MAAFKAN AKU MANTAN
(#Aku
Bisa Lebih Baik Tanpa Kamu)
Ria menatap layar HPnya, dia tidak percaya
mantannya yang dulu kini telah menikah dan bersanding dengan wanita lain.
Ditatapnya foto di facebook itu lekat-lekat, semua teman-temannya mengucapkan
selamat kepada kedua mempelai bahkan ada yang secara langsung menandai namanya
di foto itu. Rasanya perih, dia telah mengahabiskan waktu selama tujuh tahun
dengan lelaki itu. Bahkan tiga bulan yang lalu sebelum Ria pergi, lelaki itu
masih memohon untuk balikan, bukan menyesal tapi kekecewaan tidak bisa
terbendung, dia telah menghabiskan waktu dengan lelaki itu. lelaki yang telah
mengkhianatinya dan kini telah menikahi selingkuhannya.
Dengan berat hati Riapun memberikan komentar
dan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Mungkin ini saatnya buat dia
untuk segera move on dan mencari lelaki yang lebih baik untuknya.
Ria memutuskan untuk menerimah pekerjaan
dipulau terpencil di Indonesia. Gajinya cukup menggiurkan, namun alasan
utamanya menerimah pekerjaan itu karena ingin melupakan mantan pacarnya yang
kedapatan selingkuh.
Ria memulai hari barunya di pulau kecil
diujung Indonesia, menikmati sajian alam yang begitu indah. Walaupun fasilitas
didaerah terpencil itu sangat minim namun dia merasa lebih tenang bekerja sebagai
Ahli Gizi ditempat itu, tepatnya dia bekerja dipuskesmas. Masalah Gizi di
tempat terpencil itu bisa dikatakan sangat serius karena masih banyaknya bayi
yang tidak mendapatkan Asi esklusif dan Gizi bayi yang masih ada dibawah normal
bahkan beberapa anak terdata sebagai gizi buruk.
Ria begitu sibuk melaksanakan tugasnya sebagai
ahli gizi di tempat terpencil itu. begitu banyak masalah yang harus dia
selesaikan, belum lagi masalah hati dan rindunya pada keluarga. Ria mulai
frustasi, jodoh yang diinginkannya tak kunjung datang, sementara semua temannya
silih berganti mengirimkan undangan lewat social media. Dia sudah cukup sabar
untuk membuka hatinya. Akhirnya Riapun mencoba untuk sendiri, benar-benar
sendiri dan berusaha untuk memperbaiki diri.
***
Puskesmas mengutus Ria untuk ikut terlibat
dalam acara TNI. Dia tidak sendiri namun bersama beberapa petugas kesehatan
lainnya, Lani sebagai perawat, Angel sebagai bidan, Rara sebagai tenaga farmasi
dan Eko sebagai kesehatan lingkungan. Seorang dokter juga terlibat dalam acara
itu namun dia hanya bertugas pada saat
pengobatan massal.
Semua acara berjalan sesuai prosedur, mulai
dari gotong royong sampai pada pengobatan massal. Dan acara penutupannya adalah
ekspedisi ke gunung jantan. Salah satu gunung tertinggi di pulau kecil itu.
Ria sangat bersemangat saat akan melakukan
ekspedisi ke gunung jantan. Dia sudah mengmimpikan ini sejak lama, berfoto
diatas awan dengan pemandangan yang memanjakan mata.
Namun niatnya itu terhalang, komandan kompi sekaligus ketua dari ekspedisi tersebut
tidak ingin ada cewek yang ikut berpatisipasi dalam ekspedisi tersebut.
Ria menjadi geram dan preotes pada komandan
itu. “maaf pak, bukannya kita sudah bekerja sama dari awal. Lalu kenapa
tiba-tiba kami dari pihak puskesmas tidak diperbolehkan untuk ikut dalam
kegiatan ekspedisi ini?” protes Ria saat mendengar penjelasan komandan yang
memberikan arahan.
“kami tidak ingin ada yang cedera bu, saat ini
cuaca tidak mendukung. Tadi pagi juga baru hujan, jalanannya licin dan terjal”.
Komandan kompi itu berucap tegas. Namun Ria masih tidak terimah juga,dia
terlanjur bersemangat untuk memulai petualangan barunya itu.
