Friday 29 March 2013






Karya CANRADEWI


    


CINTA PADA KESEMPATAN KETIGA

CINTA                           PADA KESEMPATAN
              KETIGA
  M atahari sudah menampakkan sinarnya, burung-burung berkicau menyapa dipagi yang cerah. Auxeliapun bergegas kesekolah, dia sekarang sudah duduk di bangku SMA. Dia sekolah di salah satu SMA favorit di Jakarta, tepatnya di SMA 25 jakarta dan dia duduk di kelas XI.IPA1. Dan Auxelia mempuyai adik laki-laki yang masih berumur 6 tahun. Dia sangat menyayangi adiknya tersebut.                                              
   Hari ini adalah hari pertama Auxelia masuk sekolah setelah libur semester. Auxelia adalah cewek populer,dia juga cantik,pintar,dan baik. Tapi,dia agak jutek. Banyak cowok-cowok naksir pada Auxelia tapi, dia tidak pernah mempedulikannya. Auxelia juga mempuyai dua orang sahabat yang bernama Shela dan Sheli,mereka adalah anak yang kembar.
  Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 menandakan semua siswa-siswi harus masuk kekelas. Tapi, Shela dan Sheli masih berada di tempat parkir menunggu Auxelia. Dan akhirnya mobil merah Auxeliapun telah tampak menuju ketempat parkir. “Auxelia, kenapa sich, kamu lama banget???” kata Sheli sebel. “ iya nich, kita hampir lumutan tunggu kamu...” tambah Shela. “iya... sory...sory...sory... aku terjebak macet, kaliankan pada tahu kalau Jakarta jam segini macet.
  Akhirnya mereka bertigapun menuju kelas. Dan untungnya mereka tidak telat. “untunglah kita tidak telat, kalau itu sampai terjadi kita bisa jadi ikan kering karena di jemur oleh pak Guntoro”. “ iya, kamu  betul Shel, pak Guntorokan guru yang sangat galak”. “ kalian jangan begitu, pak guru begitukan supaya mengajar kita untuk disiplin”. Kata Auxelia “yeee... dasar, kita hampir terlambat gara-gara tunggu kamu kali”. Kata Sheli jengkel. Di sela-sela percakapan mereka pak Guntoropun masuk ke dalam kelas. Tidak lama kemudian bel tanda istirahatpun berbunyi. Dan semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Auxelia beserta kedua sahabatnya Shela dan Sheli bergegas menuju kantin sekolah, merekapun memesan makanan favorit mereka masing-masing. Seperti biasa pasti Auxelia memesan bakso, tapi belum sempat dia beranjak untuk memesannya tiba-tiba ada seorang cowok yang bertubuh tegak memesankan bakso untuknya,setelah Auxelia melihat wajahnya ternyata dia adalah Aldo,cowok yang paling populer dan banyak cewek yang mengidolakannya. Tapi, Auxelia tidak suka dengan cowok tersebut karena dia sombong dan dia juga  cowok playboy. “kenapa kamu selalu mendekati aku, aku tidak suka dengan kelakuan kamu yang sok pamer. Dengar yach!!! Walaupun kekeyaanmu selangit aku tetap tidak suka dengan kamu”. Kata Auxeliua sebel. “Auxelia seharusnya kamu itu bersyukur, asal kamu tahu banyak cewek-cewek yang ingin jadi pacar aku tapi aku menolak mereka demi kamu...”kata Aldo gombal. “shel,shil... ayo kita pergi dari tempat ini, aku sudah tidak nafsu makan melihat cowok yang satu ini”. “ loh, kitakan belum makan...”.kata sheli “sudah dech, kita makan di mol saja, sekalian kita belanja”. “tapi kamu yang traktir yaaach...” pinta Shela. “ iya, dech...”.kata Auxelia pasrah.
   Tak terasa bel tanda pulangpun berbunyi. Auxelia beserta kedua sahabatnya menuju ketempat parkir. “kamu masih ingatkan dengan janji kamu” kata Sheli menagih. “iya, aku ingat. Tapi aku kerumah aku dulu yach. Soalnya aku mau ganti baju dulu”. “iya dech, yang penting perutku kenyang... ha...ha...” kata Sheli bercanda.
  Tidak lama kemudian merakapun sampai di rumah Auxelia. “Assalamu Alaikum... Bi, mama mana???” kata Auxelia setelah masuk kedalam rumahnya “Walaikum salam Non... Nyonya sama Tuan  pergi keacara pernikahan salah satu anak temannya” kata Bi ijah.“lalu Fian dimana???”. “ Fian sedang main di kamar, Nyonya menyuruh Non, menjaga fian”. “tapi akukan mau pergi sama teman-temanku, Bibi aja dech yang jaga.” Kata Auxelia kesal. “tapi, Non Bibi mau pergi kepasar, belanja untuk makan malam nanti”. “iya dech, biar aku yang jaga Fian...”.kata Auxelia lemas
  Akhirnya, Auxeliapun bergegas menuju ruang tamu. “Shel, Shil... maaf yach kita harus bawa Fian kemol, soalnya Mama Papaku pergi,terus Bibi mau kepasar”.“tapikan repot kalau harus bawa anak kecil”. “Eitzzz... kamu mau diteraktir nggak???” “iya dech...” kata Sheli nyerah.
    Merekapun menuju kemobil, dan mobil merah tersebut melaju keluar halaman rumah.tapi mobil tersebut membelok lagimasuk kehalaman rumah. “aduh, kok aku lupa Fian sich” kata  Auxelia dalam hati “Fian kamu dimana? Teriak Auxelia setelah membuka pintu rumahnya “kak Auxeli...”teriak Fian “Fian maafin kakak yach,kakak hampir ninggalin kamu sendirian di rumah”.kata Auxelia dengan menyesal “Auxeliapun segera menggendong adiknya tersebut menuju mobilnya”. Sesampainya di mol. Mereka awalnya sangat hati-hati menjaga Fian. Tapi,setelah sampai di toko aksesoris mereka jadi melupakan Fian. Mereka sibuk mencari perlengkapan aksesoris. Fian pun berjalan menuju ke toko mainan dan setelah melihat orang-orang di sekelilingnya,Fian menangis karena dia tidak mengenal seorangpun dari mereka. Tapi, ada seorang lelaki yg bertubuh tegak, wajah tampan dan berkulit putih menuju ke arah Fian yg sedang menangis “ Ade manis... kok kamu menangis???” tanya lelaki misterius itu. “ E…e...  kak Lia dimana?” kata Fian tersedu-sedu. “ memang kamu kesini dengan siapa?” Tanya lelaki itu lagi “ aku ke..,kesini dengan kak Lia dan teman-temannya” kata Fian lagi dengan tetesan air mata. “ terus kakakmu sekarang ada dimana?”. “ aku tidak tahu kak Lia ada dimana”. Tangis Fian semakin keras. “aduuu... sudah donk jangan nangis, sini ikut kakak, kakak beliin kamu es krim dech. Tapi, kamu jangan nangis lagi yach!!!”.
   Akhirnya Fian berhenti menangis karena Fian diajak makan es krim sama lelaki misterius itu. Sementara itu Auxelia baru menyadari kalau Fian hilang, dia sangat panik dan dia segera memberitahu Shela dan Sheli. Mereka bertiga akhirnya keliling mol untuk mencari Fian, tapi mereka tidak menemukan Fian. setelah Mereka capek mencari Fian, merekapun memberitahu kepada penjaga mol bahwa Fian hilang.
   Akhirnya pihak mol mengumumkan berita kehilangan Fian dan pihak mol juga menyebutkan ciri-ciri Fian.Lelaki mistarius tersebut mendengar pengumuman itu dan setelah mengajak Fian makan eskrim,dia bergegas mengantar Fian ke penjaga mol. Setelah sampai di tempat yang dituju,lelaki misterius tersebut menyerahkan Fian pada pihak mol. Tapi Auxelia malah menampar lelaki itu. Lia mengira lelaki itu berniat menculik adiknya.” Kamu mau menculik adikku yach!!!” kata Auxelia dengan marah “ eh, kamu apa-apaan sich, main tampar aja “ kata lelaki itu dengan muka memerah “ Lia kok kamu gitu sich, dia kan yang nolongin adik kamu “ kata Shila menyadarkan Lia. “Lagian kalau dia mau menculik Fian ngapain dia membawa Fian kesini “ Sheli menambahkan.”Oh maafin aku yach soalnya aku sudah terlanjur panik, sampai-sampai aku tidak bisa menahan emosiku” kata Lia menyesal. “Makanya jangan lalai donk jadi orang, terus jangan curigaan “ kata lelaki itu. “ Iya aku minta maaf, ini semua salahku. Dan sebagai permintaan maafku aku akan memberikan kamu uang “. Kata Lia.
  “Eh, kamu pikir aku cowok apaan,aku itu ikhlas menolong adikmu,dan asal kamu tahu uang itu bukan sebagai alat permintaan maaf “.Kata lelaki itu menolak pemberian uang Lia.”Habis aku tidak ingin merasa hutang budi sama kamu , ok deh. Kalau kamu menolak pemberian uang dari aku , tidak apa-apa  kok, tapi kamu harus mau aku teraktir “. Kata Lia memaksa.“iya,kalau itu aku terima soalnya aku juga lapar” kata lelaki itu “Lia,aku dan Shila harus pulang dulu,soalx kita berdua ada urusan” kata Sheli “iya Lia kita juga sudah janji sama Mama kalau kita tidak akan pulang lewat dari jam 5.00 sore” tambah Shila. “kalau gitu gimana donk,aku juga sudah berjanji ngajak dia makan” kata Lia bingung “aku dan Shila pulang naik taxi aja,kamu dan dia pergi aja makan”. Kata Shila memberi solusi. “maafin aku, tidak bisa angterin kalian pulang”.kata Lia “tidak apa kok kata Sheli Shela dan Shelipun bergegas menuju pintu keluar mol. Sementara Lia,Fian dan Lelaki misterius itu ke salah satu tempat makan yang ada di mol tersebut.
   “Btw, nama kamu siapa?” tanya Lia membuka percakapan. “namaku Alex, kalau kamu?” tanya Alex balik. “namaku Auxelia, kamu panggil aku Lia aja”. “oh, Lia...” kata Alex lagi.
   Setelah mereka sampai di tempat makan,merekapun langsung memesan makanan. “ kamu, mau pesan apa?” tanya Lia pada Alex. “aku, pesan nasi goreng pedas dan jus jeruk”. Jawab Alex “kalau Fian mau makan apa?” tanya Lia pada adiknya. “Ian mau makan kue...eee..e...” kata Fian dengan dengan lugu. “tapi, disini tidak ada kue Ian!!! Kalau gitu kakak pesankan kamu bakso aja yach!!!” kata Lia.“Mbak, saya pesan satu porsi nasi goreng, dua porsi bakso, dan minumnya jus jeruk aja semuanya”. Kata Lia pada pelayanan.
  Beberapa saat kemudian, pesanan mereka sudah siap dan merekapun menyantapnya dengan nikmat. “kamu sekolah dimana?” tanya Lia. “aku sekolah di Bandung” kata Alex dengan singkat. “oh, gitu yach! Kamu angpain di jakarta, memangnya kamu tidak sekolah?”. “yaa... sekolah donk! Aku ke Jakarta karena aku mengikuti lomba basket, tapi tadi tim aku cuman juara dua dan nanti malam aku dan teman-temanku akan pulang ke Bandung.” Kata Alex. “teman-teman kamu  sekarang ada dimana?”tanya Lia. “ tidak tahu, soalnya aku tadi sibuk jaga Fian... jadi aku ditinggalin dech!”. “ aduh... aku jadi meropotkan kamu, maaf yach!!! Gara-gara aku kamu di tinggalin !!!” kata Lia menyesal. “ha...ha...haaa... aku cuman bercanda tahu, soalnya muka kamu itu serius sekali sich!!! Sebenarnya mereka itu pulang duluan, soalnya aku sendiri yang menyuruh mereka pulang duluan.” Kata Alex sambil tersenyum.
  Tidak terasa makanan mereka sudah habis. Fian juga sudah terlihat sangat lelah dan mengantuk. Dan akhirnya merekapun berpisah di tempat parkiran. “ terimakasih yach, sudah mentraktir aku”. Kata Alex sebelum berpisah. “ seharusnya aku yang barterimakasih karena kamu sudah menjaga Fian saat dia hilang”. Kata Lia.
  Akhirnya Lia dan Fian sudah berada di mobil dan Alex sudah memacu motor ninjanya. Setelah berada di mobil, Lia baru ingat kalau dia lupa meminta no hpnya Alex. Dan setelah perpisahan itu mereka tidak pernah lagi bertemu.
   Setelah sampai di rumahnya, Lia menggendong Fian yang tertidur pulas masuk kerumahnya. Dan setelah sampai di kamarnya Lia meletakkan Fian di tempat tidurnya, Lia tidak sempat membawa Fian kekamar mamanya karena dia sangat lelah. Dan Liapun  tertidur di dekat Fian. Tidak lama kemudian mama dan papa Lia datang, merekapun masuk kedalam kamar Lia dan Liapun terbangun. “ kenapa mama baru pulang?” tanya Lia setelah dia membuka matanya. “mamakan sudah bilang, kalau mama dan papa mungkin pulang larut malam”. Jawab mama Lia. “mama  mau bawa Fian ke kamarnya?” tanya Lia lagi. “iya, kamu jangan banyak tanya. Lebih baik kamu tidur lagi. Jangan sampa besok kamu kesingan lagi kesekolahnya?” kata mamanya mengingatkan. “ Iya ma, aku juga bangun gara-gara mama”kata Lia menyalahkan mamanya. “ Udah cepat tidur, kata mamanya sebelum pergi dari kamar Lia.
Setelah setahun berjalan Lia pun sudah melupakan Alex. Walaupun terkadang masih mengharapkan supaya bisa dipertemukan kembali. Hari ini hendak jalan-jalan tapi tiba-tiba Lia menabrak seorang lelaki yang naik motor ninja. Lelaki itu terjatuh dan dia berteriak kesakitan. Lia tidak apa-apa, tapi lelaki itu yang kesakitan. Liapun sangat kaget melihat peristiwa ini, dia langsung turun dari mobil merahnya. Dia segera menolong lelaki itu dan setelah lelaki itu membuka helmnya ternyata dia adalah Alex. Awalnya dia tidak menyadari kalau lelaki yang dia tabrak adalah Alex karena dia sudah sangat panik melihat luka Alex. Lia segera membawa Alex kerumah sakit. Barulah setelah sampai di rumah sakit Lia menyadari bahwa lelaki yang dia tabrak adalah Alex dan ungtungnya luka Alex tidak terlalu parah. Cuma lecet di bagian lengan dan kakinya. Tapi dia tetap harus menginap di rumah sakit..  “ Lex maafin aku yach, gara-gara aku kamu jadi kayak gini. Coba waktu itu aku nyetir hati-hati, aku tidak akan menabrak kamu .” kata Lia dengan rasa bersalah “. Tidak apa-apa kok itu juga bukan sepenuhnya salahmu. Btw makasih yach telah merawat aku selama aku berada di rumah sakit” kata Alex. “ Kamu tidak perlu berterima kasih, karena semua inikan salahku jadi aku harus bertanggung jawab”. kata Lia.
Mereka berdua terus berbicara mengenai hal-hal yang mereka alami, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Dan tanpa terasa ternyata hari sudah beranjak sore. Liapun harus pulang. “ Alex aku pulang dulu yach “. Kata Lia “ iya, TITI DJ yach?”. Kata Alex “ apa itu TITI DJ ?”. kata Lia dengan heran “ Hati- hati di jalan” jawab Alex dengan senyuman yang menawan.
Keesokan harinya setelah Lia pulang sekolah Lia pergi ke rumah sakit lagi mengunjungi Alex. Tapi hari ini dia tidak sendirian, dia bersama Shila dan Shel.i sebenarnya Lia tidak menceritakan kejadian tabrakan yang dia lakukan pada siapapun. Dia hanya menceritakan pada Shila dan Sheli. “Alex kamu sudah tidak apa-apakan” kata Shila setelah sampai dikamar Alex “iya,aku sudah agak baikan kok”jawab Alex “ Alex kamu jangan laporkan Lia ke polisi yach!”kata Sheli cemas “ya…mana mungkin aku melaporkan dia ke Polisi Liakan sudah bertanggung jawab dan Lia juga yang membayar semua biaya rumah sakit”kata Alex.    setelah beberapa saat kemudian, Shila dan Sheli berpamitan pulang “kami pulang dulu yach Alex kata Shila dan Sheli secara bersamaan “iya...” jawab Alex singkat “eh Alex aku juga harus pulang soalnya aku belum ganti baju nich aku juga mau mengantar Shila dan Sheli pulang kamu tidak apa-apakan sendiri disini?” kata Lia ikut pamitan “iya tidak apa-apa” kata Alex. Akhirnya Lia,Shela dan Shelipun pulang. Lia mengantar Shila dan Sheli. Merekapun bercerita tentang Alex ketika berada di mobil “Lia, kamu yang membayar semua biaya rumah sakit Alex?”. Kata Sheli membuka percakapan “iya emangnya kenapa?” jawab Lia dengan santai “bukannya kamu tidak menceritakan Kejadian ini pada Orang Tua kamu, jadi kamu bayar rumah sakit Alex dari mana?” Tanya Shela heran “ya...dari uang tabunganku”kata Lia “apa kamu membayar dengan uang tabungan kamu, terus uang tabungan kamu habis Donk?” kata Shila dengan kaget. “kamukan menabung untuk membeli Laptop ,jadi kamu tidak jadi  beli Laptopnya?” kata Sheli menambahkan “iya sich tapikan aku harus bertanggung jawab atas kesalahanku”.kata Lia membela diri.
