu?”. “kamu harusnya bersyukur bisa bertemu
dengan cowok tampan…” Alex tersenyum sambil melangkah menuju ruangan rapat. “huft…
dasar cowok narsis”. Seru Lia kesal.
Setelah sampai di ruangan rapat. Rapat
segera dimulai, setelah 2 jam berlalu rapat selesai. “Alex, kamu bisa ke
ruanganku? Kata pak direktur setelah keluar dari ruangan rapat. “baik pak”.
Beberpa menit kemudian Alex keluar dari ruangan tersebut dengan wajah yang
tegang. Tak sengaja Lia melihat Alex, karena penasaran Lia menghampiri Alex.
“hai… kamu kenapa? Pak direktur membatalkan proyek kamu? Untunglah kalau begitu
jadi aku tidak usah berurusan lagi dengan kamu” muka LIa berseri-seri. “kamu
datang kesini Cuma ingin mengatakan itu, tapi sayangnya kamu salah. Mungkin
kita akan lebih sering bertemu, jadi nikmati saja kebersamaan kita”. “Haaa… aku
bisa gila kalau bertemu dia setiap hari…” kesal Lia.
Sudah satu minggu Lia tidak bertemu dengan
Alex. Sebenarnya Lia juga penasaran kenapa dia tidak pernah melihat Alex di
kantor. “hari ini dia tidak ada lagi. Apa betul pak direktur membatalkan proyek
itu. Tapi kenapa aku harus memikirkan dia”. Kata Lia dalam hati. “hai…. kamu
lagi memikirkan aku yach!!!!” seru Alex mengagetkan LIa yang sedang melamun.
“haa… kenapa kamu datang lagi? Bukannya pak direktur sudah memecat kamu?” kata
Lia kaget ketika melihat Alex yang
tiba-tiba muncul. “eitzzz… itu tidak mungkin, inikan proyek sangat penting bagi
perusahaan ini. Dan aku harap kamu bisa minikmati kerjasama ini”. “tapi,
bukannya waktu itu muka kamu pucat setalah keluar dari ruangan direktur?” kata
Lia dengan wajah yang kebingunan. “ehm…. Jadi selama ini kamu memperhatikan aku
yach… aku sangat senang kamu perhatian banget sama aku” seru Alex sambil
menupuk-nepuk punggung Lia dan bergegas mininggalkan Lia yang memasang
ekspresi kesal. “siapa juga yang
perhatian kamu, dasar cowok kegeeran…” teriak Lia kesal.
Satelah tiga bulan berjalan akhirnya
proyek itu selesai dan berhasil di pasaran. “ akhirnya proyek ini selesai juga,
aku tidak akan bertemu dangan Alex yang menyebalakan itu”. Lia tidak bisa
menyembunyikan ekspresi kebahagiannya. Tapi,
tiba-tiba ekspresinya berubah ketika melihat Alex yang datang menghampirinya. “
Hai Lia…. Kerja kamu salama ini sangat bagus sehingga proyek kita bisa sesukses
ini. Dan aku harap semoga kita bisa bekerjasama dalam segala hal”. Alex
memasang muka serius. “maksud kamu apa??? Aku berharap ini kerjasama kita yang
terakhir, cukup tiga bulan ini aku merasa sangat tersiksa”. Tanpa berpikir
panjang Alex menarik tangan Lia dan mendekapnya dalam pelukan. “aku berharap
kamu bisa menerima aku lagi dalam kehidupanmu”. “Alex… apa yang kamu lakukan,
lepaskan aku”. Lia berusaha melepaskan diri dari pelukan Alex. Dan Alex
melepaskan pelukannya. “aku berharap kamu bisa menerimah semua ini” Alex
mininggalkan Lia yang sangat kebingunan.
Beberapa hari ini Lia diliputi berbagai
pertayaan setelah kejadian itu, dia
bingung melihat kelakuan Alex yang aneh. Dan, hari ini kebingunan itu terjawab
setelah mengetahui bahwa dia akan dijodohkan dengan Alex. Sebenarnya, dia tidak
ingin menerimah perjodohan ini. Tapi, dia tidak tega melihat perusahaan Papanya
bangkrut, karena dengan menerimah perjodohan itu maka Alex pasti akan membantu
perusahaan Papanya. “baiklah Pa, aku akan menerimah perjodohan ini”. Kata Lia
dengan muka yang sedih ketika mendengar perkataan Papanya. “tapi, Papa tidak
akan memaksa kamu, jika kamu tidak ingin menerimah perjodohan Papa akan
mengatakan kepada orang tua Alex”. “Papa tidak usah khawatir, aku akan merimah
perjodohan ini”. Liapun bergegas menuju kamarnya.
Setelah beberapa bulan kemudian akhirnya
pernikahan Lia dengan Alex di laksanakan. “Lia, kamu tidak boleh sedih dihari
bahagia kamu ini”. Kata Sheli yang baru datang sekitar tiga hari yang lalu dari
Surabaya. “Benar Lia, kamu harus bahagia, inikan hari yang spesial buat kamu”.