“tapi pak, kami ini tenaga medis jadi kalau
ada apa-apa kami bisa mengantisipasi dengan membawa obat-obatan yang memadai
dan satu lagi pak, sebelum saya ditempatkan dipulau ini saya dan teman-teman
saya sudah dilatih militer”. Ria menatap
komandan itu dengan tatapan memohon.
“baiklah kalian boleh ikut, tapi jika terjadi
apa-apa itu bukanlah tanggung jawab kami”.
“Siap komandan”. Ria berteriak sambil hormat
seperti seorang prajurit. Komandan kompi itupun memerintahkan semua untuk
bersap-siap.
***
Perjalananpun dimulai, Ria membawa
peralatan yang cukup banyak, bahkan dia membawa barang yang sebenarnya tidak di
butuhkan dalam perjalanan itu.
Jalur yang mereka lewati tidaklah
terlalu sulit, hujan yang membasahi tadi pagi membuat jalanan licin dan becek.
Para tentara yang terlatih tidaklah kesulitan melawati jalanan tersebut namun
Ria dan teman-teman terlihat kerepotan, hanya Eko yang bisa mengimbangi
jalannya tentara yang sudah berada di depan.
“apakah ibu sudah capek?”. Tanya
komandan kompi yang berbasa-basi. Ria hanya menatapnya cuek, tahu maksud
komandan itu yang hanya mengejeknya.
“Kalau sudah capek biar saya
menyuruh anak buah saya mengantar kalian pulang”. komandan itu tersenyum. Ria
semakin geram dibuatnya, teman-temannya sudah jalan lebih dulu hanya dia yang
tertinggal cukup jauh bersama Komandan yang sengaja mengejeknya itu.
“saya lebih kuat dari yang anda
pikirkan pak, dan satu lagi tidak usah panggil saya ibu. Cukup panggil saja
Ria”. Ria masih mencoba berbicara lebih sopan.
“baiklah mbak Ria, apa betul tidak
mau. Ini penawaran terakhir lo mbak”. Ucap komandan itu lagi.
“siap tidak komandan, sebaiknya
komandan Rangga jalan lebih dulu dan tidak usah mengganggu saya”. akhirnya Ria
tidak bisa menahan emosinya.
Setengah
perjalanan cukup menguras tenaga dan emosi Ria, namun pemandangan dipegunungan
itu membuatnya terhibur dan terpesona.
***
Jalan
setapak, terjal, bebatuan dapat dilalui dengan baik. hingga mereka tiba
ditempat persinggahan pertama, disebuah tepi danau yang sangat indah. Rasa
lelah terbayarkan seketika saat melihat betapa indahnya danau ditengah hutan
itu, air hijau dan jernih. Ria melepaskan semua barang bawaannya dan segera
berlari kearah danau itu, tidak sabar ingin menceburkan diri. Tangan kokoh
komandan Rangga mencegah langkahnya.
“lepaskan
tangannya saya komandan, saya mau kesana”. Ria meronta. Namun pegangan komandan
rangga semakin erat.
“danau
itu terlalu dalam, apakah kamu bisa berenang?”. Komandan Rangga menatapnya
dengan tatapan dingin.
“saya
hanya ingin cuci muka dipinggir danau itu”. teriak Ria, hingga membuat semua
mata tertuju padanya.
Komandan
Ranggapun melepaskan pegangannya. Dia melihat Ria melangkah pergi dengan kesal.
Matanya masih tertuju pada Ria, mengawasi gadis itu dari jauh.
Ria
mengeluarkan kamera dan berfoto bersama teman-temannya dari puskesmas. Mereka
tersenyum dan tertawa bergaya centil didepan kamera. “kak Ria, sepertinya
komdan itu selalu memperhatikan kak Ria”. Ucap Rara setelah beberapa kali
melihat komandan Rangga yang terus melihat kearah mereka.
“sudalah
itu tidak penting, dia itu nyebelin dan sok tahu”. Ria masih saja tersenyum
didepan kamera, mengacuhkan Rara.
“sepertinya
dia suka sama kak Ria deh, buktinya dia sangat perhatian sama kak Ria” Angel
angkat bicara setuju dengan Rara.
“dia
perhatian karena kita cewek”. Ria mulai risih dengan pemikiran kedua rekan
kerjanya itu.
