Friday 28 October 2016

MAAFKAN AKU MANTAN



MAAFKAN AKU MANTAN
(#Aku Bisa Lebih Baik Tanpa Kamu)
Ria menatap layar HPnya, dia tidak percaya mantannya yang dulu kini telah menikah dan bersanding dengan wanita lain. Ditatapnya foto di facebook itu lekat-lekat, semua teman-temannya mengucapkan selamat kepada kedua mempelai bahkan ada yang secara langsung menandai namanya di foto itu. Rasanya perih, dia telah mengahabiskan waktu selama tujuh tahun dengan lelaki itu. Bahkan tiga bulan yang lalu sebelum Ria pergi, lelaki itu masih memohon untuk balikan, bukan menyesal tapi kekecewaan tidak bisa terbendung, dia telah menghabiskan waktu dengan lelaki itu. lelaki yang telah mengkhianatinya dan kini telah menikahi selingkuhannya.
Dengan berat hati Riapun memberikan komentar dan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Mungkin ini saatnya buat dia untuk segera move on dan mencari lelaki yang lebih baik untuknya.
Ria memutuskan untuk menerimah pekerjaan dipulau terpencil di Indonesia. Gajinya cukup menggiurkan, namun alasan utamanya menerimah pekerjaan itu karena ingin melupakan mantan pacarnya yang kedapatan selingkuh.
Ria memulai hari barunya di pulau kecil diujung Indonesia, menikmati sajian alam yang begitu indah. Walaupun fasilitas didaerah terpencil itu sangat minim namun dia merasa lebih tenang bekerja sebagai Ahli Gizi ditempat itu, tepatnya dia bekerja dipuskesmas. Masalah Gizi di tempat terpencil itu bisa dikatakan sangat serius karena masih banyaknya bayi yang tidak mendapatkan Asi esklusif dan Gizi bayi yang masih ada dibawah normal bahkan beberapa anak terdata sebagai gizi buruk.
Ria begitu sibuk melaksanakan tugasnya sebagai ahli gizi di tempat terpencil itu. begitu banyak masalah yang harus dia selesaikan, belum lagi masalah hati dan rindunya pada keluarga. Ria mulai frustasi, jodoh yang diinginkannya tak kunjung datang, sementara semua temannya silih berganti mengirimkan undangan lewat social media. Dia sudah cukup sabar untuk membuka hatinya. Akhirnya Riapun mencoba untuk sendiri, benar-benar sendiri dan berusaha untuk memperbaiki diri.
***
Puskesmas mengutus Ria untuk ikut terlibat dalam acara TNI. Dia tidak sendiri namun bersama beberapa petugas kesehatan lainnya, Lani sebagai perawat, Angel sebagai bidan, Rara sebagai tenaga farmasi dan Eko sebagai kesehatan lingkungan. Seorang dokter juga terlibat dalam acara itu namun dia  hanya bertugas pada saat pengobatan massal.
Semua acara berjalan sesuai prosedur, mulai dari gotong royong sampai pada pengobatan massal. Dan acara penutupannya adalah ekspedisi ke gunung jantan. Salah satu gunung tertinggi di pulau kecil itu.
Ria sangat bersemangat saat akan melakukan ekspedisi ke gunung jantan. Dia sudah mengmimpikan ini sejak lama, berfoto diatas awan dengan pemandangan yang memanjakan mata.
Namun niatnya itu terhalang, komandan  kompi sekaligus ketua dari ekspedisi tersebut tidak ingin ada cewek yang ikut berpatisipasi dalam ekspedisi tersebut.
Ria menjadi geram dan preotes pada komandan itu. “maaf pak, bukannya kita sudah bekerja sama dari awal. Lalu kenapa tiba-tiba kami dari pihak puskesmas tidak diperbolehkan untuk ikut dalam kegiatan ekspedisi ini?” protes Ria saat mendengar penjelasan komandan yang memberikan arahan.
“kami tidak ingin ada yang cedera bu, saat ini cuaca tidak mendukung. Tadi pagi juga baru hujan, jalanannya licin dan terjal”. Komandan kompi itu berucap tegas. Namun Ria masih tidak terimah juga,dia terlanjur bersemangat untuk memulai petualangan barunya itu.