Tambah Shela. Sahabat lama Lia ini memang baru datang dari luar kota, Sheli
tinggal di Surabaya bersama suaminya dan bekerja disana sedangkan Shela bekerja
di Jogjakarta dan rencananya dia akan menikah tahun depan dengan seorang cowok
yang berasal dari keluarga kraton Jogja. “kalian berduakan tahu kalau aku tidak
mengingingkan pejodohan ini, tapi disisi lain aku tidak ingin perusahaan Papaku
bangkrut”. “Lia, bukannya kamu dulu suka sama Alex. Dan diakan cinta pertama
kamu”. “tapi, itu dulu Shel, sebelum dia membuat hatiku hancur”. “kamu harus
coba membuka hati kamu lagi untuk Alex, dan menerut aku Alex juga masih sangat
mencintaimu” seru Sheli berusaha menyakinkan Lia.
Akhirnya prosesi pernikahanpun dimulai,
dan inilah saat paling menegangkan bagi Alex ketika membaca ijab Kabul. Dia
sempat gugup, tapi akhirnya dapat mengucapkan ijab Kabul dengan lancar. Dan
akhirnya Alex dan Lia resmi menjadi sepasang suami istri.
“ Bagaimana
perasaan kamu?” tanya Alex pada Lia setelah mereka duduk di kursi pelaminan
pada saat resepsi pernikahan. “kamu tidak usah menanyakan perasaan aku. itu
tidak penting “. Seru Lia kesal. “ kamu kenapa masih jutek sama aku? kitakan
sudah menjadi suami istri”. Kata Alex dengan wajah yang agak kecewa melihat Lia
yang masih tidak bisa menerimah dia.
Di sela-sela pembicaraan mereka Lia sangat
kaget melihat Reni yang tiba-tiba menyanyi dan menyumbangkan sebuah lagu
hitsnya. “lagu ini khusus aku persembahkan buat sahabatku Lia dan Alex. Karena
merekalah aku bisa seperti saat ini, menjadi seorang penyanyi yang terkenal”.
Reni menyanyikan lagunya dengan suara yang sangat merdu dan semua penonton
terpesona akan penampilan Reni. “bagaimana penampilanku?” kata Reni ketika
menghampiri Alex dan Lia “Ren, bukannya kamu bilang kalau kamu tidak bisa
datang karena sibuk dengan tourmu?” seru Lia. “mana mungkin aku melewatkan
pernikahan sahabat baikku”. “tapi, waktu itu kenapa kamu bilang kalau kamu
tidak bisa menghadirinya?”. “ehm… maaf yach Lia sebenarnya aku sengaja
mengatakan kalau aku tidak bisa menghadirinya, karena aku ingin memberikan
surpraise buat kamu. Dan ini semua adalah rencana Alex. Aku rasa surpraise aku ini sangat berhasil, karena
kamu kelihatan sangat terkejut. Tapi, kenapa raut wajahmu tidak menampakkan
kebahagiaan?” Reni baru menyadari ekspresi Lia yang murung dihari bahagianya
tersebut. “mungkin itu Cuma perasaan kamu”. Lia berusaha menetupi perasaannya
yang sedih.
Tak terasa resepsinya telah selesai.
“Lia kamu kenapa? dari tadi kamu tampak tidak bahagia” kata Alex setelah
mereka berada dikamar pengantin. “menurut kamu? Asal kamu tahu aku tidak pernah
mengingingkan perjodohan ini?”. “tapi, mengapa kamu menerimah perjodohan ini
kalau kamu tidak mengingingkannya”. “aku pikir kamu sudah tahu alasannya”.
“apakah karena perusahaan Papa kamu?”. Lia diam saja. Alex menarik Lia dalam
dekapannya dan mata merekapun bertatapan. “aku akan membuat kamu jatuh cinta
lagi padaku”. Kata Alex dengan wajah yang sangat serius. “rasa cintaku kepada
sudah hancur berkeping-keping seiring dengan sakit yang kau torehkan dalam
hatiku”. “berikan aku waktu tiga bulan
untuk menaklukkan hati kamu lagi”. “tapi, dengan satu syarat. Kamu harus
memajukan perusahaan Papa aku lagi. Dan jika kamu tidak berhasil membuat aku
jatuh cinta lagi padamu, maka aku ingin kamu menceraikan aku”. “tapi??”. “dan
satu lagi, aku tidak ingin kita berdua
tidur ditempat yang sama. Dan semua perjanjian kita tidak ada yang boleh tahu
kecuali kita berdua. Kamu harus merahasiakannya terutama pada orang tua aku”.