  Tidak lama kemudian mereka sudah sampai didepan rumah Shila dan Sheli dan akhirnya Shila dan Sheli turun dari mobil Lia.Liapun segera membelok arah mobilnya menuju kerumahnya. setelah sampai dirumah, Mama Lia sempat bertanya mengapa Lia telat pulang Sekolah dan Lia hanya menjawab kalau dia baru saja menjenguk temannya yang sakit. Beberapa saat kemudian Lia sedang istirahat.Tapi, dia langsung terbangun. Setelah mengingat bahwa dia lupa mengambil hpnya di rumah sakit. “aduh, aku lupa mengambil hpku di kamar Alex di rumah sakit” kata Lia dalam hati.
   Liapun bergegas kembali ke rumah sakit, dan dia minta izin pada Mamanya sebelum pergi. “Ma, aku mau pergi dulu yach!!!” kata Lia. “kamu mau keman? baru pulang sekolah, sudah mau pergi lagi”. Kata Mamanya menegur. “aku lupa hpku di rumah sakit, waktu aku pergi menjenguk temanku Ma”. “hp kok, di lupa… iya, kamu boleh pergi tapi jangan lama-lama”. Kata Mamanya lagi. “ ok dech Ma, aku pergi dulu yach! Assalamu Alaikum”. Kata Lia pamit. “Walaikum salam”. Jawab Mama Lia.
  Setelah itu Liapun langsung menuju kerumah sakit. Dan sesampainya di rumah sakit, dia menuju kamar Alex. Tapi, setelah tiba di depan kamar Alex, dia terkejut melihat seorang cewek sedang berbicara dengan Alex. Alex  dengan cewek tersebut terlihat sangat akrab dan mesra. Lia yang sedang mengintip di depan pintu kamar Alex menjadi kesal dan merasa cemburu. Liapun melupakan hpnya yang tertinggal, dia memutuskan untuk pergi secepatnya dari tempat itu. Tapi setelah dia berbalik, kakinya terasa tidak bisa  terperanjat dari tempat itu. Dia merasa ada yang menarik tasnya dari belakang. Lia yang sedang terbakar api cemburu langsung berkata “please, Lex jangan tarik tasku, biarkan aku pergi. Aku tidak akan menganggu hubungan kalian. Kumohon lepaskan aku...” teriak Lia dengan keras. Alex yang masih duduk ditempat tidurnya heran melihat Lia yang teriak. Dan Alex berkata “Lia. Kamu sedang ngapain disitu?”. Lia membalikkan badannya dan dia baru menyadari kalau ternyata tasnya hanya tersangkut dipintu. Lia meras malu sendiri. “Lia, kamu ngapain disitu. Sini masuk!”. Kata Alex lagi. “tidak kok, aku cuma mau mengambil hpku yang ketinggalan. Tapi, aku takut mengganggu kalian”. Kata Lia dengan perasaan yang masih malu. “oh, hp kamu ada dimeja. Btw, kenalkan ini Saskia!”. Kata Alex memperkenalkan Saskia. “Hai. Aku Lia” kata Lia singkat. Tanpa basa-basi Liapun segera mengambil hpx dan berpamitan pulang. “eh, aku pulang dulu yach!” kata Lia pamit. “ kenapa buru-buru, kamu tidak mau menunggu aku keluar dari rumah sakit, hari inikan aku sudah bisa pulang” Kata Alex. “iya, kok buru-buru sich! Kita ngobrol aja dulu”. Kata cewek yang menemani Alex. “ maaf, aku takut mengganggu kalian pacaran” kata Lia sambil berjalan keluar dari kamar tersebut.
  “Tapi... eh...eh...” belum sempat Alex berbicara, tapi Lia sudah pergi dari tempat itu. Setelah membayar semua administrasi rumah sakit, Lia langsung pulang kerumah. Dan sejak saat itu Lia tidak mau lagi menemui Alex karena merasa sakit hati. Dia juga tidak pernah membalas sms dan mengangkat telpon Alex. Bahkan Lia ganti kartu untuk menghindari Alex. Benih-benih cinta yang tumbuh dalam hati Lia menjadi layu dan terkubur karena kecemburuan Lia pada Alex.
  Setelah Alex keluar dari rumah sakit, dia sempat pergi kerumah Lia, namun Lia tidak mau menemui Alex. Akhirnya Alex memutuskan untuk kembali ke Bandung dan semenjak saat mereka berdua tidak pernah bertemu lagi dan hubungan merekapun terputus.
  Hari demi hari dilalui Lia dengan perasaan  sakit hati. dia masih sangat sulit untuk melupakan Alex. Bahkan nilai-nilai disekolahnya menurun. Dia juga tidak bersemangat menjalani hari-harinya. “Lia, kamu kenapa?” tanya Sheli ketika mereka berada di taman sekolah. “aku tidak apa-apa kok” jawab Lia dengan lemas. “kamu itu tidak seperti Lia yang aku kenal, dulu kamu itu cewek yang selalu ceria, cerewet dan pintar. Tapi, kenapa sekarang kamu jadi pendiam ?” kata Shela. “aku cuma pusing aja” jawab Lia. “kok... sudah satu bulan belakangan ini kamu pusing terus? Kata Sheli menambahkan. “ jangan-jangan kamu masih ingat Alex!” kata Shela dengan perasaan curiga. “tidak kok, aku tidak ingat dia lagi” jawab Lia dengan singkat. “ Lia... seharusnya kamu itu tidak usah bohong dengan kita berdua soalnya kita berdua itu sahabat kamu. Dan kita juga tahu, kalau kamu itu sebenarnya suka sama Alex.” Kata Sheli dengan menatap Lia yang sedang menunduk.
  Liapun menangis dan menumpahkan semua perasaannya pada Sheli dan Shela. Dia menceritakan semua kejadian yang dialami dengan Alex. “Shel, Shil aku sebenarnya cinta pada Alex”. Kata Lia dengan menitihkan air matanya dipipihnya. “kalau kamu cinta sama dia, kenapa kamu tidak mengatakan yang sejujurnya pada Alex?” kata Sheli. “bagaimana mungkin aku mengatakan yang sejujurnya pada Alex? Dia itu sudah punya pacar. Dan aku tidak mungkin merusak hubungan mereka”. Kata Lia dengan nada suara yang meninggi. Akhirnya merekapun terdiam sesaat. Dan tidak lama kemudian Sheli menghapus air mata Lia. Dan diapun berkata “Lia. Maafkan aku yach!, aku tidak tahu kalau dia sudah punya pacar... kamu sabar yach!”. “iya, Lia. Lebih baik kamu lupakan Alex. Masih banyak cowok yang lebih baik daripada dia. Kamukan juga cewek yang populer di sekolah, tentunya banyak cowok-cowok yang ngantri jadi pacarmu”. Kata Shela memberikan semangat pada Lia. “iya Shel, kamu benar. Lagian ngapain aku pikirkan cowok yang belum tentu memikirkan aku. Lebih baik aku memikirkan hal-hal yang lebih positif. Btw, thanks sudah memberikan aku suport”. Kata Lia dengan muka yang mulai semangat. “itulah gunanya sahabat”. Kata Shela dan Sheli bersamaan. Merekapun berpelukan dan tertawa bersama. “WE ARE BEST FRIENDS FOREVER”. Kata mereka bersamaan.
   Akhirnya lama-kelamaan Lis sudah bisa melupakan Alex. Dia juga sudah kembali ceria lagi. Tapi, dia tidak pernah pacaran walaupun banyak cowok-cowok yang pernah menembaknya disekolahnya. Dia beranggapan bahwa masa SMA bukanlah masa yang tepat untuk pacaran dan dia ingin fokus pada pelajarannya, apalagi sekarang dia sudah kelas XII.Setelah setahun berlalu, Liapun sudah lulus SMA. Liapun melanjutkan studynya di Bandung, walaupun dia merasa sedih karena tidak tinggal dengan kedua orang tuanya. Tapi, demi cita-citanya dia rela hidup mandiri.
   Hari ini merupakan hari pertama Lia masuk kekampus. Dia merasa malu karena dia belum mengenal seorangpun di kampus tersebut. Tapi, dia memberanikan diri untuk bergaul dengan orang lain. Akhirnya Liapun berteman dengan seorang mahasiswi yang bernama Reni. Reni adalah masiswi yang cupu. kacamatanya sangat tebal, penampilannya juga norak dan aneh.Tapi, kalau diperhatiakan dia orangnya cantik.
  Dan  pada saat Lia dan Reni sudah sampai diluar kampus, mereka menunggu taxi. Tapi, tiba-tiba ada sebuah mobil yang menabrak Lia. Lia terjatuh dan pingsan. Renipun sangat panik. “tolong...tolong...tolong...tolong...” teriak Reni dengan panik. “aduh, mati aku. Cerobah banget sich! Jadi menabrak orangkan”. Kata si penabrak dalam hati.
  Si penabrakpun langsung menolong Lia. Dia mengangkat Lia masuk kedalam mobilnya dan Renipun ikut dalam mobil tersebut. Reni terus memaki si penabrak ketika berada di mobil. “kamu itu ceroboh banget sich!. Kalau nyetir hati-hati donk. Bagaimana kalau teman aku sampai kenapa-kenapa? Kamu itu bisa dituntut sama keluarganya.” Kata Reni dengan kesal. Tapi, lelaki itu malah senyum-senyum. “eh... sudah bersalah malah senyum-senyum”. Kata Reni. “kalau menurut aku, dia itu tidak apa-apa. Mobilku juga jalannya sangat lambat ketika menabrak dia”. Kata lelaki itu santai. “jangan-jangan kamu sengaja  menabrak temanku. Walaupun dia kelihatan tidak parah tapi mungkin saja bagian organ-organ dalamnya yang parah”. Kata Reni. “Lia tidak apa-apa tahu, mungkin dia Cuma sock aja, terus dia pingsan. Liat aja tidak ada yang lecetkan di tubuhnya”. Kata lelaki itu. “kok, kamu tahu nama Lia? Jangan-jangan kamu sengaja menabrak Lia supaya dia mati. Kamu itu berencana membunuh Lia yach... tapi, aku akan menelpon polisi supya kamu itu di penjara”. Kata Reni mengancam. ‘jangan, negatif thingkin donk. Mana mungkin aku mau membunuh orang. Akuakn tahu kalau itu adalah perbuatan dosa. Dan asal kamu tahu, aku itu adalah teman Lia.” Jawab lelaki itu.
   Reni masih curiga dengan lelaki itu. Dan Reni mengambil gunting kuku yang ada di tasnya, dia membuka pisau gunting kukunya dandekatkan pisau itu keleher lelaki tersebut. “angkat tangan, cepat angkat tanganmu atau aku menusuk kamu dengan pisau gunting kuku ini”. Ancam Reni. “bagaiman mungkin aku bisa mengangkat tangan, akukan sedang nyetir, kalau aku lepas stir mobil ini nanti kita kecelakaan”. Kata lelaki itu. “ iya juga yach. Tapi, kamu jangan lepaskan tangan kamu dari stir mobil. Kalau kamu berbuat macam-macam aku akan nekat melukaimu”. Ancam Reni. “dasar cewek aneh, mana mungkin gunting kuku begitu bisa mencelakakan orang. Lagian akukan sudah bilang kalau aku tidak berniat jahat sama kalian berdua”. Kata lelaki itu sambil mengambil pisau yang di pegang oleh Reni. “kamu ini nekat yach, aku tidak percaya sama kamu. Mana mungkin ada maling yang mau mengaaku maling. Rasakan ini!!!”. Kata Reni sambil mengigit telinga lelaki itu. “Au...Au...Au... sakit...sakit...it...’ teriak lelaki itu. Tangan lelaki itupun terlepas dari stir mobil sehingga mobil tersebut tidak terarah. Dan guncangan mobil yang tidak terarah membuat Lia terbangun setelah pingsan beberapa menit yang lalu.
   “aku, dimana?” tanya Lia setelah membuka matanya. “Lia kamu sudah siuman.” Kata Reni setelah melepaskan gigitannya dari lelaki itu. “kamu ada dimobilku. Oh yach, maaf... soalnya aku yang menabrak kamu sehingga kamu pingsan. Dan rencananya aku mau membawamu kerumah sakit, tapi temanmu ini malah curiga sama aku. Dia kira aku ingin membunuhmu”. Kata lelaki itu setelah bisa mengendalikan mobilnya lagi. “Lia kamu tidak apa-apakan. Aku Cuma ingin menolong kamu dari lelaki jahat ini”. Kata Reni yang masih curigaan. “ udah donk Ren. Jangan curigaan gitu. Sebaiknya, kamu minta maaf sama dia”. Kata Lia pada Reni. “bagaimana mungkin aku tidak curiga sama cowok ini, dia tahu nama kamu padahal aku tidak pernah memberitahukannya”. Kata Reni membela diri. “ apa... dia tahu nama aku?” kata Lia. “tentu saja aku tahu nama kamu, kamu juga kenal sama aku”. Kata lelaki itu.
  Dan lelaki itupun menghentikan mobilnya dan membalikkan badannya kearah Lia. Lia sangat terkejut melihat lelaki itu. “kamu... A...A...Alex” kata Lia heran. “iya, ini aku Alex. Ternyata kamu masih ingat aku”. Kata Alex sambil tersenyum. Tapi, Lia malah menunjukkan ekspresi yang marah dan kesal. Dan Lia langsung membuka pintu mobil dan menarik tangan Reni keluar dari mobil tersebut. “Ren, sebaiknya kita keluar dari mobil ini, karena aku tidak sudih melihat lelaki ini”. Kata Lia dengan kesal.  Reni hanya mengikuti Lia dan dia tidak tahu permasalahan yang sebenarnya.
   “Auxelia... tunggu...tunggu... tunggu dulu...” kata Alex yang mencegah Lia. Tapi, Lia tetap melangkahkan kakinya, walaupun dia berjalan dengan pincang karena kakinya cedera saat dia ditabrak. Tanpa berpikir panjang Alexpun mengejar Lia. Ketika dia menggapai tangan Lia, Alex menarik tangan Lia dan memeluknya. “aku tidak ingin kehilangan kamu untuk kedua kalinya. Aku merindukanmu...” kata Alex ketika memeluk Lia. Tapi, Lia berusaha melepaskan pelukan Alex. “lepaskan aku Lex... lepaskan...”. “apa salahku? Kenapa kamu menghindariku? Padahal aku...aku...a...”. “aku sudah tidak percaya lagi dengan kata-katamu, aku sudah kecewa sama kamu, jadi aku mohon jangan pernah temui aku lagi”. Akhirnya Alex melepaskan pelukannya. “Lia berikan aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku, walaupun aku tidak tahu kesalahanku tersebut”. “tidak semudah itu aku memberikan kamu kesempatan, Ren ayo kita pulang”. “Lia tunggu aku...”. “kenapa lagi?”. “disinikan tidak ada taksi, jadi kita pulang naik apa? Mending kita pulang bareng sama cowok itu”. “hai, kalian tidak usah malu, ayo naik kemobil aku akan mengantar kalian”. “baik dech! Tapi, jangan kira aku sudah memaafkanmu”.