“tapi
tadi waktu Angel terpeleset dia hanya melihat dan tidak melonong”. Rara masih tidak mau kalah.
“kalian
berdua apa-apaan sih sok tahu. Tadikan posisi Angel jauh didepan dan kami jauh
tertinggal dibelakang ”. Ria menatap Rara dengan jengkel.
“
ya iyalah tertinggal dibelakang, komandan Ranggakan jagain kak Ria” Angel dan
Rarapun tertawa puas melihat muka merah Ria.
“kami
setuju kok, kalau kak Ria jadian sama komandan itu. kak Riakan selalu
memimpikan punya calaon suami kayak yo si jin seperti drama korea. Yah walaupun
mukanya beda jauh tapi setidaknya profesi mereka samalah. Dan kalau
diperhatikan lebih detail, di cukup ganteng”.
Rara masih belum puas menggoda Ria. Riapun pergi dari tempat itu dengan
kesal.
***
Perjalanan
dilanjutkan kembali setelah beristirahat 15 menit. Ria mulai berdiri dan hendak
mengambil tasnya. Namun, dia kaget melihat komandan Rangga yang tiba-tiba
mengambil tas tersebut dan membawanya. Rara dan Angel tersenyum mengejek.
“mau
juga dong tas kami dibawain”. Ucap Angel sambil tertawa. Datanglah dua tentara
yang masing-masing mengambil tas mereka berdua. Mereka juga kaget melihat
perlakuan kedua tentara itu.
“Biar
mereka yang membawa tas kalian, perjalanan masih jauh dan kita harus sampai
puncak sebelum jam satu. Saya tidak ingin kalian meminta istirahat lagi
diperjalanan berikutnya”. Komandan Rangga berucap dengan tegas. Angel dan Rara
terdiam, mereka berdua melanjutkan perjalanan tanpa banyak bicara lagi.
Semakin
jauh perjalanan semakin terjal, beberapa kali, Angel,Rara dan Ria terpeleset
namun mereka tidak mengeluh lebih tepatnya berusaha tidak mengeluh. Sementara
itu Lani dan Eko terlihat lebih kuat.
“komandan
Puncak masih jauh?”. Tanya Ria, kakinya sudah keram. “kamu sudah capek, kalau
capek berhenti disini saja”. Komandan Rangga berseru dingin.
“sayakan
Cuma bertanya komandan, dan saya tidak akan menyerah sebelum sampai puncak”.
Ria menatap komandan itu dengan sinis.
“aku
bilang kita berhenti disini, karena kita sudah dipuncak”. Komandan Rangga
berlalu pergi. Ria baru menyadari saat memandang sekeliling, diapun takjub
melihat pemandangan di puncak itu, hampir seluruh daratan pulau kecil itu
terlihat. Saat para tim ekspedisi berkumpul. Ria dan teman-temannya dari
puskesmas sibuk berfoto.
“wah
sinyal ditempat ini kuat, update status ah”. Teriak Angel yang bergaya sambil
berfoto, tersenyum lebar didepan layar handphonenya.
Komandan
Rangga mendekati Ria yang masih sibuk berfoto, Komandan itu tiba-tiba menarik
tangan Ria menjauh dari teman-temannya.
“apa-apaan
sih, komandan lepaskan”. Ria meronta, namun komandan Rangga tidak
mempedulikannya. Merekapun sampai ditepi jurang. Ria diam terpaku melihat
indahnya pemandangan ditempat itu.
Hampir
seluruh tempat dipulau kecil ini terlihat, birunya laut ditepi pantai membuat
pemandangan lebih indah. Belum lagi awan yang terlihat sangat dekat. “disini
lebih keren jika ingin berfoto, hampir seluruh wilayah di pulau ini dapat
terlihat disini”. ucap Komandan Rangga tanpa mengalihkan pandangannya dari
wajah Ria.
“ayo
kita selfie”. Ria mendekat ke Komandan Rangga dan mengambil gambar. Komandan Rangga
terlihat kaku tanpa senyum.
“senyum
dong komandan, ini bukan foto KTP”. Ria merangkul Komdan Rangga. Komadan Rangga
mencoba senyum namun masih terlihat kaku.