“jadi aku sekarang tidur dimana?”. “kamu tidur diruang tamu”. “tapi, aku tidak
terbiasa tidur di…” belum sempat Alex melanjutkan pembicaraannya Lia sudah
mendorongnya keluar dari kamar. “apa yang kalian berdua sedang lakukan?” tegur
Mama Lia yang kebetulan melihat kejadian itu. Lia dan Alex kebingung. “ooo…
Mama, kita derdua Cuma….” Lia bingung mau katakana apa. “tante…. Eeeee Lia
menyeruh aku mengambilkan air untuknya. Tapi, karena aku tidak mau dia
memaksaku dan mendorongku”. “Lia… Alexkan suamimu jadi kamu tidak boleh
memperlakukannya seperti itu. Kamu yang harus melayani suami kamu, dan kamu
tidak boleh menyuruhnya seperti itu”. “Maaf Ma… tapi, tadi aku sangat kehausan
dan badanku sangat lelah”. “iya, tante tidak apa-apa. Akukan sebagai suami juga
harus memahami istriku”. “Nak Alex, sangat pengertian. Tapi, kamu tidak usah
panggil aku Tante, panggil aku Mama aja. Dan sebaiknya kalian berdua cepat
tidur karena sudah larut malam. Jangan sampai kalian bangun telat, nanti bisa
ketinggalan pesawat”. “apa maksud Mama?” Lia bingung mendengar perkataan
Mamanya. “Papa kamu sudah mempersiapkan tiket pesawat untuk bulan madu kalian
di Bali, dan juga penginapannya”. “apa…. Bulan madu?”. “kamu kenapa kaget
begitu?”. “ehm… tidak apa-apa. oh yach, sebaiknya
aku dan Alex tidur cepat”. Lia segera menarik Alex masuk dalam kamar. “selamat
malam Ma…” seru Lia sebelum menutup pintu kamarnya. “kamu sengaja yach,
memojokkan aku didepan Mama aku?” seru Lia ketika mereka sudah berada dikamar.
“kamu seharusnya berterima kasih, karena aku sudah membantu mengarang cerita
sehingga rahasia kita tidak terbongkar. Oh yach, jadi sekarang aku tidur
dimana? Tidak mungkinkan aku tidur di sofa, nanti Mama kamu bisa curiga”.
“eee…. Terpaksa dech, kamu tidur dikamar ini”. Lia segera menuju ketempat
tidurnya yang dihiasi berbagai macam bunga dan Alex juga mengikutinya menuju
tempat tidur tersebut. “eeee…. Kenapa kamu mengikuti aku?”. “ bukannya kamu
tadi bilang kalau tidak apa-apa aku tidur sekamar dengan kamu”. “tidur sekamar
bukan berarti tidur ditempat tidur yang sama”. “kalau begitu aku tidur
dimana?”. “lantai”. Lia melemparkan bantal dan selimut. “nasib….nasib….
biasanya pengantin baru pasti akan merasa bahagia di setiap malam pertama.
Tapi, aku malah harus merasakan dinginnya tidur dilantai”. Seru Alex yang
meratapi nasibnya. “hai… itu salah kamu sendiri, kenapa kamu mau menikah
denganku…”. Balas Lia sebel.
Keesokan harinya mereka berdua terlambat
bangun,dan untungnya mereka dibangunkan oleh Mama Lia. “Lia, Alex… cepat bangun
pesawat kalian berangkat jam 09.00. sekarang sudah jam 08.00 lewat”. Seru Mama
Lia sambil mengetuk pintu kamar mereka. Lia membuka matanya dan segera melihat
jam. “haaa… sudah jam 08.00... “. Lia kaget dan segera bergegas menuju kamar
mandi. Tapi, langkahnya terhenti karena kamar mandi tersebut terkunci. “Lex,
cepat donk, aku juga mau mandi…”. “tunggu dulu, aku juga baru masuk”. “cepat
Lex…. Sekarang sudah jam 8”. Lia mengetuk pintu kamar mandi tanpa rasa sabar.
“kalau kamu mau kita mandi bareng aja…”. Canda Alex. “haaaa…… lebih baik aku
tidak mandi dari pada mandi bareng kamu”. Seru LIa kesal. Dan akhirnya Lia
mengalah dan mandi di kamar mandi Fian. “Ka Lia mau ngapain dikamar aku?” tanya
Fian yang sudah siap dengan seragamnya. “kakak mau numpang mandi”. “kamar kakak
kan ada kamar mandinya juga”. “ Alex sedang mandi di kamar mandi itu dan dia
sangat lama. kakak juga buru-buru karena pesawat kakak berangkat jam 9”.
“memangnya kakak kenapa tidak bangun pagi-pagi. Pasti karena kakak sama ka Alex
lagi… ehm..ehm..ehm…” seru Fian sambil senyum-senyum. “eee… kamu itu masih
kecil, tidak usah urusi urusan orang dewasa. Lagian kamu kenapa tidak pergi
kesekolah sekarangkan sudah jam 8”. “iya… aku juga mau berangkat sekarang. Oh
yach Kak, tadi malam pasti seru malam pertamanya. Hahahaha….” Fian segera
berlari ketika melihat Lia akan menjitak kepalanya.
Akhirnya mereka sampai di bandara walaupun hampir ketinggalan pesawat.
Tapi, untungnya hal itu tidak terjadi. “huft… untungnya kalian tidak terlambat”
kata Papa Lia yang mengantar ke Bandara. “iya Pa… untungnya Papa jago balap
mobilnya”. goda Alex pada Papa Lia. “Baiklah Pa, kami berangkat dulu”.