“tapi pak, kami ini tenaga medis jadi kalau ada apa-apa kami bisa mengantisipasi dengan membawa obat-obatan yang memadai dan satu lagi pak, sebelum saya ditempatkan dipulau ini saya dan teman-teman saya sudah dilatih  militer”. Ria menatap komandan itu dengan tatapan memohon.
“baiklah kalian boleh ikut, tapi jika terjadi apa-apa itu bukanlah tanggung jawab kami”.
“Siap komandan”. Ria berteriak sambil hormat seperti seorang prajurit. Komandan kompi itupun memerintahkan semua untuk bersap-siap.
***
            Perjalananpun dimulai, Ria membawa peralatan yang cukup banyak, bahkan dia membawa barang yang sebenarnya tidak di butuhkan dalam perjalanan itu.
            Jalur yang mereka lewati tidaklah terlalu sulit, hujan yang membasahi tadi pagi membuat jalanan licin dan becek. Para tentara yang terlatih tidaklah kesulitan melawati jalanan tersebut namun Ria dan teman-teman terlihat kerepotan, hanya Eko yang bisa mengimbangi jalannya tentara yang sudah berada di depan.
            “apakah ibu sudah capek?”. Tanya komandan kompi yang berbasa-basi. Ria hanya menatapnya cuek, tahu maksud komandan itu yang hanya mengejeknya.
            “Kalau sudah capek biar saya menyuruh anak buah saya mengantar kalian pulang”. komandan itu tersenyum. Ria semakin geram dibuatnya, teman-temannya sudah jalan lebih dulu hanya dia yang tertinggal cukup jauh bersama Komandan yang sengaja mengejeknya itu.
            “saya lebih kuat dari yang anda pikirkan pak, dan satu lagi tidak usah panggil saya ibu. Cukup panggil saja Ria”. Ria masih mencoba berbicara lebih sopan.
            “baiklah mbak Ria, apa betul tidak mau. Ini penawaran terakhir lo mbak”. Ucap komandan itu lagi.
            “siap tidak komandan, sebaiknya komandan Rangga jalan lebih dulu dan tidak usah mengganggu saya”. akhirnya Ria tidak bisa menahan emosinya.
            Setengah perjalanan cukup menguras tenaga dan emosi Ria, namun pemandangan dipegunungan itu membuatnya terhibur dan terpesona.
***
            Jalan setapak, terjal, bebatuan dapat dilalui dengan baik. hingga mereka tiba ditempat persinggahan pertama, disebuah tepi danau yang sangat indah. Rasa lelah terbayarkan seketika saat melihat betapa indahnya danau ditengah hutan itu, air hijau dan jernih. Ria melepaskan semua barang bawaannya dan segera berlari kearah danau itu, tidak sabar ingin menceburkan diri. Tangan kokoh komandan Rangga mencegah langkahnya.
            “lepaskan tangannya saya komandan, saya mau kesana”. Ria meronta. Namun pegangan komandan rangga semakin erat.
            “danau itu terlalu dalam, apakah kamu bisa berenang?”. Komandan Rangga menatapnya dengan tatapan dingin.
            “saya hanya ingin cuci muka dipinggir danau itu”. teriak Ria, hingga membuat semua mata tertuju padanya.
            Komandan Ranggapun melepaskan pegangannya. Dia melihat Ria melangkah pergi dengan kesal. Matanya masih tertuju pada Ria, mengawasi gadis itu dari jauh.
            Ria mengeluarkan kamera dan berfoto bersama teman-temannya dari puskesmas. Mereka tersenyum dan tertawa bergaya centil didepan kamera. “kak Ria, sepertinya komdan itu selalu memperhatikan kak Ria”. Ucap Rara setelah beberapa kali melihat komandan Rangga yang terus melihat kearah mereka.
            “sudalah itu tidak penting, dia itu nyebelin dan sok tahu”. Ria masih saja tersenyum didepan kamera, mengacuhkan Rara.
            “sepertinya dia suka sama kak Ria deh, buktinya dia sangat perhatian sama kak Ria” Angel angkat bicara setuju dengan Rara.