  Semenjak saat itu Alex selalu kerumah Lia, walaupun Lia tidak mengharapkan kedatangannya. “kanapa kamu selalu kerumahku? Aku tidak butuh bantuanmu”. “apa aku salah kalau aku mau bertanggung jawab. Gara-gara aku kamu jadi begini. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk menebus kesalahanku, biarkan aku merawatmu sampai kaki kamu sembuh”. “aku sudah bilang Lex, aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa jalani semua ini sendiri dan Reni juga selalu kesini untuk merawatku”. “tapi, tidak selamanya Reni selalu bisa datang kesini”. Karena kesal akhirnya Reni menarik baju Alex dan mendorngnya keluar dari rumahnya. Tapi malah Reni yang hampir terjatuh dan untungnya dia jatuh dipelukan Alex. “lepaskan aku...lepaskan... jangan ambil kesempatan”. “kamu itu kenapa sich! Aku hanya menolong kamu... seandainya aku tidak menolongmu mungkin kamu akan terjatuh, bisa tambah parah cedera kakimu. Sudahlah kamu jangan keras kepala, aku akan berada disini sampai Reni datang”. Dan tanpa pikir panjang Alex menggendong Lia masuk kerumah. Dengan telaten Alex memijat kaki Lia yang tampak memar, walau Lia berusaha menarik kakinya dari pangkuan Alex. “ternyata Alex baik juga. dia tetap merawat aku walau aku sudah bersikap tidak baik padanya” kata Lia dalam hati.
   Keesokan harinya Alex kerumah Lia lagi. Tapi, sikap Lia sudah tidak sejutek kemarin. “kamu lagi, silahkan masuk dech!”. “dari nada bicaramu, kayaknya kamu tidak mengharapakan kedatanganku”. “memang siapa yang menyuruh kamu kesini”. “jadi, kamu ingin mengusir aku lagi”. “ya terserah, kalau kamu pergi silahkan. Aku sudah capek mengusir kamu setiap hari”. “ tentu saja aku tidak akan pergi, sudah susah payah datang kesini walaupun kedatanganku tidak diharapkan”. “kalau kamu tidak mau pergi cepat masuk, sebelum aku berubah pikiran”. “oke!!!”. Akhirnya Alex masuk.
   “kamu mau minum apa?”. “tumben aku dilayani seperti tamu, biasanya kalau tidak di suruh keluar, pasti bajuku yang ditarik”. “kamu maunya apa sich? Kalau sudah dilayani dengan baik jangan banyak bicara lagi! Memangnya kamu tidak suka dilayani selaknya tamu?”. “ya tentu aku lebih suka dilayani kayak tamu, tapi tumben kamu bersikap baik sama aku. Jangan-jangan kamu sudah terpesona sama ketamapananku... hehehe... beginilah pesona orang yang seganteng Kim Bum”. “jangan keegeran, aku hanya ingin membalas budi”. “ooo... ingin balas budi. Tapi, aku merasa kamu tidak perlu balas budi karena aku melakukannya sebagai permintaan maafku, yaaa walaupun aku tidak tahu salahku tersebut. Memangnya salahku apa sich?”. “ apa kamu benar tidak tahu salahmu? Kalau begitu kenapa kamu mau manenebusnya? Kenapa kamu datang lagi kedalam kehidupanku setelah susah payah aku melupakanmu?”. Lia meneteskan air matanya karena tidak mampu menahannya. “memangnya kenapa kamu ingin melupakanku? Asal kamu tahu. Aku mencarimu setelah aku keluar dari rumah sakit, aku berusaha menghubungi ponselmu, dan datang kerumahmu. Tapi, aku tidak pernah menemukanmu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke Bandung. Setelah aku kembali ke Bandung aku tetap tidak bisa melupakanmu walaupun aku sudah berusaha keras untuk melupakanmu, dan aku sangat senang ketika melihat kamu lagi waktu itu”. “kenapa kamu berusaha mencariku? Bukannya kamu sudah punya pacar”. “ apa? Pacar! Maksud kamu pacar apa sich?”. “cewek yang menemani kamu di rumah salit”. “ooo... cewek itu, dia adalah sepupu aku yang tinggal di Jakarta, dan waktu itu dia menjenguk  aku”. “apa sepupu kamu?”. Lia kaget mendengar perkataan Alex dan dia malu karena telah membenci Alex hanya karena persoalan sepele. Dia termenung sejenak... “hai, kamu kenapa melamun? jangan-jangan kamu marah sama saya karena cemburu sama sepupuku? Ayo mengaku! Benarkan...” rayu Alex pada Lia “ hai... jangan keegeran gitu aku itu bukannya marah sama kamu tapi aku...aku...aku... sudah jangan bahas masalah ini lagi inikan hanya masa lalu kita. Ehm, kamu mau minum apa?”. Lia segera mengalihkan pembicaraan. “kenapa kamu jadi salting gitu?”. “siapa yang salting... kamu mau minum apa?”. “minuman dingin aja”.
  Karena kelamaan menunggu, Alex meras bosan.  Tapi, saat itu dia melihat gitar dan dia mengambil gitar tersebut, kemudian memainkannya. Dia menyanyikan lagu kehilangan  yang di populerkan oleh Firma.
   “kucoba ungkap tabir ini, kisah antar kau dan aku
    Terpisahkan oleh ruang dan waktu, mengingatkanku pada dirimu
    Kumerasa telah kehilangan, cinta yang telah lama hilang
    Kau pergi jauh karena salahku, yang tak pernah menganggap kamu ada
       Asmara memisahkan kita, mengingatkanku pada dirimu
       Gelora mengingatkanku bahwa cintamu telah merasuk jantungmu
  REFF: sejujurnya kutak bisa, hidup tanpa ada kamu aku gila...
            Seandainya kamu bisa, mengulang kembali lagi cinta kita
             Takkan kusia-siakan kamu lagi...”. ketika Alex sangat menghayati lagunya, tiba-tiba Lia datang. “takkan disia-siakan atau malah kembali disia-siakan?” Tanya Lia menyindir. “maksud kamu? Aku cuman menyanyi doank!”. “tapi, sampe segitunya menghayati lagu, kalau ekspresimu sudah bagus tapi suaramu membuat telingaku sakit, gendang telingaku hampir rusak mendengar kamu menyanyi...hahaha...”. “ledekin aja terus sampe puas”. “kok, jadi marah? Aku cuman bercanda tahu. Tapi, kenapa kamu menghayati lagunya sampai segitunya, matamu jadi berkaca-kaca. Kamu menangis yach!”. “aku sangat menghayatinya karena aku merasa kalau lagu ini seperti kisah kita. Dan sekarang aku mau tanya kamu seandainya kamu bisa mengulang kembali kisah kita. Maukah kamu menjadi pacarku?”. “maksud kamu apa sich!”. Lia kaget mendengar perkataan Alex. “yee... ekspresinya serius banget. Aku cuma bercanda. Tapi, kenapa muka jadi kamu merah? Jangan-jangan kamu suka beneran sama aku”.  “siapa juga yang suka sama kamu. Jangan kegeeran dech jadi orang”. “sebenarnya aku itu benar menyukai kamu Auxelia, tapi kamu tidak menyadari hal itu”.kata Alex dalam hati. “eh… kenapa diam?”. “ eee…ee..e… sebaiknya aku pulang dulu. Besok aku datang lagi. Tapi, kakimu sudah tidak apa-apa?”. “iya, kakiku sudah sembuh”. “oh yach! Aku pulang dulu. Dan aku harap semoga besok sikapmu bisa semanis ini lagi”. “memangnya sikapku kemarin-kemarin kenapa?” “ehm… tidak nyadar… kemarin-kemarin itu sikapmu seperti singa yang mau menerkam mangsanya. Aku belum masuk rumah aja sudah di suruh pulang… tapi, untunglah aku sabar… hehehe…”. “eee….. siapa juga yang menyuruhmu datang kerumahku. Kalau perlu kamu tidak usah datang kesini lagi besok. Sudah cepat pulang sana sebelum aku melempar kamu keluar…”. “eitz… belum sehari sikapnya manis sudah berubah jadi singa lagi…hehehe… aku pulang dulu”. Kata Alex yang sengaja ingin membuat Lia marah. “hai… dasar cowok gila..la…laa…. rasakan ini”. Lia melemparkan sepatunya kearah Alex… “hahaha… dada… besok aku datang lagi”. “woi… awas kamu… besok tidak akan kulepaskan”. Seru Lia kesal.
         Ketika Lia kekampus dia bertemu dengan Reni. Tapi, hari ini muka Reni sangat murung, matanya juga memar seperti baru menangis. “Ren kamu kenapa? Tidak biasanya kamu begini. Kamu sakit yach!”. “iya, a..aa..aku sakit hati…aaa..aaaa….aaa…”.  Reni meluapkan tangisannya. “aduh… tidak usah menangis sampai segitunya kali, malu di liatin orang-orang. Memangnya kamu punya masalah apa?”. “eh..eh… pacarku Radit memutuskan aku karena cewek lain yang lebih cantik… coba bayangkan siapa yang tidak sakit hati kalau cintanya di hianati seperti ini. Hatiku bagaikan dicabit-cabit pisau yang setajam silet…”. “kayak infotaimen aja setajam silet… tapi, kenapa juga kamu tangisin cowok yang nyata-nyatanya menghianati cintamu. Seharusnya kamu bersyukur diputusin cowok yang seperti itu. Dan dunia ini tidak selebar daun kelor, masih banyak cowok yang lebih baik dari dia”. “betul, contohnya aku. sudah keren, baik, tampan lagi…hehehe’. Alex datang tiba-tiba dengan memuji dirinya. “datang lagi dech cowok yang super kepedean. Kayak jalangkung aja. Datang tak diundang, pulang tak diantar…”. Sindir Lia pada Alex. “iya… betul kata kamu Lia. Tapi, mana ada cowok yang mau sama aku. akukan jelek dan gayaku juga norak dimata mereka…”. “bukan hanya dimata mereka kamu terlihat norak tapi dimataku juga… tapi, kalau menurut aku kamu tidak jelek-jelek amat. Matamu indah,bodymu juga bagus. Ehm, Cuma gaya rambutmu yang harus dirubah dan pakaianmu… bagaimana menurutmu Lia?” saran Alex. “betul juga kata kamu Alex, aku yakin kalau kamu didandanin  sedikit aja pasti kelihatan lebih cantik”.
      Ketika mereka sedang menghibur Reni, tiba-tiba Radit lewat di depan mereka dengan pacar barunya. Dan menapilkan kemesraan mereka. “dasar cowok berengsek, rasakan ini…iii..iii….” Reni kesal dan melempari Radit dengan botol minuman yang dia pegang. PLAKKK!!! “hai… dasar cewek aneh…”. “dia siapa yank?” tanya cewek baru Radit. “tidak usah pedulikan dia, dia itu Cuma cewek yang aneh yang suka sama saya. Tapi, sayangnya aku menolok dia demi kamu…”. “kasian banget cewek aneh itu..ha…ha…ha”. “dasar cowok berengsek… seandainya aku bisa mengangkat motor itu, aku akan melemparkan kemukanya. Biar dia mampus sekalian, cowok seperti itu tidak layak hidup harus dibasmi…iii..iii….” teriak Reni yang sangat kesal. “eh… kamu jadi cewek sadis banget, jangan bertindak anarkis!!!”. “betul kata Alex, lebih baik kamu membalasnya dengan cara lain”. “tapi apa yang harus kulakukan?”. “Aha…. Aku punya ide, sini aku bisikin…”. Akhirnya mereka bertiga menyusun rencana untuk membalas perbuatan Radit.
    Hari ini mereka berencana melaksanakan rencana mereka. Pertama-tama mereka pergi kepusat perbelanjaan untuk membeli pakaian yang trend dan modis. Setelah itu mereka pergi kesalon. Disana Reni diperlakukan bak seorang ratu, penampilannya dirubah dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dan alhasil Reni terlihat sangat cantik. “tidak sia-sia kita menunggu selama 4 jam disalon ini. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Sumpah Ren, kamu terlihat  sangat cantik!”. “ehm, Lex kamu naksir sama Reni karena dia lebih cantik!” “yeee… jangan-jangan kamu cemburu! Tapi, tenang aja Lia dihatiku hanya ada nama kamu…hehehe…”. “hello…oo..ooo… siapa juga yang cemburu sama kamu…”. “hai… sudah donk! Kenapa kalian jadi bertengkar? Lia sekarang apa yang harus kulakukan selanjutnya?”.  “ehm… dari penampilan sich sudah bagus tapi kacamata kamu yang tebal ini sangat mengganggu, bagaimana kalau kamu lepas saja kacamatamu?”. “tapi, mataku minus. Kalau aku tidak pake kacamata bagaimana caranya aku melihat dengan jelas”. “eee… mending kamu pake lensa mata saja”. “oh iya, betul kata Alex kamu pake lensa mata aja”.
    Malam ini Reni,Lia, dan Alex pergi kesebuah pesta yang diadakan oleh salah satu teman mereka. dan ketika mereka bertiga memasuki lokasi pesta, semua mata tertuju pada Reni yang penampilan sangat menawan. “Hai… Lia, Alex…” tegur Jasmin yang mengadakn pesta. “hai… Jasmin… happy birthday…”. “oh, iya… makasih yach! Kalian sudah datang. Ehm… Reni mana? Dan cewek ini siapa? Sepupu kamu LIa?”. “ Jasmin… ini aku Reni, kamu tidak kenal saya?”. “ha… ini betul kamu Reni? Berubah banget, tambah cantik…”. “memang dulu Reni segitu jeleknya yach! Sampai sekarang ini kamu tidak percaya kalau cewek yang di hadapan kamu ini adalah Reni”. “bukan begitu maksud aku Lex, Cuma aku merasa kalau Reni malam ini sangat cantik. Btw, kalian nikmati aja hidangannya dulu aku pergi dulu menemui tamu-tamu yang lain”. “oh, iya silahkan” seru Reni. “musiknya seru juga, Lia maukah kamu berdansa dengan aku?” ajak Alex “tapi, bagaimana dengan Reni? masa kita meninggalkan dia sendiri disini”. “tidak apa-apa, kalau kalian mau dansa silahkan saja”. Tapi Ren…”. “Lia, Renikan tidak apa-apa disini, dia juga tidak keberatan. Tidak usah cari alasan lagi”. Alex menarik tangan Lia menuju lantai dansa. “ Lex, kamu mau cari kesempatan dalam kesempitan?”. “siapa yang mau cari kesempatan dalam kesempitan, tempat ini tidak sempit tapi luas jadi aku cari kesempatan dalam tempat yang luas…hehehe… ehm… kamu jangan jutek sama aku lagi donk! Mending kita menikmati suasana yang romantis ini”. Alex memeluk Lia dan berdansa sesuai dengan irama lagunya. Dan Lia hanya bisa tersenyum dan tersipumalu. “ehm… Alex sama Lia kelihatan sangat serasi. Jadi iri melihat mereka berdua, walaupun setiap hari bertengkar tapi mereka saling menyangyangi walaupun mereka tidak mengakui perasaannya masing-masing”. Seru Reni dalam hati
    Lama-kelamaan Reni merasa bête menunggu sendirian,walaupun silih berganti cowok yang mengajak dia berdangsa. Ditengah kesendiriannya, dia melihat Radit berdansa dengan pacar barunya. Dan seketika itu kesedihan menyelimuti hati Reni lagi. “aduh… gawat niech!” seru Jasmin. “kenapa Jasmin, apa yang gawat?” tanya Reni yang berada didekat Jasmin saat itu. “gini Ren... salah satu pengisi acara berhalangan hadir,padahal dia akan menyanyi life di acara ini…”. “kalau gitu tidak usah pake acara nyanyi life”. “tidak bisa Ren, soalnya pada saat dia memainkan piano dan menyanyikan lagunya, orang tuaku akan mengumumkan pertunanganku dengan pacar aku, tidak enakkan kalau tanpa lagu background. Kesannya kurang perfek”. ‘sebenarnya aku bisa memainkan piano tapi suaraku tidak bagus”. “kalau begitu kamu aja yang menggantikannya yach! Please…”. “tapi…ii..ii…” belum sempat Reni berkata apa-apa Jasmin sudah memanggil Reni untuk naik kepanggung. Dan apa daya akhirnya Reni memainkan piano tersebut. “Lex, itu Reni yach!” kaget Lia ketika melihat Reni di atas panggung. “iya… itu Reni”. Dan untungnya Reni bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Setelah menyanyikan lagu yang diminta oleh Jasmin, dia memanggil Jasmin dan membisikkan sesuatu padanya. “baiklah… mohon para hadirin memperhatikan sebentar. Teman kita Reni ingin mempersembahkan sebuah lagu spesial ditujukan kepada seseorang…. Dan kita sambut Reni…”. dan Reni menyanyikan lagu Sherina yang berjudul PERGILAH KAU. Dia sangat menghayati lagu tersebut  dan meneteskan air mata  dan semua penonton ikut hanyut  dalam suasana tersebut. Tak terkecuali Reni yang menangis dipelukan Alex dan Alex menganbil kesempatan memeluk Lia. “kamu mau ambil kesempatan yach?” Lia tersadar setelah berada dalam pelukan Alex. “tidak,kamu duluankan yang memeluk aku”.