“kamu
jangan protes lagi, aku memang susah senyum”. Ria tertawa melihat melihat
reaksi komandan Rangga.
Ria
tersenyum lebar didepan kamera sementara komandan Rangga masih terlihat kaku.
Tiba-tiba hp Ria berbunyi, ternyata itu panggilan telepon dari orang tuanya.
Riapun menjauh dari komandan Rangga untuk mendapatkan privasi.
“Halo ma… Assalamu Alaikum”. Terdengar suara
Ria sedikit bergetar rasa rindunya tidak terbendung lagi dengan kedua orang
tuanya.
“ iya ma, bang Andi sudah nikah, akukan sudah
putus tiga bulan yang lalu ma”. Raut wajah Ria sedikit berubah, dia terlihat
menahan tangisnya.
“iyaa… saya tahu, jodohkan tidak kemana.
Jangan Tanya terus kapan nikah, belum ada penggantinya”. Kini wajah Ria berubah
jadi kesal.
Komandan
Rangga mendekat, Ria tidak sadar komandan Rangga sudah berada dibelakangnya.
Komandan
Rangga semakin mendekatkan wajahnya penasaran ingin tahu dengan siapa Ria
menelpon. Ria membalikkan badan, jarak diantara mereka sangat dekat, hingga Ria
dapat melihat detail wajah komandan Rangga yang tegas. Riapun terpaku hingga mengacuhkan
ibunya yang masih sibuk mengoceh.
Komandan
Rangga tiba-tiba mengambil telpon Ria yang masih belum sadar. “ Halo, Assalamu
Alaikum tante. saya Rangga teman dekat Ria saat ini”. ucap Komandan Rangga
tanpa ragu, Ria mulai tersadar dan melototi komandan Rangga yang begitu
lancang. Diapun berusaha merebut kembali HPnya namun komanda Rangga jauh lebih
tinggi darinya hingga dia tidak bisa menjangkau HP itu.
“iya tante, saya akan selalu menjaga Ria dan
berjanji tidak akan menyakiti hatinya. Saya akan segera melamarnya, ehm mungkin
bulan depan jika Ria sudah siap. Lebih cepat lebih baik”. Komanda Rangga
tertawa lebar, entah apa yang dikatakan ibu Ria.
“siap tante. saya mencintai anak tante. saat
ini saya belum menjanjikan apa-apa, tapi dengan dia disamping saya, saya akan
menjadi pria yang lebih baik. Bukankah dibalik pria sukses ada wanita yang
hebat dibelakangnya. Dan saya pikir Ria adalah wanita yang tepat untuk saya
ajak berjuang bersama”.
Terdengar isak tangis mama Ria
diujung telpon. Ria terpaku menatap komandan Rangga yang menatapnya begitu
tulus. Air mata Ria mengalir tanpa dia sadari. “makasih yah tante sudah
melahirkan Ria, menjaga dan membesarkan calon tulang rusuk saya”. Komandan
Rangga tersenyum kearah Ria.
“bersediakah tante menjadi mertua saya?”.
Tanya komandan Rangga tanpa mengalihkan pandangannya pada Ria. Ria tertegun,
dia merasa seperti kesambar petir. Kakinya kaku tubuhnya lemas dan semua terasa
gelap.
Ria akhirnya tersadar, yang pertama
kali dilihatnya adalah komandan Rangga dengan wajah cemasnya. Dia merasa baru
memimpikan hal yang aneh. “apa yang terjadi pada saya?” Tanyanya.
“kamu
pinsan karena kecapean”. Jawab Rara yang berada tepat disamping komandan
Rangga.
“kami
semua mencemaskan kamu, tapi yang paling cemas komandan Rangga”. Angel milirik
komandan Rangga tersenyum penuh arti.
“tentu
saja saya cemas, diakan calon istri saya”. Teriak Komandan Rangga tanpa sadar. Semua
orang beserok bahkan anak buah komandan Rangga tidak segan mengejek dengan
suaranya yang keras.
“loh
kok calon istri? Memang saya sudah jawab iya”. Ria mulai berdiri menatap
komandan Rangga.
“ibumu
sudah merestui dan saya akan segera melamarmu akhir bulan ini”. semua semakin
bersorak gembira.