            “dia perhatian karena kita cewek”. Ria mulai risih dengan pemikiran kedua rekan kerjanya itu.
            “tapi tadi waktu Angel terpeleset dia hanya melihat dan tidak melonong”.  Rara masih tidak mau kalah.
            “kalian berdua apa-apaan sih sok tahu. Tadikan posisi Angel jauh didepan dan kami jauh tertinggal dibelakang ”. Ria menatap Rara dengan jengkel.
            “ ya iyalah tertinggal dibelakang, komandan Ranggakan jagain kak Ria” Angel dan Rarapun tertawa puas melihat muka merah Ria.
            “kami setuju kok, kalau kak Ria jadian sama komandan itu. kak Riakan selalu memimpikan punya calaon suami kayak yo si jin seperti drama korea. Yah walaupun mukanya beda jauh tapi setidaknya profesi mereka samalah. Dan kalau diperhatikan lebih detail, di cukup ganteng”.  Rara masih belum puas menggoda Ria. Riapun pergi dari tempat itu dengan kesal.
***
            Perjalanan dilanjutkan kembali setelah beristirahat 15 menit. Ria mulai berdiri dan hendak mengambil tasnya. Namun, dia kaget melihat komandan Rangga yang tiba-tiba mengambil tas tersebut dan membawanya. Rara dan Angel tersenyum mengejek.
            “mau juga dong tas kami dibawain”. Ucap Angel sambil tertawa. Datanglah dua tentara yang masing-masing mengambil tas mereka berdua. Mereka juga kaget melihat perlakuan kedua tentara itu.
            “Biar mereka yang membawa tas kalian, perjalanan masih jauh dan kita harus sampai puncak sebelum jam satu. Saya tidak ingin kalian meminta istirahat lagi diperjalanan berikutnya”. Komandan Rangga berucap dengan tegas. Angel dan Rara terdiam, mereka berdua melanjutkan perjalanan tanpa banyak bicara lagi.
            Semakin jauh perjalanan semakin terjal, beberapa kali, Angel,Rara dan Ria terpeleset namun mereka tidak mengeluh lebih tepatnya berusaha tidak mengeluh. Sementara itu Lani dan Eko terlihat lebih kuat.
            “komandan Puncak masih jauh?”. Tanya Ria, kakinya sudah keram. “kamu sudah capek, kalau capek berhenti disini saja”. Komandan Rangga berseru dingin.
            “sayakan Cuma bertanya komandan, dan saya tidak akan menyerah sebelum sampai puncak”. Ria menatap komandan itu dengan sinis.
            “aku bilang kita berhenti disini, karena kita sudah dipuncak”. Komandan Rangga berlalu pergi. Ria baru menyadari saat memandang sekeliling, diapun takjub melihat pemandangan di puncak itu, hampir seluruh daratan pulau kecil itu terlihat. Saat para tim ekspedisi berkumpul. Ria dan teman-temannya dari puskesmas sibuk berfoto.
            “wah sinyal ditempat ini kuat, update status ah”. Teriak Angel yang bergaya sambil berfoto, tersenyum lebar didepan layar handphonenya.
            Komandan Rangga mendekati Ria yang masih sibuk berfoto, Komandan itu tiba-tiba menarik tangan Ria menjauh dari teman-temannya.
            “apa-apaan sih, komandan lepaskan”. Ria meronta, namun komandan Rangga tidak mempedulikannya. Merekapun sampai ditepi jurang. Ria diam terpaku melihat indahnya pemandangan ditempat itu.
            Hampir seluruh tempat dipulau kecil ini terlihat, birunya laut ditepi pantai membuat pemandangan lebih indah. Belum lagi awan yang terlihat sangat dekat. “disini lebih keren jika ingin berfoto, hampir seluruh wilayah di pulau ini dapat terlihat disini”. ucap Komandan Rangga tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Ria.
            “ayo kita selfie”. Ria mendekat ke Komandan Rangga dan mengambil gambar. Komandan Rangga terlihat kaku tanpa senyum.
            “senyum dong komandan, ini bukan foto KTP”. Ria merangkul Komdan Rangga. Komadan Rangga mencoba senyum namun masih terlihat kaku.