    Setelah Reni selesai menyanyi, semua tamu undangan memberikan aplos yang sangat meriah. Dan dia segera turun dari panggung. “Ren penampilan kamu sangat mengagumkan, aku tidak menyangka kalau kamu bisa memainkan piano dan suara juga sangat bagus”. “betul kata Alex, kukira selama ini kamu tidak punya bakat sama sekali, ternyata bakat kamu yang tersembunyi ini sungguh mengagumkan”. “sebenarnya aku itu pernah ikut les piano waktu masih umur 6 tahun. Tapi ketika aku masuk sma aku memutuskan untuk berhenti”. Ditengah-tengah percakapan mereka berlangsung, Radit tiba-tiba datang. “Ren,maafkan aku telah  mencampakanmu, aku tahu kamu pasti sangat terluka karena aku. dan aku salah telah menyia-nyiakanmu. Ren,maukah kamu kembali menjadi pacarku?”. “hai… cowok yang tidak tahu diri. Asal kamu tahu Reni sangat terluka karena perbuatanmu dan sekarang seenaknya aja mau minta balikan”. Lia sangat kesal mendengarkan perkataan Radit yang tidak tahu diri. “Lia… jangan emosi gitu. Sekarang biarkan mereka bicara berdua. Sini ikut aku!” Alex merarik tangan Lia menjauh dari Reni dan Radit. “Ren, aku tahu kalau kamu sangat kecewa sama aku. tapi maukah kamu memaafkan aku dan kembali kepadaku lagi? Aku janji tidak akan menyakiti kamu lagi”. “Radit, aku tidak bisa menerima kamu lagi. Sebaiknya kamu kembali pada pacarmu, cukuplah aku yang kau sakiti. Awalnya aku melakukan semua ini untuk balas dendam sama kamu, tapi aku sadar tak sepatutnya aku lakukan ini. Jadi, aku harap semoga kamu bisa berubah dan tidak mempermainkan pacarmu lagi”. Air mata Reni tak terbendung lagi. “tapi Ren, aku tidak mencintai dia. Aku hanya mencintai kamu?”. Tanpa sengaja pacar Radit mendengar perkataan Radit. “apa maksud kamu Dit? Bukannya kamu bilang kamu tidak bisa hidup tanpa aku? dasar cowok berengsek… rasakan ini…” tamparan keraspun melayang dimuka Radit. “hai… dan satu lagi, ini untuk cowok yang tidak tahu diri kayak kamu…” kepalan tinju Alex mengenai perut Radit. “Ren, sekarang giliran kamu yang memberikan cowok playboy ini pelajaran”. “aku tidak perlu mengotori tanganku untuk membalas dia, aku rasa dia sudah sadar…” Reni meninggalkan Radit yang terjatuh di lantai.
     Ketika mereka bertiga menuju mobil, tiba-tiba seorang lelaki mencegat mereka. “maaf, bapak ini siapa?” Lia kaget melihat lelaki tersebut dengan dandanan yang sangat Rapih. “maaf kalau aku mengagetkan kalian, perkenalkan aku adalah Ahmad. Ini kartu nama aku. seperti yang kalian liat disitu aku ini adalah salah satu agency pencari bakat. Aku tadi sempat melihat penampilan teman kamu ini dan aku sangat terpesona dengan penampilannya”. “maksud bapak, ingin merekrut dia menjadi artis?” Alex kaget. “kurang lebih seperti itu, jika kamu setuju kamu besok bisa pergi kekantorku. Oh yach…. Nama kamu siapa?”. “aku Reni dan mereka ini adalah teman aku. LIa dan Alex”. “baiklah kalau begitu, aku tunggu kamu di kantorku besok”. Kata bapak Ahmad sebelum pergi.
      “Bagaimana ini? Apa aku harus pergi kekantor bapak yang tadi?” Reni bingung. “kalau menurut aku, kamu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini” saran Alex. “tapi, kita juga tidak boleh langsung percya gitu aja. Siapa tahu dia seorang penipu, sekarang inikan banyak penipu yang berkedot sebagai pencari bakat”. “alaaa… Lia kamu itu parno sekali sich…”. “ mungkin kata Lia ada benernya juga. ehm, lebih baik aku tidak usah pergi kekantor orang itu”. “yaa… kenapa jadi curigaan gini sich, inikan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Reni kamu harus tetap pergi, aku dan Lia besok akan menemani kamu kekantor orang itu. “apa-apaan sich, akukan belum setuju… besok aku itu mau pergi…” belum sempat Reni melanjutkan perkataannya tiba-tiba Alex mengalihkan pembicaraan. “ Lia pasti setuju Reni… iyakan Lia…” paksa Alex. “kenapa jadi maksa gini sich, ehm…. Baik dech!!! Sebel Lia.
     Hari ini mereka berencana pergi kekantor pak Ahmad, walaupun Lia tidak sepenuh hati pergi ketempat tersebut karena dia merasa kalau ini hanya tipuan. Tapi, apa daya, Alex memaksanya pergi. “apa aku bilang, orang itu hanya penenipu buktinya kita sudah berada di jalan sesuai alamat ini tapi mana kantor agencynya. Tidak adakan…” seru Lia sebel. “sabar donk, Lia… nanti juga ketemu. Sini kartu namanya, siapa tahu kamu yang salah liat alamat”. “aduuu… maaf yach aku merepotkan kalian berdua, tidak seharusnya aku percaya orang itu”. “ehm… pantas kantornya tidak ketemu dari tadi, alamatnya salah. Ini semua gara-gara kamu Lia, Cuma mengomel terus dari tadi. Tidak memperhatikan alamatnya”. “salah kamu juga Lex, aku itu memang tidak mau pergi tapi kamu paksa aku” Lia sebel. “sudah donk… kalian berdua jangan bertengkar terus. Mending kita pulang aja”. “tidak bisa…”paksa seru Lia dan Alex kompak. “kok kompak gitu jawabnya”. “kita tidak boleh pulang, kitakan sudah sejauh ini. Pokoknya kita harus kekantor pak Ahmad”. “aku setuju dengan Alex, walaupun aku terpaksa ketempat ini, tapi aku tidak mau pulang dengan sia-sia, setidaknya aku bisa tahu apakah ini hanya penipuan atau beneran agency.
    Setelah satu jam, mereka akhirnya menemukan kantor agency pak Ahmad. ,mereka segera masuk ke kantor tersebut. “maaf pak kami agak terlambat, soalnya kami sempat kesarsar”. Kata Reni. “ tidak apa-apa, aku kira kalian tidak akan datang” kata pak Ahmad maklum. “sebenarnya kami memang tidak mau datang ktemp….” Belum sempat Lia ceplas-ceplos di depan pak Ahmad, mulutnya sudah ditutup oleh Alex. “maaf pak… sebaiknya kami berdua keluar aja, biar bapak sama Reni bisa lebih leluasa bicaranya”. Alex segera menyeret Lia keluar dari ruangan pak Ahmad. “hai… lepaskan aku…” Lia berusaha melepaskan dirinya dari Alex. “iya..iya… aku lepaskan, tapi tidak seharusnya kamu ceplas-ceplos gitu, bagaimana kalau pak Ahmad marah dan tidak jadi merekrut Reni”. “eee… dasar cowok menyebalkan”.
     Setengah jam berlalu, akhirnya Reni keluar dari ruangan pak Ahmad. “Ren… bagaimana? Apa kamu akan diorbitkan jadi penyanyi?” tanya Alex antusias. “di lihat dari ekspresinya sich! Pasti di tolak” seru  Lia pesimis. “ehm… sayang sekali aku…aku… aku akan diorbitkan…uuu… dan kata pak Ahmad kalau minggu ini aku harus ke Jakarta untuk menjalankan rekaman dan aku akan menyanyikan lagu ciptaan Dewiq”. Reni sangat senang dan teriak-teriak. Tapi, Lia hanya tersenyum. “ hore…. Apa kubilang kamu tidak boleh menyia-nyiakan ini” Alex ikut senang. “selamat yach Ren….” Reni hanya tersenyum. “ehm… ini semua juga berkat kalian berdua yang selalu memberikan aku semangat ketika aku terpuruk. Makasi yach, kalian ini memang sahabat aku yang is the best”.
    Setelah seminggu berlalu Lia merasa kesepian karena Reni sedang berada di Jakarta. Dia juga sangat sulit berkomunikasi dengan Reni. “huft… Reni sedang apa yach sekarang, aku jadi kesepian tanpa dia”. “Hai… kenapa bicara sendiri? Kayak orang gila aja!” Alex mengagetkan Lia yang sedang berada di taman. “kamu yang gila… lagian apa urusan kamu kalau aku bicara sendiri”. “iii… malah marah, kamu tidak usah pikirin Reni terus. Sekarang ini dia tentu sangat sibuk mempersiapkan singlenya. Daripada kamu bengong sendirian disini mending kamu ikut aku, kita pergi kekafe. Aku yang teraktir dech!” Alex menarik tangan Lia menuju mobilnya. “apa-apaan ini… aku belum bilang iya. Kenapa main tarik aja…”. “tidak usah menolak dech!”.
    Sesampainya di kafe, Alex segera memesan makanan. “mbak, saya pesan nasi goreng satu porsi dan bakso, ehm… minumnya jus jeruk aja”. “kenapa kamu pesankan aku makanan tanpa tanya dulu kalau aku mau makan apa?”. “Lia aku itu tahu kalau makanan favoritmu bakso”. “darimana kamu tahu?”. “akukan dukun… hehehe… sebenarnya aku masih ingat kali pertama kita bertemu, waktu itu adikmu hilang dan aku yang menemukannya. Sebagai tanda terima kasihmu kamu mau memberikan aku uang tapi aku menolaknya, karena waktu itu kamu tidak mau merasa hutang budi kamu mentraktir aku dan waktu itu kamu memesan bakso”. “oh, iya… kamu masih ingat yach kejadian itu?”. “mana mungkin aku melupakannya, itukan pertumuan yang terindah dalam hidupku”. “ehm… jangan lebay dech!!!”.
    Hari demi hari telah di lalui Lia bersama Alex. Merekapun semakin dekat. “Lia tunggu….” Panggil Alex ketika melihat Lia di taman. “ada apa Lex?”. “ sore ini kamu tidak ada acara?”. “memangnya kenapa?”. “aku ingin mengajak kamu kesuatu tempat”. “kemana sich?”. “ada dech! Pokoknya ini surpraise”. “tapi, belum tentu aku bisa pergi soalnya aku mau pergi belanja”. “yaaa…. Belanjanya nanti aja setelah kita jalan”. “liat nanti aja dech…”. “yaaa…. Kok pergi sich? Pokoknya aku tunggu kamu di tempat parkir, kamu harus datang”.
    Setelah jam kuliah selesai, satu persatu mahasiswa keluar dari kampus tapi Alex tidak melihat Lia. “anak itu kemana? Aku sudah menunggu satu jam dia belum datang, rencana aku bisa gagal kalau begini”. Beberapa menit kemudian, Lia akhirnya datang. “hai Lex, sory… aku agak sedikit lambat soalnya tadi ada tugas yang harus aku selesaikan dulu”. “ehm… aku hampir jamuran menunggu kamu disini… tapi, tidak apa-apa daripada kamu tidak datang. Kalau begitu cepat naik…”. “iya…”. Mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. “kenapa kamu mengajak aku ke taman ini? Di sinikan gelap banget. Jangan-jangan kamu ingin berbuat jahat sama aku. awas aja yach! Kalau kamu macam-macam…”. “yeee… mana mungkin aku ada maksud jahat sama kamu. Sudah cepat turun, kita ke tempat itu…”. “tapi Lex, tempat ini sangat menyeramkan. Aku jadi takut…”. “kamu tidak usah ketakutan gitu”. “kamu juga sich! Kenapa mengajak aku ke tempat ini. Taman ini memang sangat  indah kalau siang. Tapi, kalau malam sangat menakutkan. Aku jadi takut”. “ kamu tidak usah takut, akukan ada di sini”.
    Mereka akhirnya mereka menuju ke tempat duduk yang ada di taman tersebut. Di tengah-tengah perjalanan mereka, Lia mendengarkan suara seorang cewek yang sedang menangis. Dia sangat ketakutan dan memegang erat tangan Alex. Dan tiba-tiba muncul sesosok cewek yang berpakaian putih. “aaaa…. Kuntilanakkkk…kkk…” teriak Lia dengan memeluk erat Alex. “hahaha…. Lia, dia itu bukan kuntilanak, dia manusia seperti kita. Makanya kamu jangan parno gitu! Aku tidak menyangka cewek sejutek kamu ternyata penakut juga..hahaha…”. “ketawa aja terus… kamu itu sengaja yach membawa aku ke tempat ini. Seandainya aku tahu seperti ini, aku tidak akan pergi”. “ makanya jangan terlalu parno!”. “kamu sudah puas membuat aku ketakutan.  Lebih baik aku pulang”. “Lia, tungguuu…”. Alex mencegah Lia untuk pergi. Dia menarik tangan Lia dan mendekap Lia dalam pelukannya. “Lia, aku mohon kamu jangan pergi lagi dari sisiku. Bisakah kamu memberikan aku kesempatan kedua? Aku…aaku…aaaku sebenarnya mencintaimu…” dan seketika itu lampu di taman tersebut menyala secara bersamaan dan  membuat taman itu tampak sangat indah. “tapi Lex…”. “ ssstt… kamu tidak usah menjawabnya sekarang aku tahu kamu pasti masih bingung… ehm… mending kita duduk di sana, tidak enak bicara sambil berdiri”. Mereka menuju kesebuah tempat duduk yang ada di taman. “ternyata aku salah, taman ini lebih indah di malam hari daripada disiang hari. Tapi, kenapa lampu ditaman ini bisa tiba-tiba menyala??? Aneh!!! Jangan-jangan ini semua kamu yang merencanakannya yach!!!”. “sebenarnya ini semua kupersiapkan sebagai supraise untuk kamu”. “jadi, cewek tadi yang mirip kuntilanak itu kamu juga  yang merencanakannya?”. “ehm… iya…hahaha… sory yach! Tapi, sumpah muka kamu lucu banget kalau ketakutan”. “dasar… mana ada seorang cowok yang mau menembak cewek pakai suasana horror. Seharusnya suananya romantis…”. “kalau suasananya romantis itu sudah biasa. Tapi, kamu senangkan aku ajak kesini”. “senang apanya… aku itu malah syok…”. “syok karena suasananya atau syok karena aku menembak kamu”. “sebenarnyaaa… karena dua-duanya…” Lia senyum-senyum sendiri.
     Akhirnya mereka pulang setelah menikmati malam yang indah di taman. “Lia… tunggu…” Alex memanggil Lia ketika Lia bergegas masuk ke dalam rumah. “ada apa Lex?”. “ini untuk kamu…”. Alex memberikan sebuah hadiah pada Lia. “ini apa?”. “anggap aja ini adalah tanda terima kasihku karena kamu mau menemaniku tadi. Kalau begitu aku pulang dulu… aku tunggu jawabanmu besok…” Alex bergegas menuju mobilnya. dan Lia tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya, dia senyum-senyum sendiri. “begini yach rasanya jatuh cinta… hati terasa berbunga-bunga. Tapi, aku harus jawab apa besok? Tidak mungkinkan aku langsung bilang iya. Tapi, tidak mungkin juga aku menolaknya. Aduh… apa yang harus kulakukan….”.
     Keesokan harinya Lia memutuskan pergi ke rumah Alex, rencananhya hari ini dia akan menjawab pertanyaan Alex. Sesampainya di rumah Alex, dia bergegas turun dari taksi. Tapi, dari kejauhan dia melihat Alex bersama seorang cewek. Awalnya dia mersa cemburu, karena tidak mau cemburu buta lagi dia menelpon Alex untuk memastikan  siapa cewek yang di lihatnya. “halo…”. “halo ini siapa?” Lia kaget ketika mendengar suara cewek yang menjawab telponnya. “saya ini pacar Alex… kamu siapa?”. Lia tambah kaget. “hai… apa-apaan kamu… kenapa kamu mengangkat telponku…” dari kejauhan terdengar suara Alex. Akhirnya alex merebut hpnya dari cewek itu. “Lia kamu jangan salah paham dulu. Ini semua tidak seperti apa yang pikirkan”. “cukup Lex… apa kamu sengaja mempermainkan aku seperti ini…”. “tapi, Lia dia itu…” belum sempat Alex melanjutkan pembicaraannya, Lia sudah menutup teleponnya. Tanpa sengaja Alex melihat Lia dari kejauhan. Dia segera keluar dan mengejar Lia, tapi Lia sudah naik taksi. Tapi, Alex tetap mengejarnya dan cewek itu juga mengejar Alex. Tiba-tiba ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang dan cewek itu tertabrak mobil… “aaaa…..” teriak cewek itu sesaat sebelum tertabrak.  Alex segera berbalik dan menolong cewek itu.
