JODOH
UNTUK KAKAKKU (BROTHER)
Jam
diHPku sudah menunjukkan pukul 05.00 WITA. Terdengar suara adzan subuh, namun aku tetap tidur.
Kepalaku terasa digoncangkan, aku berusaha membuka mataku yang masih sangat
berat. “Hei… cepat bangun, sholat..sholat…”. terdengar suara kakakku Hanif yang
ternyata menarik bantal kepalaku. “iya.. tunggu dulu. Masih ngantuk”. Ucapku
dengan malas. “sholat dulu baru tidur lagi”. Diapun menceramahiku. Akhirnya aku
bangun dengan wajah yang kusut untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan
sholat subuh. Setelah sholat kuputuskan untuk melanjutkan tidurku lagi, mumpung
ini masih libur jadi aku bisa bermalas-malasan.
Kulihat sinar matahari disela-sela jendelaku yang
ternyata sudah sangat terang. Akupun bangun dengan rasa malas. “jam segini baru
bangun. Dasar malas”. Tegur kakak perempuanku yang bernama Yanti. Aku hanya
diam seolah tidak mendengar ocehannya. “jadi cewek itu harus rajin, jangan
malas-malasan. Mana ada cowok yang akan tertarik sama kamu kalau kamu begini
terus”. Colotehnya lagi. Kakakku ini memang selalu memarahiku jika aku
bermalas-malasan. Tapi, walaupun dia cerewet, dia sangat sayang padaku. Dia
bagaikan pengganti ibuku yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Aku bungsu
dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku bernama yanti dan kakakku yang kedua
bernama Hanif. Walaupun mereka sering mengomeliku tapi aku tahu mereka sangat
menyayangiku.
>>>
Hari ini aku merasa sangat bosan, waktuku hanya
kuhabiskan dengan nonton TV, makan dan tidur. Hanya kegiatan itu yang kulakukan
setiap libur semester. “kak… jalan yuk”. Ajakku pada kakakku Hanif. “malas…”
ucapnya jutek. Aku kesal melihat sikapnya itu. “aku bosan dirumah terus”.
Akupun sedikit memaksanya. Dia melihatku dengan kesal, namun tidak mengucapkan sepatah katapun. “baiklah
kalau kakak tidak mau, aku jalan sendiri saja”. Ucapku mengalah.
Setelah pulang, aku masih melihat kakakku Hanif duduk
ditempat yang sama, sepertinya dia tidak pernah beranjak dari tempat itu.
wajahnya terlihat sangat murung. Kucoba menghampiri dia. “kakak kesal gara-gara
aku?” ucapku membuka percakapan. Dia hanya terdiam, dengan pandangan yang
kosong. “maaf. Kalau aku membuat kakak bad mood”. Ucapku lagi dengan rasa
bersalah. “ini bukan salah kamu”. katanya tanpa melihatku. Akupun semakin
penasaran dengan sikap anehnya ini. “kalau bukan salah aku, terus kenapa kakak
sedih begini?” sifat kepokupun mulai muncul. “nanti aku ceritakan tapi sekarang
aku ingin sendiri dulu. Pergi sana”. Diapun beranjak dari tempatnya menuju
kekamarnya. Aku sedikit khawatir dengan sikap anehnya itu.
>>>
“selamat pagi kak…” ucapku penuh semangat pada kakakku
Hanif yang baru keluar dari kamarnya. “tumben kamu bangun sepagi ini”. ucapnya
sedikit bingung. “bangun pagi salah, bangun kesingan juga salah… serasa hidupku
serba salah”. Akupun sedikit kesal. “kakak Cuma bercanda. Jangan kesal begitu”.
Dia sedikit menghiburku. Ekspresi kesalku kini berubah menjadi wajah yang
penasaran, akupun mengungkit masalah kemarin yang sempat membuatnya galau
seharian penuh. “kemarin kakak kenapa?”. Tanyaku dengan wajah serius. “dasar
kepo… mau tahu urusan orang aja”. Ucapnya ketus. wajah penasaranku kini berubah
kembali menjadi kesal. “iii… katanya mau cerita. Ujung-ujungnya bikin
penasaran”. Seruku masih kesal. “nanti kamu akan tahu sendiri. Lagian aku lagi
malas membahasnya”. Ucapnya sambil duduk disofa. Karena aku masih tidak bisa
membendung penasaranku, akhirnya akupun duduk didekatnya.
Dilihat
dari raut wajahnya, kini dia lebih baik dari pada kemarin. Tapi, mendung
kegalauan masih terlihat menyelimutinya. “kenapa kamu melihat aku seperti itu”.
ucap kak Hanif protes ketika aku mengamati wajahnya. “kelihatannya kadar
kegalauan kakak lebih berkurang dari kemarin. Dilihat dari indikasinya susah
tersenyum, selalu marah, kebanyakan diam dan dengar lagu galau. Menimbulkan
efek samping susah tidur dan makan. Pasti kakak terkena penyakit patah Hati.
hahaha”. Ucapku seperti dokter cinta yang berpengalaman diikuti gelak tawaku.