“hati-hati… kalau sudah sampai jangan lupa telpon Papa dan Mama”. Nasehat Mama
Lia.
Dan tanpa terasa mereka sudah sampai di
pulau Dewata. “ternyata perjalanan ini melelahkan juga” seru Alex memulai
percakapan. Tapi, Lia diam saja. “kamu pasti lelah juga jadi biar aku yang
mengangkat barang-barang kamu menuju mobil”. Alex mengangkat koper Lia yang
sangat besar itu. “ternyata koper kamu sangat berat, memangnya kamu bawa baju
selemari”. “kalau tidak iklas tidak usah menawarkan bantuan” Lia kesal. Diapun
menarik kopernya yang sedang diangkat Alex. Dan tarik menarik koperpun terjadi.
“aku hanya bercanda jadi kamu tidak usah tersinggung”. Karena Lia menarik koper
itu sangat keras sehingga koper tersebut jatuh dan menimpa kakinya. “Aaauuu....
kakiku…” teriak Lia kesakitan. “Lia kamu tidak apa-apa” Alex sangat panik.
“semua ini gara-gara kamu”. “sini biar aku bantu kamu berdiri”. “aku tidak
membutuhkan bantuan kamu”. Lia berusaha berdiri sendiri tapi usahnya tersebut
sia-sia karena kakinya kesleo. “sini biar aku bantu kamu”. Alex mengangkat Lia,
walaupun Lia merontah-rontah. “turunkan aku, aku tidak butuh bantuan kamu”.
“kamu jangan banyak bergerak nanti kamu jatuh dan jangan ribut karena semua
orang sedang memperhatikan kita”. Karena merasa agak malu ketika menyadari
semua orang sedang memperhatikannya, Liapun diam.
“Untunglah kita sudah sampai di Hotel, kamu
sudah agak baikan?” tanya Alex. “liat aja sendiri, semua ini gara-gara kamu”. “kalau
begitu kita kerumah sakit sekarang”. “tidak usah, nanti juga sembuh sendiri”
seru Lia jutek. “kalau kamu tidak mau ke dokter biar aku yang mengobatinya”.
“tidak usah…”. Tapi, Alex berusaha memegang kaki Lia dan mengoleskan saleb pada
kakinya dan memijatnya. “bagaimana sudah agak baikan?”. “ lumayan”. “kalau
begitu sebaiknya kamu segera istirahat supaya kaki kamu cepat sembuh dan kalau
kamu butuh bantuan panggil aku”. “Lex tunggu… kamu mau kemana?”. “aku mau beli
makanan”.
Keesokan harinya kaki Lia sudah berangsur pulih dan hari ini dia
berencana kepantai, walaupun Alex melarangnya. Tapi, dia tidak menghiraukannya.
Dan beberapa saat kemudian dia sudah berada di pantai. “Lia kamu seharusnya
istirahat, kenapa kamu itu keras kepala banget”. “percumakan aku ke Bali kalau
tidak pergi ke Pantainya”. “iya, tapikan bisa besok-besok setelah kaki kamu
sembuh”. Lia tidak menghiraukan perkataan Alex tersebut. Dia malah menuju
kelaut. “hai.. kamu jangan kesitu, airnya dalam?” teriak salah seorang penjaga
pantai. Tapi, Lia tidak mendengarnya dan malah berenang disitu. Alexpun bergegas ketempat tersebut
dengan diliputi kekhawatiran. Dan dia melihat Lia yang sedang melambaikan
tangan minta tolong. Alex segera melompat kelaut dan berusaha menolong Lia. Dan
diapun berhasil menggapai tangan Lia
dan membawanya kedaratan. “Lia bangun,
kamu tidak apa-apakan?” Alex berusaha menyadarkan. Dan karena panik akhirnya Alex
memberikan nafas buatan pada Lia, dan beberapa saat kemudian Lia sadar dan
mendorong Alex. “apa yang kamu lakukan?” kesal Lia. “aku hanya ingin
menolongmu”. “kamu jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan”. Lia melap
mulutnya dan dia merasa sangat kesal pada Alex.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.30. Alex dan
Lia baru selesai menikmati dinernya. “Lia kamu tampak pucat. Kamu tidak
apa-apa?”. “aku tidak apa-apa, kepalaku Cuma agak pusing”. “kalau begitu aku
antar kamu kekamar”. Dan mereka berdua menuju kekamar hotel. Seperti biasanya
Lia tidur di tempat tidur yang empuk sedangkan Alex hanya tidur di sofa. Alex
bangun Ketika Alex melihat Lia yang agak gelisah dan memeriksa suhu tubuh Lia.