    Setibanya di rumah sakit Alex, segera menghubungi keluarga Angel nama cewek itu. “Nak Alex bagaimana keadaan Angel?”. “Tante… keadaan Angel kritis dan dokter sekarang masih memeriksanya”. “Angel…. Kenapa ini semua bisa terjadi sama kamu…” Ibu Angel menangis. “Ma… sudah jangan menangis lagi… kita berdoa kepada Allah”. Kata Papa Angel. “tapi Pa… bagaimana keadaan anak kita?”. Beberapa menit kemudian dokter selesai memeriksa Angel. “keluarga Angel mana?”. “Kami dok… orang tua Angel…” kata Mama Angel. “keadaan anak ibu saat ini sangat kritis dan jika dalam 24 jam dia tidak siuman, dia mungkin dia akan koma. Kami sudah berusaha sangat keras, dan saat ini hanya doa dari keluarga yang dapat membantu dia”. “anakku…” tangisan mama Angel semakin tak terkendali. “Dok… apa kita boleh melihat Angel sekarang?”. “iya pak…”.
    Orang tua Angel segera masuk kedalam ruang perawatan Angel sedangkan Alex hanya menunggu di luar. Saat ini dia sangat bingun, di satu sisi dia ingin menjelaskan kesalah pahaman Lia dan di sisi lain dia tidak bisa meninggalkan Angel. “apa  yang harus kulakukan… aku tidak ingin kehilngan Lia untuk keduia kalinya…”. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menelpon Lia “halo…”. “kenapa lagi kamu menelpon?”. “Lia kamu jangan marah dulu… dengarkan dulu penjelasanku…”. “apa lagi yang ingin kamu jelaskan? Aku tidak percaya lagi sama kamu”. “tapi, Lia… ini semua tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku mohon berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semua ini. Aku sangat mencintaimu Lia…”. “baiklah… sekarang apa yang ingin kamu katakana?”. “aku tidak bisa bicara disini, bisakah kita ketemu di kafe nanti malam jam 7”. “baiklah…”.
    Alex masuk kedalam kamar, dia ingin pamit pulang pada orang tua Angel. Tapi, dia mengurungkan niatnya ketika melihat Angel tersadar. Orang tua Angel sangat senang dan segera memanggil Dokter. “Alhamdulillah.. anak ibu telah meleati masa kritisnya” kata dokter yang memeriksa Angel. “iya Dok…”. “tapi, apakah Ibu bisa ke ruanganku sebentar?”. “biar saya saja dokter yang pergi”. Seru Papa Angel.
       Di saat Angel membuka matanya, orang yang pertama kali dia panggil adalah nama Alex, Orang tua Angel segera memanggil Alex. Ketika Alex masuk ke dalam kamar, Angel memegang tangan Alex. “Lex, aku mohon bisakah kamu balikan sama aku? aku masih sangat mencintaimu…” Kata Angel yang masih sangat pucat. “tapi, Angel… aku…”. “Angel… nak Alex pasti mau balikan sama kamu lagi”. Perkataan Alex segera dipotong oleh Papa Angel. Alex tidak bisa berkata apa-apa dan dia segera keluar dari rungan itu. “Nak Alex…. Tunggu…. Maaf tadi Om mengatakan seperti itu. Tapi, aku harap kamu bisa mengerti”. “tapi Om, aku mencintai wanita lain”. “Alex, Om harap kamu bisa membantu Angel. Bukannya kamu pernah mencintai Angel?”. “iya… tapi, itu dulu sebelum dia membuat aku sakit hati”. “Alex, Om harap kamu bisa berpura-pura mencintai Angel. Aku tidak ingin Angel tambah sedih dengan keadaannya saat ini, aku ingin Angel merasa bahagia disisa-sisa hidupnya saat ini karena dia mengidap penyakit kanker otak ”. “apa… bukannya, dokter tadi mengatakan kalau Angel sudah melewati masa kritisnya?”. “sebarnya Angel sudah lama mengidap penyakit ini”. “tapi Om….”. “Alex, Om mohon pada kamu, turutilah permintaan Angel”. Papa Angelpun berlutut di hadapan Alex. “Baiklah…” dengan perasaan yang sangat sedih diapun memenuhi permintaan Papa Angel.
    Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Alex segera menuju ke kafe untuk bertemu dengan Lia. Setibanya di kafe dia sudah melihat Lia. “maaf aku terlambat, kamu sudah menunggu lama?”. “tidak usah banyak bicara, cepat apa yang ingin kamu katakan”. Lia masih marah pada Alex sehingga dia bersikap jutek. “sebenarnya aku ingin minta maaf sama kamu, mungkin aku telah berkali-kali membuatmu marah. Tapi…”. “jangan berbelit-belit… to the point aja…”. “baiklah… cewek yang kamu lihat tadi pagi di rumahku adalah pa… eee… sebenarnya dia adalah pacarku…”. Seketika air mata Lia menetes di pipinya yang mulus. “Lex, sudah puas kamu menyakiti hatiku, kenapa kamu memberikan aku harapan jika kamu hanya ingin menghancurkan harapan tersebut… kamu jahat Lex”. “aku tahu kalau aku memang sangat jahat tapi aku mohon maafkan aku…” Air mata Alex tak tertahan lagi. Dia juga merasa sangat tersiksa dengan posisinya saat ini. “kamu jahat Lex… kamu tega mempermainkan perasaanku… aku benci kamu…” Lia segera berdiri dan bergegas untuk pergi dari kafe tersebut. Alex memegang tangan Lia dan memeluknya. “aku harap kamu bisa mengerti aku, aku juga tidak meingingkan semua ini terjadi”. “lepaskan aku…” PLAAKKK… Lia menampar Alex. “pukullah aku sepuasnya… aku memang pantas mendapatkan ini”. Lia hanya termenung sejenak  dan berlari keluar dari kafe tersebut dengan berlinan air mata. “aaaa…aaaa....kenapa  ini semua terjadi padaku” Alex hanya bisa teriak.
     Hari demi hari berlalu, namun hubungan Alex dan Lia masih belum kunjung baik. Lia masih sangat membenci Alex sehingga dia selalu menghindarinya. Dan hari ini rencananya  Reni akan pulang ke Bandung setelah dia selesai merilis singelnya di Jakarta. Reni segera menemui Lia di kampusnya. “hai… Lia…” teriak Reni ketika melihat Lia. Lia hanya menampakkan ekspresi yang murung. “hai Ren… kapan balik dari Jakarta?”. “tadi… tapi, kamu kenapa murung begini? Alex mana?”. “sebaiknya kamu jangan menyebut nama itu di hadapanku”. “kamu kenapa sich! Bukannya kamu sudah baikan dengan Alex? Walaupun dulu kamu masih jutek”. “ceritanya panjang Ren… nanti aja aku ceritakan semuanya”. “ehm… baiklah… padahal aku ingin mentraktir kalian bardua, karena kalian  aku bisa jadi seperti ini”. “kenapa kamu ke Bandung?” tanya Lia mengalihkan pembicaraan. “aku ke sini dalam rangka mempromosikan singelku. Tapi, aku tidak lama disini karena aku harus tour ke beberapa kota lagi. Btw aku lapar, kita pergi ke kafe yach… dan kamu harus menceritakan semua masalah kamu?”. “iya” jawab Lia singkat dengan ekspresi murung.
      Setibanya di kafe, Lia menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dengan Alex. “ternyata Alex jahat banget?” kata Reni setelah mendengar perkataan Lia. “Ren, aku merasa sangat sakit hati. Aku berusaha melupakan Alex tapi sangat sulit bagiku. Oleh karena itu aku memutuskan untuk keluar negeri”. “Lia jangan mengambil keputusan di saat kamu emosi seperti ini. Terus kalau kamu keluar negeri, kuliah kamu disini bagaimana?”. “tapi, jika aku tetap disini aku tidak bisa konsen kuliahnya, dan aku berencana melanjutkan kuliahku di luar negeri”. “aku harap semoga ini adalah jalan yang terbaik untukmu. Dan semoga kamu bisa melupakan Alex secepatnya”. “iya… thanks yach…”
         Hari ini merupakan hari keberangkatan Lia ke Jakarta, dia ke Jakarta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang di perlukannya sebelum keluar negeri dan dia juga akan berpamitan pada orang tuanya. Tapi, dia tidak berpamitan pada Alex. Sehingga Alex tidak mengetahui kepergian Lia. Dan komunikasi antara merekapun terputus.
      2 tahun telah berlalu. dan hari ini Lia pulang dari luar negeri setelah dia menyelesaikan studynya. “Halo… Ma… aku sudah sampai di bandara, mama sekarang dimana?”. “maaf sayang mama tidak bisa menjemput kamu soalnya tiba-tiba ada urusan mendadak, kamu naik taksi aja ya…”. “memang pak Ujang kemana Ma?”. “pak Ujangkan mengantar mama”. “baiklah aku naik taksi”. “iya sayang… hati-hati di jalan ya!!!”. “iya ma”. Lia menutup teleponnya dan bergegas mencari taksi. Ketika  hendak naik di taksi yang sedang berada di depannya tiba-tiba datang seorang cowok yang menerobos masuk ke dalam taksi tersebut. Tentu saja Lia tidak menerimahnya, diapun menarik cowok tersebut keluar dari taksi. “Hai, kamu tidak punya etika yach! aku duluan yang mendapatkan taksi ini…”. “maaf…. Aku lagi buru-buru. Mending kamu ambil uang ini saja dan cari taksi lain”. “kamu pikir aku tidak bisa bayar taksi, aku juga lagi buru-buru. Cepat keluar dari taksi itu…” Lia sangat kesal dengan cowok itu. Akhirnya cowok tersebut keluar dari taksi. “iya…iya.. aku keluar… dasar cewek galak”. “apa kau bilang?” karena tidak terimah dengan perkataan cowok tersebut, Lia menarik baju cowok itu dan menendang kakinya… “rasakan itu… cowok yang tidak punya etika”. “hai kau…” pada saat cowok tersebut ingin membalasnya, tiba-tiba dia mengenali Lia. “kamu Auxeliakan?”. “darimana kamu tahu namaku?” Lia kaget karena tiba-tiba cowok tersebut mengenalnya. “betulkan… sudah lama banget kita tidak ketemu…” cowok itupun memeluk Lia. “apa-apaan ini, kenapa kamu memeluk aku? kamu itu siapa?”. “kamu tidak ingat dengan aku?” cowok itu segera membuka kacamatanya. Dan akhirnya Lia mengenalinya. “Aldo… ternyata kamu Aldo…”. “iya… aku tidak menyangka kita ketumu dengan cara begini”. “maaf pak, bu… kalian mau naik taksi atau mengobrol? Soalnya saya harus cari setoran secepatnya” seru supir taksi yang sudah menunggu lama. “kalau begitu kita naik taksi bareng aja”. “iya dech… maaf yach! tadi aku menendang kakimu”. “iya… ternyata kamu itu belum berubah masih segalak dulu”. “tentu saja tadi aku marah, kamu main menerobos aja. Dan kamu juga tidak berubah, masih menyelesaikan segala sesuatu dengan uang”. “hahaha… ternyata kamu masih ingat kelakuan aku waktu sma”. Merekapun menceritakan penalaman mereka masing-masing.
      Setengah jam kemudian Lia sampai di rumahnya. “Aldo kamu tidak mau singgah dulu?”. “lain kali aja, soal aku ada urusan”. “ya sudah… makasih yach!”. setelah taksi itu pergi, Lia bergegas masuk kedalam Rumah. “Assalamu Alaikum…”. “Walaikumsalam… Non, sudah sampai. Sini saya bawakan kopernya”. “oh iya Bi, kenapa rumah sepi sekali? Mama,Papa sama Fian kemana?”. “tuan masih di kantor, nyonya tadi keluar, kalau den Fian pergi sama temannya”. “ehm… 2 tahun baru balik ke Indonesia, bukannya di sambut malah pada sibuk sendiri dengan urusannya”. “Non, mau Bibi bikinin minum?”. “tidak usah Bi, aku mau istirahat saja”. Lia bergegas menuju kamarnya, ketika dia menyalakan lampu kamarnya tiba-tiba terdengar suara. “SURPRISE…” seru mereka serentak. Lia kaget campur bahagia. “aku pikir kalian tidak mengingat kalau hari ini aku pulang”. “mana mungkin kita lupa ka” kata Fian. “iya sayang… mama sudah mempersiapkan ini semua sejak kemarin”. “Papa juga membatalkan meeting Papa demi manyambut kedatangan anak Papa yang tersayang”. “aku jadi terharu… makasih yach, Pa,Ma dan Adik aku yang ganteng” seru Lia sambil memeluk mereka. “kalau begitu, ayo kita rayakan kepulangan kak Lia” seru Fian semangat.
     Ditengah-tengah keceriaan mereka, tiba-tiba datanglah seorang tamu. “maaf tuan… ada tamu yang mencari bapak”. Kata pembantu. “mending Papa menemui tamu Papa dulu” kata Lia. Akhirnya Papa Lia segera menemui tamu tersebut. Dan Lia beserta Mama dan Adiknya melanjutkan acara makan-makannya. “Apa… itu tidak mungkin terjadi…” teriak Papa Lia. Lia, Mamanya dan Fian segera menuju ruang tamu ketika mendengar teriakan Papanya. “Apa yang terjadi Pa?” seru Mama Lia yang baru sampai di ruang tamu. “Ma… perusahaan kita terancam bangkrut?” muka Papa Liapun pucat. Dan penyakit jantungnya kambuh. “Pa.. papa kenapa?”. “Jantung Papa…”. “Lia cepat telepon ambulance.”. seru Mama Lia panik.
    Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit. “Ma, bagaimana keadaan Papa?” “kata dokter Papa sudah agak baikan”. “kamu sama Fian pulang saja dulu, biar Mama yang jaga Papa”. “Mama aja yang pulang, biar aku yang jaga Papa”. “sayang kamu itu pasti lelah, jadi kamu harus istirahat kamukan baru pulang dari luar negeri dan Fian juga harus pulang soalnya besok harus sekolah”. “baiklah… tapi, kalau ada apa-apa segera telepon aku yach! Ma”. ‘iya… cepat pulang”.
    Keesokan harinya Lia kerumah sakit. “bagaimana keadaan Papa?” tanya Lia. “Papa sudah tidak apa-apa sayang. Kemarin Papa Cuma syok”. “memangnya perusahaan Papa kenapa?”. “sebanarnya perusahaan kita terancam bangkrut karena salah satu pegawai Papa menggelapkan dana pembangunan proyek dan dia melarikan diri sehingga klein Papa memutuskan kontraknya. Tapi, kamu tidak usah memikirkannya karena Papa akan segera mengatasinya”. “kalau begitu aku harus segera mencari kerja”. “Sayang… kamu tidak perlu mencari kerja. Papa pasti bisa menyelesaikan masalah ini begitu Papa keluar dari rumah sakit”. “tapi, Pa… buat apa aku jauh-jauh sekolah keluar negeri jika aku hanya jadi pengangguran”. “Tapi, cari kerja sekarang ini sangat susah”. “aku harus tetap mencobanya Pa….”. “tapi, jangan memaksakan diri. Papa tidak ingin kamu menanggung beban gara-gara Papa”. “Papa tenang saja. Lulusan terbaik seperti aku ini pasti di butuhkan di berbagai perusahaan. Hahaha…” canda Lia berusaha menghibur Papanya. “hahaha…”. “gitu donk Pa, banyak-banyak ketawa…”.
     Hari ini Lia menyebar lamarannya ke berbagai kantor tapi sayang kantor-kantor tersebut menolak lamaran Lia. Lia memang lulusan luar negeri tapi pengalamannya belum ada jadi sebagian kantor menolak. “huft… benar kata Papa, cari kerja itu sulit. Dan ini adalah kantor yang ke 5 yang aku datangi. Semoga aku bisa di terimah di kantor ini” seru Lia sebelum masuk kedalam kantor tersebut. Dan ketika memasuki kantor tersebut Lia sangat kagum karena kantor tersebut lebih besar dan mewah dari kantor Papanya. Lia bergegas munuju resepsionis. “maaf mbak, saya ingin menyerahkan surat lamaran saya”. “oh… simpan saja di situ. Nanti saya panggil, silahkan duduk di sebelah sana”. “terima kasih Mbak”.