***
Tiga bulan telah berlalu komandan
Rangga dan Ria sudah resmi menjadi pasangan suami istri, merekapun memutuskan
mengambil cuti dan bulan madu di Bengkulu, kampung halaman Ria.
Komandan Rangga terlihat keren
dengan baju kaos oblong dipadukan dengan celana jeans pendek. Badannya yang
tegap dan berotot terlihat lebih seksi. Dia memegang tangan Ria erat. Riapun
merasa nyaman dan terlindungi.
Mereka berjalan sambil berpengan
tangan sangat romantic, semua mata tertuju pada mereka. “sayang kamu disini dulu yah, saya mau beli
minuman”. Komandan Rangga mencium kening Ria sebelum beranjak pergi. Semua
wanita yang berada ditempat itu menatap penuh iri. Ria hanya tersipu malu.
Ria duduk santai sambil menikmati
indahnya biru langit. Komandan Rangga masih belum kembali. Seseorang tiba-tiba
mendekat dan duduk disampingnya. “Sayang kok cepat banget…” ucap Ria sambil
berbalik menatap orang tersebut, ternyata orang itu bukanlah komandan Rangga. Wajah
Ria pucat pasih, kaget melihat orang tersebut. “maafkan saya, saya mau minta
kesempatan sekali lagi” ucap Andi itu yang merupakan mantan kekasih Ria.
“kamu
tahukan saya sudah punya suami dan kamu sendiri sudah punya istri jadi jangan
ganggu saya lagi”. Ria menatap lelaki itu emosi.
Lelaki
itu tertunduk “tapi saya masih mencintaimu, saya tidak bisa melupakanmu hingga saat
ini. saya tidak peduli jika kamu punya suami. saya ingin kita bersama kembali”.
Lelaki itu menarik paksa Ria, ingin memeluknya.
Komandan Rangga tiba-tiba menarik
baju lelaki itu, melayangkan tinjunya tepat diwajah lelaki itu, lelaki itu
terjatuh. Komandan Rangga belum puas, hendak memukul lagi. Ria memeluk suaminya
mencegah lelaki itu berbuat kasar.
“sudah
sayang, jangan pukul dia lagi. saya tidak ingin kamu dapat masalah hanya karena
orang ini”. Ria masih memeluk komandan Rangga, menenangkan lelaki itu.
“maafkan
saya yang tidak bisa bersama kamu kembali, saya sudah bahagia dengan kehidupan
saya sekarang jadi jangan ganggu lagi. kamu sudah punya istri maka cintailah
dia, jangan kamu khianati dia seperti kamu mengkhianati saya dulu. cukup saya
yang merasakan betapa sakitnya rasa itu, dan saya sudah menemukan lelaki yang
jauh lebih baik dari kamu”. Andi hanya tertunduk malu, meyeka bibirnya yang
berdarah.
Ria menarik komandan Rangga menjauh
dari tempat itu, berharap suaminya bisa lebih tenang. Komandan Rangga hanya
terdiam.
Mereka berjalan, menjauh dari tempat
keramain itu. Ria memegang erat tangan komandan Rangga yang masih kesal. Ria
tiba-tiba berhenti, memeluk komandan Rangga. “makasih yah sayang, kamu sudah
mengobati rasa sakitku. Saya adalah wanita beruntung yang bisa mendapatkan
lelaki sepertimu”. Ria menatap komandan Rangga sambil tersenyum.
“kamu
salah, sayalah lelaki yang paling bahagia bisa bersama wanita seperti kamu”.
Komandan Ranggapun membalas pelukan Ria. Matahari senja menjadi saksi bisu
luapan cinta mereka.
Cinta memang tidak bisa ditebak,
datang tanpa permisi, pergi tanpa pamit. Namun yang harus kita pahami, cinta
tidaklah pernah salah, hanya kitalah yang kadang salah mengartikan cinta. Cinta
tumbuh dalam hati, tapi tak harus diumbar sesuka hati. Karena cinta sejati itu
akan selalu menerimah apapun yang terjadi. Ria kini merasakan cintanya semakin
besar pada komandan Rangga, lelaki yang selalu membuatnya kesal namun tiba-tiba
melamarnya. Lelaki yang menyembuhkannya dari rasa sakitnya mencintai,
menumbuhkan cinta yang baru.
THE END