“panas sekali…” Alex panik dan dia segera membeli obat dan mengompres Lia agar
suhu tubuhnya cepat turun. Tanpa tersadar Alex tidur disamping tempat tidur Lia
karena kecapean menjaga Lia semalaman. “Alex…” seru Lia ketika melihat Alex
tertidur disamping tempat tidurnya. “Lia kamu sudah bangun… suhu tubuh kamu…”
Alex segera memeriksa kembali suhu tubuh Lia. “untunglah sudah turun”. “kamu
semalaman menjaga aku disini?”. “iya… maaf kalau aku tidur disamping tempat
tidurmu, aku tidak berbuat macam-macam. Aku Cuma mengompresmu karena tadi malam
kamu demam”. “makasih”. Dan saat ini Lia merasa bahwa Alex telah banyak
berkorban untuknya walaupun dia selalu jutek padanya. Lia merasakan sesuatu
yang beda ketika melihat Alex sedang memeriksa suhu tubuhnya. Dan rasa itu
bukanlah rasa kesal tapi rasa senang. Jantung Liapun berdegup kencang.
“singkirkan tanganmu?” seru Lia berusaha menutupi perasaannya yang tidak
karuan. “baiklah.. sudah sakit masih jutek aja”. Seru Alex.
Tanpa terasa bulan madu mereka telah
berakhir. Dan mereka akan kembali ke Jakarta. “bagaimna menurut kamu bulan madu
kita?”. Tanya Alex pada Lia ketika mereka berada di pesawat. “ bulan madu yang
tidak menyenangkan. Baru sampai aja sudah tertimpa koper setelah itu hampir
tenggelam di laut dan terakhir aku demam. Aku sial sekali selama berada di
Bali”. “kalau begitu kamu mau kalau kita bulan madu di pulau Jeju di korea
selatan. Pak Hendro direktur perusahaan PT. Dirgantara memberikan tiket kepulau
Jeju dengan penginapan selama seminggu, katanya sich, itu hadiah pernikahan”.
“cukup di Bali aku tersiksa bersama kamu”. Sebenarnya Lia juga tidak ingin
menolaknya, tapi karena gengsi dia terpaksa mengatakan hal tersebut. “ya kalau
begitu biar aku aja yang pergi tidak enakkan kalau tiket itu dikembalikan”.
“eee…. Memangnya tiketnya berlaku sampai
kapan?” tanya Lia ragu. “sebenarnya pak Hendro bilang terserah kita berdua
kapan mau pergi, tapi karena kamu tidak mau aku akan pergi sendiri”. “memang
kapan kamu akan pergi?”. “tidak tahu, mungkin setelah aku menyelesaikan
persoalan perusahaan Papa kamu”. “tapi, tiketnyakan ada dua. Masa kamu pergi
sendiri?”. “kalau begitu aku ajak Fian aja dech”. “tapi itu untuk kita berdua”.
“tapi, tadi kamu bilang tidak mau pergi”. “yaa… sebenarnya bukan maksud aku
tidak mau pergi tapi….”. “kalau mau
pergi tidak usah gengsi”. Alex senyum melihat tingkah laku Lia.
Alex dan Lia baru saja sampai di rumah dan
mereka segera menuju kekamar untuk isturahat. “aku sangat lelah” keluh Alex
sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur, tapi belum sempat Alex melepaskan
penaknya, dia sudah diusir Lia. “kamu jangan coba-coba tidur di tempat tidur
aku, kalau mau istirahat di sofa saja”. Kata Lia dengan menunjuk ke arah sofa
yang ada dikamar. “ kamu tega sekali sama aku. akukan Cuma mau istirahat
sebentar doank!!!”. “itu sich DL” jawab
Lia ketus.
Sudah dua bulan hubungan pernikahan Alex dan Lia berjalan. Walaupun saat
ini Lia dan Alex tampak kompak dalam urusan pekerjaan. Tapi, dalam urusan rumah
tangga, mereka tak pernah menunjukkan kekompakan. Lia masih saja jutek pada
Alex walaupun Alex sudah menunjukkan berbagai perhatian untuk meluluhkan hati
Lia. “Lia kalau kamu lelah sebaiknya kamu istirahat saja biar saya yang
mengerjakan proposal ini”. Kata Alex ketika melihat Lia yang sesekali
memejamkan mata karena sangat mengantuk. “tidak apa-apa, aku masih bisa mengerjakan proposal ini”. Beberapa saat
kemudian Lia tertidur diatas meja kerjanya. Alex tidak tega membangunkannya
Karena dia tertidur dengan sangat pulas. Akhirnya Alex menggendong Lia dan
membawanya ketempat tidur. sebenarnya Lia sadar ketika tubuhnya diangkat Alex
tapi dia berpura-pura tidur dan saat itu dia merasakan hangat tubuh Alex . Dan jantungnya berdegup
kencang. Alex meletakkan tubuh Lia dengan sangat hati-hati dan menyelimuti
dengan penuh perhatian. “good night” kata Alex sambil mengusap rambut dengan
sangat mesra. Dan ketika Alex pergi kemeja kerjanya. Lia membalas ucapan Alex
dalam hati “good night too”.
Pagi ini Lia melihat Alex yang masih
tertidur dengan pulas di meja kerjanya, karena mengingat perlakuan Alex tadi
malam yang begitu perhatian kepadanya sehingga dia membuatkan secangkir teh hangat buat Alex.