    Beberapa menit kemudian nama Auxeliapun di panggil untuk wawancara. Lia bergegas masuk ke dalam ruangan. “silahkan duduk…” kata pak maneger yang akan mewawancarai Lia. “iya pak…”. “kamu itu lulusan luar negeri yach?”. “iya pak. Aku salah satu lulusan terbaik”. Dan pertanyaan demi-demi pertanyaan bisa di jawab Lia dengan baik. “baiklah… ini pertanyaan terakhir. Apa kamu memiliki pengalaman kerja?”. “maaf pak. Tapi aku belum pernah bekerja”. “sebenarnya kamu cukup baik dalam menjawab pertanyaan-pertayaan yang telah saya ajukan. Tapi, sayang kamu belum memiliki pengalaman dan itu merupakan persyaratan utama perusahaan kami”. “tapi Pak, aku bisa mencobanya…”. “maaf… tapi aku tidak bisa menyalahi peraturan kantor”. “bapak seharusnya bisa memberikan aku kesempatan, karena aku akan berusaha bekerja dengan baik”. “sekali lagi Maaf Mbak… dan silahkan keluar”. Dengan sangat kesal Lia keluar dari ruangan tersebut. “perusahaan apaan ini. Tidak memberikan kesempatan hanya karena aku tidak punya pengalaman kerja. Mungkin kinerjaku lebih bagus dari orang yang sudah punya  pengalaman kerja selama sepuluh tahun”. Liapun mengomel sambil menuju keluar dari kantor tersebut, tanpa sengaja dia menabrak seorang Lelaki. Lia tidak meminta maaf kepada lelaki yang di tabraknya tersebut dan hanya menlanjutkan langkah kakinya. Tapi, lelaki itu sempat melihat ekspresi kekecewaan Lia sehingga dia menuju ke ruangan menager. “maaf.. boleh saya masuk?”. “iya silahkan”. Maneger tersebut terkejut ketika melihat direktur masuk kedalam ruangannya. “maaf Pak Direktur…  ada apa anda kesini?”. “kenapa cewek tadi kelihatannya sangat kecewa ketika keluar dari ruangan bapak?”. “maaf Pak… dia itu salah satu pelamar di perusahaan kita. Tapi,dia tidak diterimah karena tidak memenuhi persyaratan”. “kalau kamu menolak lamaran seseorang kamu harus menolaknya secara baik-baik. Jangan sampai citra kantor kita jadi buruk hanya karena insiden seperti ini”.”baik Pak..”. “boleh aku lihat surat  lamaran gadis yangh tadi?”. “ini Pak…” seru manager tersebut sambil memberikan surat lamaran Lia. “perestasi gadis ini sangat bagus, dia bahkan salah satu lulusan terbaik dari luar negeri”. “kenapa kamu menolak lamarannya?”. “prestasi memang sangat bagus Pak, tapi, dia tidak memiliki pengalaman kerja”. “tapi, walaupun begitu kamu harus memberikan dia kesempatan. Pokoknya aku ingin kamu segera menghubungi gadis ini”. “tapi Pak…”. “aku akan memberikan dia kesempatan. Suruh gadis tersebut menemuiku besok”. “baik Pak”. Seru pak manager tanpa berdaya.
       Sepulang dari kantor tersebut, Lia menuju ke rumah sakit. sesampainya di rumah sakit dia segera kekamar tempat Ayahnya di rawat. “Assalamu Alaikum…”. “Walaikumsalam…”. “bagaimana keadaan Papa?”. “Papa sudah jauh lebih baik dan tadi Dokter bilang kalau Papa sudah bisa pulang besok. Apa kamu sudah mendapat pekerjaan?”. “ehm… belum Pa…. ternyata betul kata Papa, mencari pekerjaan itu sangat sulit”. Seru Lia Lesu. “kamu tidak usah kecewa begitu, kamu tidak usah memaksakan diri”. “tapi, aku tidak akan menyerah Pa, aku akan berusaha”. Di tengah pembeciraan mereka tiba-tiba Hp Lia bunyi. “Halo…”. “Halo…ini siapa?” kata Lia bingung. “saya  manager dari kantor PT. Dirgantara ingin mengatakan kalau Mbak di berikan kesempatan dan Mbak harus datang ke kantor besok”. “anda tidak bercandakan?”. “tentu saja tidak. Kamu besok harus datang jam 9, jangan telat”. “baik Pak… teriama kasih”. LIa sangat bahagia. “Pa… aku di terimah Pa…”. “Alhamdulillah… besok kamu tidak boleh terlambat, karena hari pertama itu merupakan penilaian yang sangat penting . Kamu juga harus berpelampilan rapih dan sopan”. “iya Pa… aku tahu…”.
     Keesokan harinya Lia beregegas ke kantor, dia pergi lebih awal karena dia takut terlambat. Tapi, ketika dijalan, mobilnya tiba-tiba mogok. “aduh… bagaimana ini? Aku tidak boleh terlambat”. Lia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. “maaf… apa ada yang saya bisa bantu?” seorang cowok dengan penampilan rapih menghampiri Lia. “iya… mobil saya mogok” Lia membalikkan badannya, dan seketika ekspresi wajahnya berubah. “kamu… aku tidak perlu bantuan kamu” seru Lia dengan jutek. “apa kamu masih marah padaku?”. “mungkin kamu bisa melupakan kejadian itu dengan mudah tapi aku tidak akan melupakannya seumur hidupku. Mending kamu pergi dari sini, aku tidak ingin melihat mukamu lagi”.  Tiba-tiba HP Lia benyi. “halo… iya pak. Maaf pak, mobil saya mogok. Baiklah, saya akan usahakan sampai di sana dalam waktu 30 menit”. Setelah menutup telepon, Lia kebingunan. “mana mungkin kamu bisa sampai di sana dalam waktu 30 menit. Kalau kamu mau aku bisa membantumu?” kata cowok tersebut. “Alex aku tidak perlu bantuanmu, dan aku harap kamu jangan menganggu kehidupanku lagi”. “Tapi LIa, aku juga merasa sangat bersalah atas kejadian itu. Dan aku harap kamu bisa menerimah pertolonganku ini?”. Lia tambah bingung, dia merasa gengsi menerimah pertolongan Alex. Tapi, dia juga sangat membutuhkannya. “kamu tidak perlu merasa gengsi? Jika kamu mau, kamu bisa pakai mobil aku dan biar aku yang membawa mobilmu ke bengkel”. “baiklah aku akan menerimah pertolonganmu tapi bukan berarti aku sudah memaafkanmu”. “iya aku tahu tak semudah itu kamu bisa memaafkanku. Oh ya, dimana alamat kamu?”. “kenapa kamu tanya alamtku?”. “mana mungkin aku bisa mengembalikan mobilmu kalau aku tidak tahu di mana alamatmu?”. “kamu bawa aja ke alamat ini” Lia memberikan alamat kantornya. “alamat inikan…” seru Alex setelah Lia pergi.
      Sesampainya Lia di kantor, dia segera menuju kerungan direktur. “maaf pak, saya terlambat” kata Lia setelah masuk kedalam ruangan itu. “tidak apa-apa. Kamu yang kemarin melamar pekerjaan sebagai manager pemasaran?”. “iya pak. Tapi, saya pikir kemarin lamaran saya ditolak”. “saya memberikan kamu kesempatan karena perestasimu cukup cemerlang. baiklah hari ini kamu akan mulai bekerja dan sekertaris saya akan menunjukkan ruangan kamu, dan hari ini kita ada meeting, aku ingin melihat kemampuan kamu. Jadi aku harap kamu dapat mempersiapkan materi meetingnya sekarang dan data-data sudah ada di ruanganmu. Sekarang kamu bisa menuju ruangan kamu”. “baik pak…” Lia segera meninggalkan ruangan itu. “busyet dech!!! Baru hari pertama kerja, pekerjaan sudah menumpuk” seru Lia dalam hati.
    Jam sudah menunjukkan pukul 12.30 manandakan istirahat jam kantor, tapi Lia belum bisa meninggalkan pekerjaannya yang masih menumpuk. Dan dia juga mempersiapkan materi meeting yang di jadwalkan jam 14.00 nanti. Liapun tidak sempat makan siang.  Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 13.45, Lia bergegas menuju ruang meeting dan untungnya dia tidak terlambat karena klainnya belum datang. Setelah beberapa menit kemudian klain tersebut memasuki ruang meeting. “maaf, saya terlambat”. Kata klien tersebut setelah duduk dari kursi yang sudah di persiapkan. Lia tidak sempat memperhatikan klien tersebut karena masih sibuk merapikan materi meeting. Setelah namanya dipanggil untuk mempersentasikan materi meetingnya, dia baru sadar bahwa klainnya tersebut adalah Alex. “maaf, apakah materinya sudah siap untuk dipersentasikan? Kata klain tersebut yang tak lain adalah Alex. Awalnya Lia sangat gugup tapi Lia segera mengendalikan perasaannya tersebut secara propesional. Dan akhirnya meetingnya berjalan dengan lancar. “baiklah… menurut saya idenya sangat bagus dan saya setuju proyek ini dilanjutkan tapi, masih ada beberapa yang harus diperbaiki jadi saya harap manager pemasaran bisa tinggal di ruangan ini sebentar untuk membicarakan kelanjutan proyek ini. Dan yang lainnya bisa keluar”. Kata Alex. Setelah semua peserta meeting keluar, Alex mendekati Lia. “maaf pak, jika masih ada pekerjaan yang harus kita bicarakan sebaiknya kita bicarakan sekarang”  seru Lia dengan jutek. “sebenarnya aku tidak akan membecirakan masalah pekerjaan tapi, ini masalah kita berdua”. “maaf pak, saya pikir tidak ada yang perlu kita bicarakan”. Lia meninggalkan ruangan tersebut, Alexpun mengejarnya. “sebaiknya kamu ikut bersamaku” seru Alex dengan memegang tangan Lia dan membawanya ke lift. “kamu maunya apa sich Lex? Tidak cukupkah kamu menyakiti hatiku?” seru Lia seraya berusaha melepas genggaman Alex. “aku ingin menjelaskan kejadian 2 tahun yang lalu”. “tidak ada yang perlu kamu jelaskan karena aku sudah tidak ingin mengingat masa itu. Dan hubungan kita saat ini hanya sebatas hubungan kerja”. “baiklah kalau itu mau kamu, tapi aku harap semoga kamu bisa mengetahui hal yang sebenarnya. Dan mobil kamu belum bisa diambil hari ini”. Alex segera keluar dari lift dan meninggalkan Lia yang masih termenung. “maaf aku balik lagi, aku Cuma mau minta kunci mobil aku” seru Alex yang menghampiri Lia lagi. “ini… dan terima kasih. Tapi, kamu jangan harap aku sudah memaafkanmu”. “aku tahu tidak semudah itu kamu memaafkanku tapi aku akan berusaha agar kamu bisa memaafkanku”. Alex menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya. Sementara itu, Lia kebingungan. “nanti aku naik apa pulang? Dan mobilku diperbaiki di bengkel mana? Dasar cowok gilaaa… kenapa dia kembali lagi dalam hidupku setelah dia mengacaukannya”. Teriak Lia kesal.
     Jam kantor selesai, dan semua pegawai bergegas untuk pulang. Lia kebingungan karena tak ada taksi dan malam semakin larut. “aku harus bagaimana?”. Piiippp… terdengar suara klakson mobil. “hai, jam segini sudah tidak ada taksi yang lewat di area ini. Kamu naik saja dimobilku” seru seorang lelaki yang berada di mobil itu. “Alex… sedang apa kamu di tempat ini?”. “tentu saja aku menunggu kamu”. “aku membutuhkan bantuanmu, aku bisa cari kendaraan lain”. “kamu tidak usah gengsi, tempat ini berbahaya bagi  cewek seperti kamu”. Alex turun dari mobilnya dan memaksa Lia masuk ke dalam mobilnya. Lia tidak bisa berbuat apa-apa. “rumah kamu dimana?” tanya Alex setelah menjalankan mobilnya. “aku sudah bilang kalau aku tidak butuh bantuan kamu?”. “aku harap kamu jangan besikap jutek sama aku lagi. Karena aku hanya ingin menolong kamu”.
     Setelah beberapa lama kemudian, Lia sudah sampai di rumahnya. Dan semenjak saat itu Lia harus berurusan dengan Alex lagi. Walaupun hal itu tidak dia inginkan. Lia selalu berusaha menghindari Alex, tapi Alex selalu mencari cara agar bisa bertemu Lia.
    Pagi ini, Lia  bertemu lagi dengan Alex. “kenapa pagi-pagi begini aku bisa bertemu dengan kamu?”. “kamu harusnya bersyukur bisa bertemu dengan cowok tampan…” Alex tersenyum sambil melangkah menuju ruangan rapat. “huft… dasar cowok narsis”. Seru Lia kesal.
     Setelah sampai di ruangan rapat. Rapat segera dimulai, setelah 2 jam berlalu rapat selesai. “Alex, kamu bisa ke ruanganku? Kata pak direktur setelah keluar dari ruangan rapat. “baik pak”. Beberpa menit kemudian Alex keluar dari ruangan tersebut dengan wajah yang tegang. Tak sengaja Lia melihat Alex, karena penasaran Lia menghampiri Alex. “hai… kamu kenapa? Pak direktur membatalkan proyek kamu? Untunglah kalau begitu jadi aku tidak usah berurusan lagi dengan kamu” muka LIa berseri-seri. “kamu datang kesini Cuma ingin mengatakan itu, tapi sayangnya kamu salah. Mungkin kita akan lebih sering bertemu, jadi nikmati saja kebersamaan kita”. “Haaa… aku bisa gila kalau bertemu dia setiap hari…” kesal Lia.
     Sudah satu minggu Lia tidak bertemu dengan Alex. Sebenarnya Lia juga penasaran kenapa dia tidak pernah melihat Alex di kantor. “hari ini dia tidak ada lagi. Apa betul pak direktur membatalkan proyek itu. Tapi kenapa aku harus memikirkan dia”. Kata Lia dalam hati. “hai…. kamu lagi memikirkan aku yach!!!!” seru Alex mengagetkan LIa yang sedang melamun. “haa… kenapa kamu datang lagi? Bukannya pak direktur sudah memecat kamu?” kata Lia kaget ketika melihat  Alex yang tiba-tiba muncul. “eitzzz… itu tidak mungkin, inikan proyek sangat penting bagi perusahaan ini. Dan aku harap kamu bisa minikmati kerjasama ini”. “tapi, bukannya waktu itu muka kamu pucat setalah keluar dari ruangan direktur?” kata Lia dengan wajah yang kebingunan. “ehm…. Jadi selama ini kamu memperhatikan aku yach… aku sangat senang kamu perhatian banget sama aku” seru Alex sambil menupuk-nepuk punggung Lia dan bergegas mininggalkan Lia yang memasang ekspresi  kesal. “siapa juga yang perhatian kamu, dasar cowok kegeeran…” teriak Lia kesal.
     Satelah tiga bulan berjalan akhirnya proyek itu selesai dan berhasil di pasaran. “ akhirnya proyek ini selesai juga, aku tidak akan bertemu dangan Alex yang menyebalakan itu”. Lia tidak bisa menyembunyikan ekspresi  kebahagiannya. Tapi, tiba-tiba ekspresinya berubah ketika melihat Alex yang datang menghampirinya. “ Hai Lia…. Kerja kamu salama ini sangat bagus sehingga proyek kita bisa sesukses ini. Dan aku harap semoga kita bisa bekerjasama dalam segala hal”. Alex memasang muka serius. “maksud kamu apa??? Aku berharap ini kerjasama kita yang terakhir, cukup tiga bulan ini aku merasa sangat tersiksa”. Tanpa berpikir panjang Alex menarik tangan Lia dan mendekapnya dalam pelukan. “aku berharap kamu bisa menerima aku lagi dalam kehidupanmu”. “Alex… apa yang kamu lakukan, lepaskan aku”. Lia berusaha melepaskan diri dari pelukan Alex. Dan Alex melepaskan pelukannya. “aku berharap kamu bisa menerimah semua ini” Alex mininggalkan Lia yang sangat kebingunan.
      Beberapa hari ini Lia diliputi berbagai pertayaan  setelah kejadian itu, dia bingung melihat kelakuan Alex yang aneh. Dan, hari ini kebingunan itu terjawab setelah mengetahui bahwa dia akan dijodohkan dengan Alex. Sebenarnya, dia tidak ingin menerimah perjodohan ini. Tapi, dia tidak tega melihat perusahaan Papanya bangkrut, karena dengan menerimah perjodohan itu maka Alex pasti akan membantu perusahaan Papanya. “baiklah Pa, aku akan menerimah perjodohan ini”. Kata Lia dengan muka yang sedih ketika mendengar perkataan Papanya. “tapi, Papa tidak akan memaksa kamu, jika kamu tidak ingin menerimah perjodohan Papa akan mengatakan kepada orang tua Alex”. “Papa tidak usah khawatir, aku akan merimah perjodohan ini”. Liapun bergegas menuju kamarnya.