            “kamu jangan protes lagi, aku memang susah senyum”. Ria tertawa melihat melihat reaksi komandan Rangga.
            Ria tersenyum lebar didepan kamera sementara komandan Rangga masih terlihat kaku. Tiba-tiba hp Ria berbunyi, ternyata itu panggilan telepon dari orang tuanya. Riapun menjauh dari komandan Rangga untuk mendapatkan privasi.
“Halo ma… Assalamu Alaikum”. Terdengar suara Ria sedikit bergetar rasa rindunya tidak terbendung lagi dengan kedua orang tuanya.
“ iya ma, bang Andi sudah nikah, akukan sudah putus tiga bulan yang lalu ma”. Raut wajah Ria sedikit berubah, dia terlihat menahan tangisnya.
“iyaa… saya tahu, jodohkan tidak kemana. Jangan Tanya terus kapan nikah, belum ada penggantinya”. Kini wajah Ria berubah jadi kesal.
            Komandan Rangga mendekat, Ria tidak sadar komandan Rangga sudah berada dibelakangnya.
            Komandan Rangga semakin mendekatkan wajahnya penasaran ingin tahu dengan siapa Ria menelpon. Ria membalikkan badan, jarak diantara mereka sangat dekat, hingga Ria dapat melihat detail wajah komandan Rangga yang tegas. Riapun terpaku hingga mengacuhkan ibunya yang masih sibuk mengoceh.
            Komandan Rangga tiba-tiba mengambil telpon Ria yang masih belum sadar. “ Halo, Assalamu Alaikum tante. saya Rangga teman dekat Ria saat ini”. ucap Komandan Rangga tanpa ragu, Ria mulai tersadar dan melototi komandan Rangga yang begitu lancang. Diapun berusaha merebut kembali HPnya namun komanda Rangga jauh lebih tinggi darinya hingga dia tidak bisa menjangkau HP itu.
“iya tante, saya akan selalu menjaga Ria dan berjanji tidak akan menyakiti hatinya. Saya akan segera melamarnya, ehm mungkin bulan depan jika Ria sudah siap. Lebih cepat lebih baik”. Komanda Rangga tertawa lebar, entah apa yang dikatakan ibu Ria.
“siap tante. saya mencintai anak tante. saat ini saya belum menjanjikan apa-apa, tapi dengan dia disamping saya, saya akan menjadi pria yang lebih baik. Bukankah dibalik pria sukses ada wanita yang hebat dibelakangnya. Dan saya pikir Ria adalah wanita yang tepat untuk saya ajak berjuang bersama”.
            Terdengar isak tangis mama Ria diujung telpon. Ria terpaku menatap komandan Rangga yang menatapnya begitu tulus. Air mata Ria mengalir tanpa dia sadari. “makasih yah tante sudah melahirkan Ria, menjaga dan membesarkan calon tulang rusuk saya”. Komandan Rangga tersenyum kearah Ria.
            “bersediakah tante menjadi mertua saya?”. Tanya komandan Rangga tanpa mengalihkan pandangannya pada Ria. Ria tertegun, dia merasa seperti kesambar petir. Kakinya kaku tubuhnya lemas dan semua terasa gelap.
            Ria akhirnya tersadar, yang pertama kali dilihatnya adalah komandan Rangga dengan wajah cemasnya. Dia merasa baru memimpikan hal yang aneh. “apa yang terjadi pada saya?” Tanyanya.
“kamu pinsan karena kecapean”. Jawab Rara yang berada tepat disamping komandan Rangga.
“kami semua mencemaskan kamu, tapi yang paling cemas komandan Rangga”. Angel milirik komandan Rangga tersenyum penuh arti.
“tentu saja saya cemas, diakan calon istri saya”. Teriak Komandan Rangga tanpa sadar. Semua orang beserok bahkan anak buah komandan Rangga tidak segan mengejek dengan suaranya yang keras.
“loh kok calon istri? Memang saya sudah jawab iya”. Ria mulai berdiri menatap komandan Rangga.
“ibumu sudah merestui dan saya akan segera melamarmu akhir bulan ini”. semua semakin bersorak gembira.