“kamu baru bangun?” tanya Lia pada Alex. “iya, aku sangat lelah sampai
ketiduran ketika mengerjakan proposal ini. Tapi, untungnya sudah selesai
sehingga kita sudah dapat mempersentasikannya nanti”. “ooo… ini teh hangat buat
kamu” Lia menyodorkan secangkir teh. “ehm, kamu sudah mulai perhatian sama aku
yach!!!” penyakit kegeeran Alex kambuh lagi. “ini Cuma ucapan terima kasih
Karena kamu sudah mau bekerja keras demi menyelamatkan perusahaan Papa aku”. “kamu
mengaku aja dech….”. “jangan kegeeran…. Sebaiknya kamu cepat mandi karena kita
akan meeting jam 9 nanti”.
Akhirnya Alex berhasil mempersentasikan
proposalnya dengan sangat baik sehingga kliennya berani berinvestasi dalam
proyek itu. “baiklah pak Alex saya menyetujui proposal anda dan saya akan
menginvestasikan beberapa saham saya dalam perusahaan ini. Awalnya, saya tidak
cukup berani berinvestasi dalam
perusahaan ini karena kabarnya perusahaan ini hampir mengalami kebangkrutan.
Tapi, karena Pak Alex yang menanganinya saya percaya bahwa Pak Alex pasti bisa
memajukan perusahaan ini lagi”. Kata salah seorang klien “terima kasih atas kepercayaan Bapak dan saya
harap kerja sama kita bisa berjan dengan lancar”. Balas Alex dengan senyum
ramah.
“Lex, malam ini kamu tidak ada acarakan…
aku mau mengajak kamu makan malam?” kata
Lia setelah meeting. “ehm…. Tidak ada sich, tapi, tumben kamu mengajak aku
makan?”. “ini Cuma ucapan terima kasih karena telah berhasil mempersentasikan
proposalnya dengan sangat baik”. “ehm… tentu saja aku mau”. Sesampainya di kafe
mereka duduk dimeja pojok. “Lex aku ke toilet dulu. Oh yach, kamu pesan makanan
dulu aja”. “ bagaimana kalau aku memesankan makanan untukmu juga?”. “terserah
kamu”. Lia segerah menuju toilet. Setelah Lia keluar dari toilet dia tidak
sengaja menabrak seorang lelaki. “maaf, aku tidak sengaja”. Kata Lia sambil
menunduk minta maaf. “makanya kalau jalan liat…” lelaki itu tidak dapat
melanjutkan perkataannya ketika mengetahui bahwa orang yang menabraknya adalah
seorang cewek yang dia kenal “kamu Auxeliakan” kata cowok itu. Seketika itu Lia
mengangkat kepalanya dan melihat sosok cowok yang ada di hadapannya. “Aldo…
kamu apa kabar?”. “iya, aku baik-baik saja. Oh yach, kamu kesini dengan siapa?”
tanya Aldo. “dengan Alex”. “Alex… pacar?”. “sebenarnya… dia suamiku. Tapi, aku
tidak menyukainya”. Aldo bingung dengan perkataan Lia. “kalau kamu tidak suka
kenapa kamu mau menikah dengan dia?”. “sebenarnya sich Karena dijodohkan”.
Tiba-tiba terbesit ide dalam benak Lia. “bagaimana kalau kamu membantu aku
supaya aku bisa pisah dengan dia?”. “maksud kamu???”. “kita pura-pura pacaran
aja”. “tapi, aku tidak mau merusak hubungan rumah tanggamu”. “anggap saja kamu
menolong aku… please dan ini hanya pura-pura…”. Akhinya Aldo menyetujuinya.
“kalau begitu kita mulai sandiwaranya besok” kata Lia semangat. Dan Liapun
kembali kemeja. “kenapa kamu lama sekali?”. Tanya Alex ketika Lia sudah berada
didepannya. “tadi ditoilet ngantri” Lia jawab asalan.
Keesokan harinya Lia memulai rencananya. Dan pagi ini dia janjian dengan
Aldo didekat kantornya yang tentunya selalu di datangi Alex ketika makan Siang.
Mereka menunjukkan kemesraan ketika Alex melihat dan tentu saja Alex dibakar
api cemburu tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa melihat Aldo
dan LIa begitu mesra didepan matanya. “mungkin tidak ada lagi kesempatan buat
aku untuk meluluhkan hati Lia. Buktinya dia lebih memilih cowok lain dari pada
aku, apakah usahku selama ini sia-sia? Mungkin aku harus mundur dan mengalah
demi kebahagiaan orang yang aku sayangi. Mungkin cowok itu yang terbaik untuk
Lia” seru Alex dalam hati ketika melihat Lia yang begitu dekat dengan Aldo
akhir-akhir ini.