     Setelah beberapa bulan kemudian akhirnya pernikahan Lia dengan Alex di laksanakan. “Lia, kamu tidak boleh sedih dihari bahagia kamu ini”. Kata Sheli yang baru datang sekitar tiga hari yang lalu dari Surabaya. “Benar Lia, kamu harus bahagia, inikan hari yang spesial buat kamu”. Tambah Shela. Sahabat lama Lia ini memang baru datang dari luar kota, Sheli tinggal di Surabaya bersama suaminya dan bekerja disana sedangkan Shela bekerja di Jogjakarta dan rencananya dia akan menikah tahun depan dengan seorang cowok yang berasal dari keluarga kraton Jogja. “kalian berduakan tahu kalau aku tidak mengingingkan pejodohan ini, tapi disisi lain aku tidak ingin perusahaan Papaku bangkrut”. “Lia, bukannya kamu dulu suka sama Alex. Dan diakan cinta pertama kamu”. “tapi, itu dulu Shel, sebelum dia membuat hatiku hancur”. “kamu harus coba membuka hati kamu lagi untuk Alex, dan menerut aku Alex juga masih sangat mencintaimu” seru Sheli berusaha menyakinkan Lia.
     Akhirnya prosesi pernikahanpun dimulai, dan inilah saat paling menegangkan bagi Alex ketika membaca ijab Kabul. Dia sempat gugup, tapi akhirnya dapat mengucapkan ijab Kabul dengan lancar. Dan akhirnya Alex dan Lia resmi menjadi sepasang suami istri.
     “ Bagaimana perasaan kamu?” tanya Alex pada Lia setelah mereka duduk di kursi pelaminan pada saat resepsi pernikahan. “kamu tidak usah menanyakan perasaan aku. itu tidak penting “. Seru Lia kesal. “ kamu kenapa masih jutek sama aku? kitakan sudah menjadi suami istri”. Kata Alex dengan wajah yang agak kecewa melihat Lia yang masih tidak bisa menerimah dia.
     Di sela-sela pembicaraan mereka Lia sangat kaget melihat Reni yang tiba-tiba menyanyi dan menyumbangkan sebuah lagu hitsnya. “lagu ini khusus aku persembahkan buat sahabatku Lia dan Alex. Karena merekalah aku bisa seperti saat ini, menjadi seorang penyanyi yang terkenal”. Reni menyanyikan lagunya dengan suara yang sangat merdu dan semua penonton terpesona akan penampilan Reni. “bagaimana penampilanku?” kata Reni ketika menghampiri Alex dan Lia “Ren, bukannya kamu bilang kalau kamu tidak bisa datang karena sibuk dengan tourmu?” seru Lia. “mana mungkin aku melewatkan pernikahan sahabat baikku”. “tapi, waktu itu kenapa kamu bilang kalau kamu tidak bisa menghadirinya?”. “ehm… maaf yach Lia sebenarnya aku sengaja mengatakan kalau aku tidak bisa menghadirinya, karena aku ingin memberikan surpraise buat kamu. Dan ini semua adalah rencana Alex. Aku rasa  surpraise aku ini sangat berhasil, karena kamu kelihatan sangat terkejut. Tapi, kenapa raut wajahmu tidak menampakkan kebahagiaan?” Reni baru menyadari ekspresi Lia yang murung dihari bahagianya tersebut. “mungkin itu Cuma perasaan kamu”. Lia berusaha menetupi perasaannya yang sedih.
   Tak terasa resepsinya telah selesai.  “Lia kamu kenapa? dari tadi kamu tampak tidak bahagia” kata Alex setelah mereka berada dikamar pengantin. “menurut kamu? Asal kamu tahu aku tidak pernah mengingingkan perjodohan ini?”. “tapi, mengapa kamu menerimah perjodohan ini kalau kamu tidak mengingingkannya”. “aku pikir kamu sudah tahu alasannya”. “apakah karena perusahaan Papa kamu?”. Lia diam saja. Alex menarik Lia dalam dekapannya dan mata merekapun bertatapan. “aku akan membuat kamu jatuh cinta lagi padaku”. Kata Alex dengan wajah yang sangat serius. “rasa cintaku kepada sudah hancur berkeping-keping seiring dengan sakit yang kau torehkan dalam hatiku”. “berikan aku waktu tiga bulan  untuk menaklukkan hati kamu lagi”. “tapi, dengan satu syarat. Kamu harus memajukan perusahaan Papa aku lagi. Dan jika kamu tidak berhasil membuat aku jatuh cinta lagi padamu, maka aku ingin kamu menceraikan aku”. “tapi??”. “dan satu lagi, aku tidak ingin kita  berdua tidur ditempat yang sama. Dan semua perjanjian kita tidak ada yang boleh tahu kecuali kita berdua. Kamu harus merahasiakannya terutama pada orang tua aku”. “jadi aku sekarang tidur dimana?”. “kamu tidur diruang tamu”. “tapi, aku tidak terbiasa tidur di…” belum sempat Alex melanjutkan pembicaraannya Lia sudah mendorongnya keluar dari kamar. “apa yang kalian berdua sedang lakukan?” tegur Mama Lia yang kebetulan melihat kejadian itu. Lia dan Alex kebingung. “ooo… Mama, kita derdua Cuma….” Lia bingung mau katakana apa. “tante…. Eeeee Lia menyeruh aku mengambilkan air untuknya. Tapi, karena aku tidak mau dia memaksaku dan mendorongku”. “Lia… Alexkan suamimu jadi kamu tidak boleh memperlakukannya seperti itu. Kamu yang harus melayani suami kamu, dan kamu tidak boleh menyuruhnya seperti itu”. “Maaf Ma… tapi, tadi aku sangat kehausan dan badanku sangat lelah”. “iya, tante tidak apa-apa. Akukan sebagai suami juga harus memahami istriku”. “Nak Alex, sangat pengertian. Tapi, kamu tidak usah panggil aku Tante, panggil aku Mama aja. Dan sebaiknya kalian berdua cepat tidur karena sudah larut malam. Jangan sampai kalian bangun telat, nanti bisa ketinggalan pesawat”. “apa maksud Mama?” Lia bingung mendengar perkataan Mamanya. “Papa kamu sudah mempersiapkan tiket pesawat untuk bulan madu kalian di Bali, dan juga penginapannya”. “apa…. Bulan madu?”. “kamu kenapa kaget begitu?”.  “ehm… tidak apa-apa. oh yach, sebaiknya aku dan Alex tidur cepat”. Lia segera menarik Alex masuk dalam kamar. “selamat malam Ma…” seru Lia sebelum menutup pintu kamarnya. “kamu sengaja yach, memojokkan aku didepan Mama aku?” seru Lia ketika mereka sudah berada dikamar. “kamu seharusnya berterima kasih, karena aku sudah membantu mengarang cerita sehingga rahasia kita tidak terbongkar. Oh yach, jadi sekarang aku tidur dimana? Tidak mungkinkan aku tidur di sofa, nanti Mama kamu bisa curiga”. “eee…. Terpaksa dech, kamu tidur dikamar ini”. Lia segera menuju ketempat tidurnya yang dihiasi berbagai macam bunga dan Alex juga mengikutinya menuju tempat tidur tersebut. “eeee…. Kenapa kamu mengikuti aku?”. “ bukannya kamu tadi bilang kalau tidak apa-apa aku tidur sekamar dengan kamu”. “tidur sekamar bukan berarti tidur ditempat tidur yang sama”. “kalau begitu aku tidur dimana?”. “lantai”. Lia melemparkan bantal dan selimut. “nasib….nasib…. biasanya pengantin baru pasti akan merasa bahagia di setiap malam pertama. Tapi, aku malah harus merasakan dinginnya tidur dilantai”. Seru Alex yang meratapi nasibnya. “hai… itu salah kamu sendiri, kenapa kamu mau menikah denganku…”. Balas Lia sebel.
    Keesokan harinya mereka berdua terlambat bangun,dan untungnya mereka dibangunkan oleh Mama Lia. “Lia, Alex… cepat bangun pesawat kalian berangkat jam 09.00. sekarang sudah jam 08.00 lewat”. Seru Mama Lia sambil mengetuk pintu kamar mereka. Lia membuka matanya dan segera melihat jam. “haaa… sudah jam 08.00... “. Lia kaget dan segera bergegas menuju kamar mandi. Tapi, langkahnya terhenti karena kamar mandi tersebut terkunci. “Lex, cepat donk, aku juga mau mandi…”. “tunggu dulu, aku juga baru masuk”. “cepat Lex…. Sekarang sudah jam 8”. Lia mengetuk pintu kamar mandi tanpa rasa sabar. “kalau kamu mau kita mandi bareng aja…”. Canda Alex. “haaaa…… lebih baik aku tidak mandi dari pada mandi bareng kamu”. Seru LIa kesal. Dan akhirnya Lia mengalah dan mandi di kamar mandi Fian. “Ka Lia mau ngapain dikamar aku?” tanya Fian yang sudah siap dengan seragamnya. “kakak mau numpang mandi”. “kamar kakak kan ada kamar mandinya juga”. “ Alex sedang mandi di kamar mandi itu dan dia sangat lama. kakak juga buru-buru karena pesawat kakak berangkat jam 9”. “memangnya kakak kenapa tidak bangun pagi-pagi. Pasti karena kakak sama ka Alex lagi… ehm..ehm..ehm…” seru Fian sambil senyum-senyum. “eee… kamu itu masih kecil, tidak usah urusi urusan orang dewasa. Lagian kamu kenapa tidak pergi kesekolah sekarangkan sudah jam 8”. “iya… aku juga mau berangkat sekarang. Oh yach Kak, tadi malam pasti seru malam pertamanya. Hahahaha….” Fian segera berlari ketika melihat Lia akan menjitak kepalanya.
   Akhirnya mereka sampai di bandara walaupun hampir ketinggalan pesawat. Tapi, untungnya hal itu tidak terjadi. “huft… untungnya kalian tidak terlambat” kata Papa Lia yang mengantar ke Bandara. “iya Pa… untungnya Papa jago balap mobilnya”. goda Alex pada Papa Lia. “Baiklah Pa, kami berangkat dulu”. “hati-hati… kalau sudah sampai jangan lupa telpon Papa dan Mama”. Nasehat Mama Lia.
    Dan tanpa terasa mereka sudah sampai di pulau Dewata. “ternyata perjalanan ini melelahkan juga” seru Alex memulai percakapan. Tapi, Lia diam saja. “kamu pasti lelah juga jadi biar aku yang mengangkat barang-barang kamu menuju mobil”. Alex mengangkat koper Lia yang sangat besar itu. “ternyata koper kamu sangat berat, memangnya kamu bawa baju selemari”. “kalau tidak iklas tidak usah menawarkan bantuan” Lia kesal. Diapun menarik kopernya yang sedang diangkat Alex. Dan tarik menarik koperpun terjadi. “aku hanya bercanda jadi kamu tidak usah tersinggung”. Karena Lia menarik koper itu sangat keras sehingga koper tersebut jatuh dan menimpa kakinya. “Aaauuu.... kakiku…” teriak Lia kesakitan. “Lia kamu tidak apa-apa” Alex sangat panik. “semua ini gara-gara kamu”. “sini biar aku bantu kamu berdiri”. “aku tidak membutuhkan bantuan kamu”. Lia berusaha berdiri sendiri tapi usahnya tersebut sia-sia karena kakinya kesleo. “sini biar aku bantu kamu”. Alex mengangkat Lia, walaupun Lia merontah-rontah. “turunkan aku, aku tidak butuh bantuan kamu”. “kamu jangan banyak bergerak nanti kamu jatuh dan jangan ribut karena semua orang sedang memperhatikan kita”. Karena merasa agak malu ketika menyadari semua orang sedang memperhatikannya, Liapun diam.
    “Untunglah kita sudah sampai di Hotel, kamu sudah agak baikan?” tanya Alex. “liat aja sendiri, semua ini gara-gara kamu”. “kalau begitu kita kerumah sakit sekarang”. “tidak usah, nanti juga sembuh sendiri” seru Lia jutek. “kalau kamu tidak mau ke dokter biar aku yang mengobatinya”. “tidak usah…”. Tapi, Alex berusaha memegang kaki Lia dan mengoleskan saleb pada kakinya dan memijatnya. “bagaimana sudah agak baikan?”. “ lumayan”. “kalau begitu sebaiknya kamu segera istirahat supaya kaki kamu cepat sembuh dan kalau kamu butuh bantuan panggil aku”. “Lex tunggu… kamu mau kemana?”. “aku mau beli makanan”.
    Keesokan harinya kaki Lia sudah berangsur pulih dan hari ini dia berencana kepantai, walaupun Alex melarangnya. Tapi, dia tidak menghiraukannya. Dan beberapa saat kemudian dia sudah berada di pantai. “Lia kamu seharusnya istirahat, kenapa kamu itu keras kepala banget”. “percumakan aku ke Bali kalau tidak pergi ke Pantainya”. “iya, tapikan bisa besok-besok setelah kaki kamu sembuh”. Lia tidak menghiraukan perkataan Alex tersebut. Dia malah menuju kelaut. “hai.. kamu jangan kesitu, airnya dalam?” teriak salah seorang penjaga pantai. Tapi, Lia tidak mendengarnya dan malah berenang disitu.          Alexpun bergegas ketempat tersebut dengan diliputi kekhawatiran. Dan dia melihat Lia yang sedang melambaikan tangan minta tolong. Alex segera melompat kelaut dan berusaha menolong Lia. Dan diapun berhasil menggapai tangan  Lia dan  membawanya kedaratan. “Lia bangun, kamu tidak apa-apakan?” Alex berusaha menyadarkan. Dan karena panik akhirnya Alex memberikan nafas buatan pada Lia, dan beberapa saat kemudian Lia sadar dan mendorong Alex. “apa yang kamu lakukan?” kesal Lia. “aku hanya ingin menolongmu”. “kamu jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan”. Lia melap mulutnya dan dia merasa sangat kesal pada Alex.
    Jam sudah menunjukkan pukul 08.30. Alex dan Lia baru selesai menikmati dinernya. “Lia kamu tampak pucat. Kamu tidak apa-apa?”. “aku tidak apa-apa, kepalaku Cuma agak pusing”. “kalau begitu aku antar kamu kekamar”. Dan mereka berdua menuju kekamar hotel. Seperti biasanya Lia tidur di tempat tidur yang empuk sedangkan Alex hanya tidur di sofa. Alex bangun Ketika Alex melihat Lia yang agak gelisah dan memeriksa suhu tubuh Lia. “panas sekali…” Alex panik dan dia segera membeli obat dan mengompres Lia agar suhu tubuhnya cepat turun. Tanpa tersadar Alex tidur disamping tempat tidur Lia karena kecapean menjaga Lia semalaman. “Alex…” seru Lia ketika melihat Alex tertidur disamping tempat tidurnya. “Lia kamu sudah bangun… suhu tubuh kamu…” Alex segera memeriksa kembali suhu tubuh Lia. “untunglah sudah turun”. “kamu semalaman menjaga aku disini?”. “iya… maaf kalau aku tidur disamping tempat tidurmu, aku tidak berbuat macam-macam. Aku Cuma mengompresmu karena tadi malam kamu demam”. “makasih”. Dan saat ini Lia merasa bahwa Alex telah banyak berkorban untuknya walaupun dia selalu jutek padanya. Lia merasakan sesuatu yang beda ketika melihat Alex sedang memeriksa suhu tubuhnya. Dan rasa itu bukanlah rasa kesal tapi rasa senang. Jantung Liapun berdegup kencang. “singkirkan tanganmu?” seru Lia berusaha menutupi perasaannya yang tidak karuan. “baiklah.. sudah sakit masih jutek aja”. Seru Alex.
     Tanpa terasa bulan madu mereka telah berakhir. Dan mereka akan kembali ke Jakarta. “bagaimna menurut kamu bulan madu kita?”. Tanya Alex pada Lia ketika mereka berada di pesawat. “ bulan madu yang tidak menyenangkan. Baru sampai aja sudah tertimpa koper setelah itu hampir tenggelam di laut dan terakhir aku demam. Aku sial sekali selama berada di Bali”. “kalau begitu kamu mau kalau kita bulan madu di pulau Jeju di korea selatan. Pak Hendro direktur perusahaan PT. Dirgantara memberikan tiket kepulau Jeju dengan penginapan selama seminggu, katanya sich, itu hadiah pernikahan”. “cukup di Bali aku tersiksa bersama kamu”. Sebenarnya Lia juga tidak ingin menolaknya, tapi karena gengsi dia terpaksa mengatakan hal tersebut. “ya kalau begitu biar aku aja yang pergi tidak enakkan kalau tiket itu dikembalikan”. “eee…. Memangnya  tiketnya berlaku sampai kapan?” tanya Lia ragu. “sebenarnya pak Hendro bilang terserah kita berdua kapan mau pergi, tapi karena kamu tidak mau aku akan pergi sendiri”. “memang kapan kamu akan pergi?”. “tidak tahu, mungkin setelah aku menyelesaikan persoalan perusahaan Papa kamu”. “tapi, tiketnyakan ada dua. Masa kamu pergi sendiri?”. “kalau begitu aku ajak Fian aja dech”. “tapi itu untuk kita berdua”. “tapi, tadi kamu bilang tidak mau pergi”. “yaa… sebenarnya bukan maksud aku tidak mau pergi tapi….”.  “kalau mau pergi tidak usah gengsi”. Alex senyum melihat tingkah laku Lia.