***
            Tiga bulan telah berlalu komandan Rangga dan Ria sudah resmi menjadi pasangan suami istri, merekapun memutuskan mengambil cuti dan bulan madu di Bengkulu, kampung halaman Ria.
            Komandan Rangga terlihat keren dengan baju kaos oblong dipadukan dengan celana jeans pendek. Badannya yang tegap dan berotot terlihat lebih seksi. Dia memegang tangan Ria erat. Riapun merasa nyaman dan terlindungi.
            Mereka berjalan sambil berpengan tangan sangat romantic, semua mata tertuju pada mereka.  “sayang kamu disini dulu yah, saya mau beli minuman”. Komandan Rangga mencium kening Ria sebelum beranjak pergi. Semua wanita yang berada ditempat itu menatap penuh iri. Ria hanya tersipu malu.
            Ria duduk santai sambil menikmati indahnya biru langit. Komandan Rangga masih belum kembali. Seseorang tiba-tiba mendekat dan duduk disampingnya. “Sayang kok cepat banget…” ucap Ria sambil berbalik menatap orang tersebut, ternyata orang itu bukanlah komandan Rangga. Wajah Ria pucat pasih, kaget melihat orang tersebut. “maafkan saya, saya mau minta kesempatan sekali lagi” ucap Andi itu yang merupakan mantan kekasih Ria.
“kamu tahukan saya sudah punya suami dan kamu sendiri sudah punya istri jadi jangan ganggu saya lagi”. Ria menatap lelaki itu emosi.
Lelaki itu tertunduk “tapi saya masih mencintaimu, saya tidak bisa melupakanmu hingga saat ini. saya tidak peduli jika kamu punya suami. saya ingin kita bersama kembali”. Lelaki itu menarik paksa Ria, ingin memeluknya.
            Komandan Rangga tiba-tiba menarik baju lelaki itu, melayangkan tinjunya tepat diwajah lelaki itu, lelaki itu terjatuh. Komandan Rangga belum puas, hendak memukul lagi. Ria memeluk suaminya mencegah lelaki itu berbuat kasar.
“sudah sayang, jangan pukul dia lagi. saya tidak ingin kamu dapat masalah hanya karena orang ini”. Ria masih memeluk komandan Rangga, menenangkan lelaki itu.
“maafkan saya yang tidak bisa bersama kamu kembali, saya sudah bahagia dengan kehidupan saya sekarang jadi jangan ganggu lagi. kamu sudah punya istri maka cintailah dia, jangan kamu khianati dia seperti kamu mengkhianati saya dulu. cukup saya yang merasakan betapa sakitnya rasa itu, dan saya sudah menemukan lelaki yang jauh lebih baik dari kamu”. Andi hanya tertunduk malu, meyeka bibirnya yang berdarah.
            Ria menarik komandan Rangga menjauh dari tempat itu, berharap suaminya bisa lebih tenang. Komandan Rangga hanya terdiam.
            Mereka berjalan, menjauh dari tempat keramain itu. Ria memegang erat tangan komandan Rangga yang masih kesal. Ria tiba-tiba berhenti, memeluk komandan Rangga. “makasih yah sayang, kamu sudah mengobati rasa sakitku. Saya adalah wanita beruntung yang bisa mendapatkan lelaki sepertimu”. Ria menatap komandan Rangga sambil tersenyum.
“kamu salah, sayalah lelaki yang paling bahagia bisa bersama wanita seperti kamu”. Komandan Ranggapun membalas pelukan Ria. Matahari senja menjadi saksi bisu luapan cinta mereka.
            Cinta memang tidak bisa ditebak, datang tanpa permisi, pergi tanpa pamit. Namun yang harus kita pahami, cinta tidaklah pernah salah, hanya kitalah yang kadang salah mengartikan cinta. Cinta tumbuh dalam hati, tapi tak harus diumbar sesuka hati. Karena cinta sejati itu akan selalu menerimah apapun yang terjadi. Ria kini merasakan cintanya semakin besar pada komandan Rangga, lelaki yang selalu membuatnya kesal namun tiba-tiba melamarnya. Lelaki yang menyembuhkannya dari rasa sakitnya mencintai, menumbuhkan cinta yang baru.

THE END