Perjanjian Alex dan Lia tinggal seminggu
lagi. Tapi, tampaknya Alex sudah putus asa untuk meluluhkan hati Lia. “Lia ada
yang aku katakan pada kamu?”. Wajah Alex begitu serius. “apa?”. “apakah kamu
benar-benar mencintai Aldo? Apakah kamu bahagia ketika bersamanya?”. “iya”
jawab Lia pendek. “Jujur hatiku sangat sakit ketika melihat kalian berdua
bermesraan dihadapanku. Tapi, jika kamu merasa bahagia bersamanya, aku akan
mundur dan membiarkan kamu bersamanya” Alexpun pergi setelah mengucapkan
kata-kata tersebut. Bukannya merasa bahagia karena Alex sudah mengalah dan memilih
untuk melepaskannya, Lia merasa dadanya sesak dan tanpa terasa air matanya
menetes dipipinya yang putih. Lia seakan tak rela jika Alex pergi tapi, dia
tidak punya keberanian untuk melarang Alex pergi. Hatinya bercampur aduk.
Pagi ini Lia tidak melihat Alex. “apakah Alex tadi malam tidak pulang?”
kata Lia setelah melihat kearah sofa yang biasa ditempati Alex untuk tidur.
Tiba-tiba Lia dikagetkan dengan bunyi telpon genggamnya dan ketika melihat
layar Hpnya tersebut dia kaget ketika no pak Hendro muncul di layar Hpnya
tersebut. “halo?” seru Lia menjawab panggilan teloponnya . “halo… selamat
pagi?”. “pagi pak… ada apa pak?”. “aku ingin kita bertemu jam 1 siang nanti, di kafe dekat kantor
kamu”. Kata pak Hendro . “baiklah pak” dan Lia menutup teleponnya setelah
berbicara dengan pak Hendro.
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 12.45
dan Lia sudah menunggu di kafe dekat kantornya. “ada apa yach, tiba-tiba pak
Hendro mengajak ketemuan” seru Lia dalam hati. Tidak lama kemudian pak Hendro
menghampirinya. “bagaimana kabar kamu?” tanya pak Hendro ketika sudah duduk di
depan Lia. “baik pak, kenapa bapak ingin bertemu dengan saya? Apakah masalah
pekerjaan” tanya Lia agak bingung. “sebenarnya ini tidak ada sangkut pautnya
dengan pekerjaan. Tapi, ini adalah masalah kamu dengan Alex”. “maksud bapak?”
Lia tambah bingung. “sebenarnya perjodohan kamu dan alex adalah rencanaku. Aku
melakukan itu demi anakku Angel”. Kata Pak Hendro dengan ekspresi yang sedih.
“tapi, bukannya dulu Alex lebih memilih Angel dari pada aku?”. “maka dari itu
aku menyuruh kamu datang kesini untuk meluruskan kesalah pahaman ini.
Sebenarnya dulu Alex tidak ingin meninggalkanmu, dia sangat mencintaimu. Tapi,
aku memaksa dia untuk bersama Angel karena waktu itu keadaan Angel sangat
kritis”. “memangnya Angel kenapa?”. “saat itu Angel mengidap penyakit kanker
otak stadium akhir. dan aku ingin Angel merasakan kebahagiaan disisa hidupnya
sehingga aku meminta Alex untuk berpura-pura mencintainya. Karena Alex juga
tidak tega melihat Angel yang sedang sekarat, diapun mengorbankan
kebahagiaannya”. “tapi, sekarang bagaimana keadaan Angel?”. “sekarang ini mungkin
Angel sudah tenang di surga. Dan pesan Angel sebelum meninggal adalah dia
meminta agar aku bisa membuat kamu dan Alex balikan lagi…” Pak Hendro
menitikkan air mata. “ ehm… mungkin aku sudah terlambat karena kamu lebih
memilih cowok lain”. Pak Hendro
melanjutkan pembicaraannya. “ dari mana bapak tahu hal ini?”. “sebenarnya tadi
pagi Alex datang menemuiku. Dia menceritakan semua hal yang terjadi antara
kalian dan dia juga mengatakan kalau dia merasa sangat sedih tapi dia
merelakanmu dengan lelaki lain asalkan kamu bisa bahagia bersamanya”. Lia tak
kuasa mendengar perkataan pak Hendro sehingga menitikkan air mata . “bapak tahu
sekarang Alex ada di mana?”. “mungkin sekarang dia ada dibandara”. “kalau
begitu aku permisi dulu pak….” Lia terburu-buru ingin segera mengejar Alex.
“tunggu… ini untuk kamu…” pak Hendro memberikan sebuah tiket pada Lia. “ini
tiket apa???”. “mungkin Alex akan pergi ketempat itu”. Ternyata sebuah tiket
menuju ke korea selatan.
Setelah samapai di seoul korsel. Lia segera
menuju pulau jeju. Tapi, dia agak bingung karena tidak mengerti bahasa korea.
Ketika dia memakai bahasa inggris orang korea itu tetap menggunakan bahasanya.
“kalau begini terus aku bisa hilang di korea” gerutu Lia. Tanpa sengaja Lia
melihat seseorang yang mengangkat sebuah kertas yang bertuliskan Auxelia.
“Orang itu ingin menjemput aku yach” kata Lia sambil mendekati orang yang
mengangkat kertas tersebut. “are you Auxelia?”. “Yes…do you want pick up me???”