    Alex dan Lia baru saja sampai di rumah dan mereka segera menuju kekamar untuk isturahat. “aku sangat lelah” keluh Alex sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur, tapi belum sempat Alex melepaskan penaknya, dia sudah diusir Lia. “kamu jangan coba-coba tidur di tempat tidur aku, kalau mau istirahat di sofa saja”. Kata Lia dengan menunjuk ke arah sofa yang ada dikamar. “ kamu tega sekali sama aku. akukan Cuma mau istirahat sebentar doank!!!”. “itu sich DL”  jawab Lia ketus.
   Sudah dua bulan hubungan pernikahan Alex dan Lia berjalan. Walaupun saat ini Lia dan Alex tampak kompak dalam urusan pekerjaan. Tapi, dalam urusan rumah tangga, mereka tak pernah menunjukkan kekompakan. Lia masih saja jutek pada Alex walaupun Alex sudah menunjukkan berbagai perhatian untuk meluluhkan hati Lia. “Lia kalau kamu lelah sebaiknya kamu istirahat saja biar saya yang mengerjakan proposal ini”. Kata Alex ketika melihat Lia yang sesekali memejamkan mata karena sangat mengantuk. “tidak apa-apa, aku masih bisa  mengerjakan proposal ini”. Beberapa saat kemudian Lia tertidur diatas meja kerjanya. Alex tidak tega membangunkannya Karena dia tertidur dengan sangat pulas. Akhirnya Alex menggendong Lia dan membawanya ketempat tidur. sebenarnya Lia sadar ketika tubuhnya diangkat Alex tapi dia berpura-pura tidur dan saat itu dia merasakan  hangat tubuh Alex . Dan jantungnya berdegup kencang. Alex meletakkan tubuh Lia dengan sangat hati-hati dan menyelimuti dengan penuh perhatian. “good night” kata Alex sambil mengusap rambut dengan sangat mesra. Dan ketika Alex pergi kemeja kerjanya. Lia membalas ucapan Alex dalam hati “good night too”.
    Pagi ini Lia melihat Alex yang masih tertidur dengan pulas di meja kerjanya, karena mengingat perlakuan Alex tadi malam yang begitu perhatian kepadanya sehingga dia  membuatkan secangkir teh hangat buat Alex. “kamu baru bangun?” tanya Lia pada Alex. “iya, aku sangat lelah sampai ketiduran ketika mengerjakan proposal ini. Tapi, untungnya sudah selesai sehingga kita sudah dapat mempersentasikannya nanti”. “ooo… ini teh hangat buat kamu” Lia menyodorkan secangkir teh. “ehm, kamu sudah mulai perhatian sama aku yach!!!” penyakit kegeeran Alex kambuh lagi. “ini Cuma ucapan terima kasih Karena kamu sudah mau bekerja keras demi menyelamatkan perusahaan Papa aku”. “kamu mengaku aja dech….”. “jangan kegeeran…. Sebaiknya kamu cepat mandi karena kita akan meeting jam 9 nanti”.
     Akhirnya Alex berhasil mempersentasikan proposalnya dengan sangat baik sehingga kliennya berani berinvestasi dalam proyek itu. “baiklah pak Alex saya menyetujui proposal anda dan saya akan menginvestasikan beberapa saham saya dalam perusahaan ini. Awalnya, saya tidak cukup berani  berinvestasi dalam perusahaan ini karena kabarnya perusahaan ini hampir mengalami kebangkrutan. Tapi, karena Pak Alex yang menanganinya saya percaya bahwa Pak Alex pasti bisa memajukan perusahaan ini lagi”. Kata salah seorang klien  “terima kasih atas kepercayaan Bapak dan saya harap kerja sama kita bisa berjan dengan lancar”. Balas Alex dengan senyum ramah.
    “Lex, malam ini kamu tidak ada acarakan… aku mau mengajak  kamu makan malam?” kata Lia setelah meeting. “ehm…. Tidak ada sich, tapi, tumben kamu mengajak aku makan?”. “ini Cuma ucapan terima kasih karena telah berhasil mempersentasikan proposalnya dengan sangat baik”. “ehm… tentu saja aku mau”. Sesampainya di kafe mereka duduk dimeja pojok. “Lex aku ke toilet dulu. Oh yach, kamu pesan makanan dulu aja”. “ bagaimana kalau aku memesankan makanan untukmu juga?”. “terserah kamu”. Lia segerah menuju toilet. Setelah Lia keluar dari toilet dia tidak sengaja menabrak seorang lelaki. “maaf, aku tidak sengaja”. Kata Lia sambil menunduk minta maaf. “makanya kalau jalan liat…” lelaki itu tidak dapat melanjutkan perkataannya ketika mengetahui bahwa orang yang menabraknya adalah seorang cewek yang dia kenal “kamu Auxeliakan” kata cowok itu. Seketika itu Lia mengangkat kepalanya dan melihat sosok cowok yang ada di hadapannya. “Aldo… kamu apa kabar?”. “iya, aku baik-baik saja. Oh yach, kamu kesini dengan siapa?” tanya Aldo. “dengan Alex”. “Alex… pacar?”. “sebenarnya… dia suamiku. Tapi, aku tidak menyukainya”. Aldo bingung dengan perkataan Lia. “kalau kamu tidak suka kenapa kamu mau menikah dengan dia?”. “sebenarnya sich Karena dijodohkan”. Tiba-tiba terbesit ide dalam benak Lia. “bagaimana kalau kamu membantu aku supaya aku bisa pisah dengan dia?”. “maksud kamu???”. “kita pura-pura pacaran aja”. “tapi, aku tidak mau merusak hubungan rumah tanggamu”. “anggap saja kamu menolong aku… please dan ini hanya pura-pura…”. Akhinya Aldo menyetujuinya. “kalau begitu kita mulai sandiwaranya besok” kata Lia semangat. Dan Liapun kembali kemeja. “kenapa kamu lama sekali?”. Tanya Alex ketika Lia sudah berada didepannya. “tadi ditoilet ngantri” Lia jawab asalan.
   Keesokan harinya Lia memulai rencananya. Dan pagi ini dia janjian dengan Aldo didekat kantornya yang tentunya selalu di datangi Alex ketika makan Siang. Mereka menunjukkan kemesraan ketika Alex melihat dan tentu saja Alex dibakar api cemburu tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa melihat Aldo dan LIa begitu mesra didepan matanya. “mungkin tidak ada lagi kesempatan buat aku untuk meluluhkan hati Lia. Buktinya dia lebih memilih cowok lain dari pada aku, apakah usahku selama ini sia-sia? Mungkin aku harus mundur dan mengalah demi kebahagiaan orang yang aku sayangi. Mungkin cowok itu yang terbaik untuk Lia” seru Alex dalam hati ketika melihat Lia yang begitu dekat dengan Aldo akhir-akhir ini.
    Perjanjian Alex dan Lia tinggal seminggu lagi. Tapi, tampaknya Alex sudah putus asa untuk meluluhkan hati Lia. “Lia ada yang aku katakan pada kamu?”. Wajah Alex begitu serius. “apa?”. “apakah kamu benar-benar mencintai Aldo? Apakah kamu bahagia ketika bersamanya?”. “iya” jawab Lia pendek. “Jujur hatiku sangat sakit ketika melihat kalian berdua bermesraan dihadapanku. Tapi, jika kamu merasa bahagia bersamanya, aku akan mundur dan membiarkan kamu bersamanya” Alexpun pergi setelah mengucapkan kata-kata tersebut. Bukannya merasa bahagia karena Alex sudah mengalah dan memilih untuk melepaskannya, Lia merasa dadanya sesak dan tanpa terasa air matanya menetes dipipinya yang putih. Lia seakan tak rela jika Alex pergi tapi, dia tidak punya keberanian untuk melarang Alex pergi. Hatinya bercampur aduk.
   Pagi ini Lia tidak melihat Alex. “apakah Alex tadi malam tidak pulang?” kata Lia setelah melihat kearah sofa yang biasa ditempati Alex untuk tidur. Tiba-tiba Lia dikagetkan dengan bunyi telpon genggamnya dan ketika melihat layar Hpnya tersebut dia kaget ketika no pak Hendro muncul di layar Hpnya tersebut. “halo?” seru Lia menjawab panggilan teloponnya . “halo… selamat pagi?”. “pagi pak… ada apa pak?”. “aku ingin kita bertemu  jam 1 siang nanti, di kafe dekat kantor kamu”. Kata pak Hendro . “baiklah pak” dan Lia menutup teleponnya setelah berbicara dengan pak Hendro.
    Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 12.45 dan Lia sudah menunggu di kafe dekat kantornya. “ada apa yach, tiba-tiba pak Hendro mengajak ketemuan” seru Lia dalam hati. Tidak lama kemudian pak Hendro menghampirinya. “bagaimana kabar kamu?” tanya pak Hendro ketika sudah duduk di depan Lia. “baik pak, kenapa bapak ingin bertemu dengan saya? Apakah masalah pekerjaan” tanya Lia agak bingung. “sebenarnya ini tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Tapi, ini adalah masalah kamu dengan Alex”. “maksud bapak?” Lia tambah bingung. “sebenarnya perjodohan kamu dan alex adalah rencanaku. Aku melakukan itu demi anakku Angel”. Kata Pak Hendro dengan ekspresi yang sedih. “tapi, bukannya dulu Alex lebih memilih Angel dari pada aku?”. “maka dari itu aku menyuruh kamu datang kesini untuk meluruskan kesalah pahaman ini. Sebenarnya dulu Alex tidak ingin meninggalkanmu, dia sangat mencintaimu. Tapi, aku memaksa dia untuk bersama Angel karena waktu itu keadaan Angel sangat kritis”. “memangnya Angel kenapa?”. “saat itu Angel mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. dan aku ingin Angel merasakan kebahagiaan disisa hidupnya sehingga aku meminta Alex untuk berpura-pura mencintainya. Karena Alex juga tidak tega melihat Angel yang sedang sekarat, diapun mengorbankan kebahagiaannya”. “tapi, sekarang bagaimana keadaan Angel?”. “sekarang ini mungkin Angel sudah tenang di surga. Dan pesan Angel sebelum meninggal adalah dia meminta agar aku bisa membuat kamu dan Alex balikan lagi…” Pak Hendro menitikkan air mata. “ ehm… mungkin aku sudah terlambat karena kamu lebih memilih cowok lain”.  Pak Hendro melanjutkan pembicaraannya. “ dari mana bapak tahu hal ini?”. “sebenarnya tadi pagi Alex datang menemuiku. Dia menceritakan semua hal yang terjadi antara kalian dan dia juga mengatakan kalau dia merasa sangat sedih tapi dia merelakanmu dengan lelaki lain asalkan kamu bisa bahagia bersamanya”. Lia tak kuasa mendengar perkataan pak Hendro sehingga menitikkan air mata . “bapak tahu sekarang Alex ada di mana?”. “mungkin sekarang dia ada dibandara”. “kalau begitu aku permisi dulu pak….” Lia terburu-buru ingin segera mengejar Alex. “tunggu… ini untuk kamu…” pak Hendro memberikan sebuah tiket pada Lia. “ini tiket apa???”. “mungkin Alex akan pergi ketempat itu”. Ternyata sebuah tiket menuju ke korea selatan.
    Setelah samapai di seoul korsel. Lia segera menuju pulau jeju. Tapi, dia agak bingung karena tidak mengerti bahasa korea. Ketika dia memakai bahasa inggris orang korea itu tetap menggunakan bahasanya. “kalau begini terus aku bisa hilang di korea” gerutu Lia. Tanpa sengaja Lia melihat seseorang yang mengangkat sebuah kertas yang bertuliskan Auxelia. “Orang itu ingin menjemput aku yach” kata Lia sambil mendekati orang yang mengangkat kertas tersebut. “are you Auxelia?”. “Yes…do you want pick up me???” . “yes… aneoaseo???” sapa orang korea tersebut sambil membungkukkan badannya. “aneoaseo”. Lia membalas salam orang korea tersebut. Dan akhirnya orang tersebut mengantar Lia kepulau Jeju. Di perjalanan, orang tersebut menjelaskan bahwa dia adalah suruhan pak Hendro. Dan kebutulan orang tersebut adalah anak buah dari salah satu klein pak Hendro yang ada di korea.
   Tanpa terasa Lia sudah sampai di hotel tempatnya akan menginap di pulau Jeju. Sebenarnya kamar hotel tersebut adalah kamar yang sengaja dipesankan pak Hendro untuk Lia dan Alex dan tentunya kamar tersebut sudah dipersiapkan khusus untuk orang yang akan bulan madu karena suasananya  sangat romantis. Dan tanpa berpikir panjang Lia segera menuju kamar tersebut. Dia kecewa karena tidak melihat sosok Alex dalam kamar tersubut. “apakah Alex tidak pergi ketempat ini?” tanya Lia dalam hati. Diapun memutuskan untuk istirahat karena lelah. “jika kami memang jodoh, pasti kami dipertemukan”. Lia menghibur diri.
   Beberapa menit kemudian Lia sudah tertidur pulas. Dia tidak menyadari ada seseorang yang tiba-tiba tidur disampingnya. Dan orang tersebut membaringkan badannya dan juga tidak mengetahui kalau ada orang yang sedang tertidur pulas disampingnya. Di pagi harinya mereka baru sadar kalau semalam mereka tidur tempat tidur yang sama. Liapun segera menarik selimut dan menutupi dirinya. “kamu siapa? Kanapa kamu bisa masuk dalam kamar hotelku”. Teriak Lia. “inikan kamar hotel aku… kamu tuh yang salah kamar…” bantah orang tersebut. Dan orang Itu menarik selimut” yang menutupi Lia. “KAMU…” mereka berdua berteriak bersamaan.
     “kenapa kamu bisa berada disini?” tanya Alex. “hei… akukan juga ingin menikmati berlibur di pulau Jeju”. “ bukannya kamu tidak ingin pergi kesini”. “siapa bilang… kamu jangan egois hanya ingin menikmati paket liburan sendirian”. “terus Aldo dimana?”. “kenapa kamu tanyakan dia?”. “diakan pacar kamu… memangnya dia tidak melarang kamu kesini”. “siapa bilang dia pacar aku…”. “tapi, kaliankan sangat mesra waktu itu”. “mana mungkin aku pacaran dengan orang lain sedangkan aku sudah punya suami”. “sejak kapan kamu mengakui aku sebagai suamimu?” Alex kaget mendengar perkataan Lia. “memang kamu tidak mau dia akui?” Lia menyipitkan matanya. “kok, kamu aneh sich…” Alex tambah bingung. “tadi malam kamu tidak ngapa-angapain aku???” tanya Lia curiga. “yee… aku juga baru tahu kalau kamu ada disini tadi pagi”. “tapi, kenapa kamu datang telat? Seharusnyakan kamu tiba duluan” Lia tidak sengaja mengatakan hal yang seharusnya dia tidak katakana dan dia buru-buru menutup mulutnya. “Ehm…. Sekarang aku tahu, kamu sengaja mengikuti akukan. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini?”. “memangnya kamu tidak suka kalau aku berubah seperti ini?”. “yeee… ditanya malah balik nanya. Aku bingung aja  kenapa tingkah laku kamu berubah derastis”. “sebenarnya aku sudah tahu semuanya Lex”. “maksud kamu???”. “aku sudah tahu alasan kamu mininggalkan aku waktu itu. Aku sadar betapa bodohnya diriku karena tidak mau mendengar perkataanmu dan tidak percaya pada kamu”. Alex mendekati Lia yang telah meneteskan air mata di pipinya. Diapun menghapus air mata  Lia dan memeluknya. “maafkan aku karena telah menyakiti kamu selama ini?” kata Alex ketika Lia sudah berada dalam pelukannya. “ini bukan salah kamu Lex, ini semua karena aku yang  terlalu cemburu padamu”. Dan Liapun membalas pelukan Alex dengan hangat. “ terima kasih telah memberikan aku kesempatakan ketiga”. Kata Alex dengan mesra.
  “ehm… akhirnya aku bisa memelukmu lagi tanpa ada pukulan yang menyusul” canda Alex. “jadi, kamu mau di pukul lagi?” Lia mengancam. “eitz... tidak bisa… karena aku tidak akan melepaskan kamu dari pelukanku” Alex memeluk erat Lia. “hahaha…” mereka berduapun tertawa.
  Dan akhirnya mereka bisa bersama menikmati bulan madu di korsel. Walaupun mereka masih sering beramtem tapi itu semua adalah bumbu-bumbu cinta yang membuat mereka semakin mesra.