. “yes… aneoaseo???” sapa orang korea tersebut sambil membungkukkan badannya.
“aneoaseo”. Lia membalas salam orang korea tersebut. Dan akhirnya orang
tersebut mengantar Lia kepulau Jeju. Di perjalanan, orang tersebut menjelaskan
bahwa dia adalah suruhan pak Hendro. Dan kebutulan orang tersebut adalah anak
buah dari salah satu klein pak Hendro yang ada di korea.
Tanpa terasa Lia sudah sampai di hotel tempatnya akan menginap di pulau
Jeju. Sebenarnya kamar hotel tersebut adalah kamar yang sengaja dipesankan pak
Hendro untuk Lia dan Alex dan tentunya kamar tersebut sudah dipersiapkan khusus
untuk orang yang akan bulan madu karena suasananya sangat romantis. Dan tanpa berpikir panjang
Lia segera menuju kamar tersebut. Dia kecewa karena tidak melihat sosok Alex
dalam kamar tersubut. “apakah Alex tidak pergi ketempat ini?” tanya Lia dalam
hati. Diapun memutuskan untuk istirahat karena lelah. “jika kami memang jodoh,
pasti kami dipertemukan”. Lia menghibur diri.
Beberapa menit kemudian Lia sudah tertidur pulas. Dia tidak menyadari
ada seseorang yang tiba-tiba tidur disampingnya. Dan orang tersebut
membaringkan badannya dan juga tidak mengetahui kalau ada orang yang sedang
tertidur pulas disampingnya. Di pagi harinya mereka baru sadar kalau semalam
mereka tidur tempat tidur yang sama. Liapun segera menarik selimut dan menutupi
dirinya. “kamu siapa? Kanapa kamu bisa masuk dalam kamar hotelku”. Teriak Lia.
“inikan kamar hotel aku… kamu tuh yang salah kamar…” bantah orang tersebut. Dan
orang Itu menarik selimut” yang menutupi Lia. “KAMU…” mereka berdua berteriak
bersamaan.
“kenapa kamu bisa berada disini?” tanya
Alex. “hei… akukan juga ingin menikmati berlibur di pulau Jeju”. “ bukannya
kamu tidak ingin pergi kesini”. “siapa bilang… kamu jangan egois hanya ingin
menikmati paket liburan sendirian”. “terus Aldo dimana?”. “kenapa kamu tanyakan
dia?”. “diakan pacar kamu… memangnya dia tidak melarang kamu kesini”. “siapa
bilang dia pacar aku…”. “tapi, kaliankan sangat mesra waktu itu”. “mana mungkin
aku pacaran dengan orang lain sedangkan aku sudah punya suami”. “sejak kapan
kamu mengakui aku sebagai suamimu?” Alex kaget mendengar perkataan Lia. “memang
kamu tidak mau dia akui?” Lia menyipitkan matanya. “kok, kamu aneh sich…” Alex
tambah bingung. “tadi malam kamu tidak ngapa-angapain aku???” tanya Lia curiga.
“yee… aku juga baru tahu kalau kamu ada disini tadi pagi”. “tapi, kenapa kamu
datang telat? Seharusnyakan kamu tiba duluan” Lia tidak sengaja mengatakan hal
yang seharusnya dia tidak katakana dan dia buru-buru menutup mulutnya. “Ehm….
Sekarang aku tahu, kamu sengaja mengikuti akukan. Sebenarnya apa yang terjadi?
Kenapa kamu bisa berubah seperti ini?”. “memangnya kamu tidak suka kalau aku
berubah seperti ini?”. “yeee… ditanya malah balik nanya. Aku bingung aja kenapa tingkah laku kamu berubah derastis”.
“sebenarnya aku sudah tahu semuanya Lex”. “maksud kamu???”. “aku sudah tahu
alasan kamu mininggalkan aku waktu itu. Aku sadar betapa bodohnya diriku karena
tidak mau mendengar perkataanmu dan tidak percaya pada kamu”. Alex mendekati
Lia yang telah meneteskan air mata di pipinya. Diapun menghapus air mata Lia dan memeluknya. “maafkan aku karena telah
menyakiti kamu selama ini?” kata Alex ketika Lia sudah berada dalam pelukannya.
“ini bukan salah kamu Lex, ini semua karena aku yang terlalu cemburu padamu”. Dan Liapun membalas
pelukan Alex dengan hangat. “ terima kasih telah memberikan aku kesempatakan ketiga”.
Kata Alex dengan mesra.
“ehm… akhirnya aku bisa memelukmu lagi tanpa ada pukulan yang menyusul”
canda Alex. “jadi, kamu mau di pukul lagi?” Lia mengancam. “eitz... tidak bisa…
karena aku tidak akan melepaskan kamu dari pelukanku” Alex memeluk erat Lia.
“hahaha…” mereka berduapun tertawa.
Dan akhirnya mereka bisa bersama menikmati bulan madu di korsel.
Walaupun mereka masih sering beramtem tapi itu semua adalah bumbu-bumbu cinta
yang membuat mereka semakin mesra.