“jangan pakai bahasa farmasi kamu, aku tidak mengerti”. Seru kak Hanif jutek.
“ilmu itu harus diaplikasikan kak, supaya bisa bermanfaat”. Ucapku tidak mau
kalah. “apanya yang bermanfaat, malah bikin tambah pusing. Pergi sana aku mau
sendiri”. Diapun mengusirku lagi.
>>>
Aku
tiba-tiba terbangun, kulihat HPku, ternyata ada 3 panggilan yang tidak
terjawab. Kulihat nama yang tertera pada layar HPku. Ternyata panggilan itu
dari Mary pacar kakakku. Kenapa dia bisa menelpon, apa dia punya masalah dengan
kak Hanif. Pikirku sejenak.
“kak
tadi Mery menelpon diHPku, apa kakak ada masalah dengannya?” tanyaku saat
melihat kak Hanif sedang nongkrong didepan TV. Dia hanya terdiam tidak ada niat
untuk menjawab pertanyaanku. “ditanya malah tidak menjawab, aku Tanya Mery
langsung aja”.akupun mengambil HPku dan mencari nomornya dikontak HPku.
Saat
aku akan menelponnya, tiba-tiba HPku berbunyi dan ternyata dia yang menelpon.
Aku segera mengangkatnya. “Halo, Assalamu Alaikum”. Ucapku. “walaikum Salam…”
ucapnya dengan nada halus. Cewek berperawakan putih dengan rambut panjang lurus
dan mempunyai mata yang bulat ini, memang sangat baik dan dia lebih dewasa dari
pada aku, padahal aku lebih tua satu tahun dari dia. “bisa bicara dengan
Rara?”. Ucapnya masih dengan suara halus. “iya, ini aku. Kenapa Mery?” ucapku
tanpa basa-basi. Sebenarnya aku agak bingung karena dia tidak pernah
menelponku. Kami hanya sering SMSan, dan kami juga tidak terlalu dekat. Aku hanya pernah melihat
dia sekali, saat dia datang kerumahku waktu idul fitri tahun lalu. “kak Hanif ada?” ucapnya dengan nada suara
yang berbeda. “iya… dia sedang nonton TV. Kamu mau bicara sama dia?”. Ucapku
sambil melihat kearah kak Hanif yang masih terfokus pada acara TV. “tidak.. tidak usah. Aku mau bicara sama
kamu?” ucapnya. Sepertinya dia ada masalah dengan kak Hanif, sampai-sampai dia
harus menelponku untuk menanyakan kabar kak Hanif. “ooo.. ada apa?”. Ucapku
agak bingung. “sebenarnya aku mau curhat sama kamu?”. kini suaranya berubah
menjadi serak. Seakan dia menahan tangisnya. “ kamu kenapa? Apa kak Hanif
menyakitimu? Apa dia selingkuh dengan wanita lain?”. tanyaku seperti wartawan
infotaiment. “tidak… kak Hanif sangat baik sama aku. Tapi, aku yang
menyakitinya”. ucapnya dengan isak tangis.
Aku
berusaha menjalankan logikaku dengan mengaitkan perubah sikap kakakku
akhir-akhir ini. “memang ada masalah apa diantara kalian?” aku berusaha untuk
tetap tenang tidak ingin terbawa emosi. “orang tuaku tidak merestui hubungan
aku dan kak Hanif. Orang tuaku menginginkan aku dan kak Hanif putus”. Kini
tangisnya semakin keras. aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. “sabar…
mungkin ini rintangan untuk menguji seberapa besar cinta kalian”. ucapku
berusaha untuk menghibur, walaupun kata-kata itu keluar dari refrensi film
Korea yang ku nonton. Ya maklum saja aku
belum merasakan jatuh Cinta. Aku masih mendengar isak tangisnya, sepertinya dia
sangat tertekan dengan situasi cintanya saat ini. “kalau kalian jodoh, pasti
akan ada jalan untuk mempersatukan
kalian”. ucapku lagi dengan mengutip lirik lagu. “saat ini aku sangat bingung.
Aku tidak ingin putus dengan kak Hanif tapi aku juga tidak mau membuat orang
tuaku marah”. Kini isak tangisnya sedikit meredah. “kalau menurut aku, kamu
sebaiknya menjelaskan keseriusan hubungan kamu dan kak Hanif, tapi dengan
cacatan jangan berkata kasar pada mereka dan kamu harus menjaga emosi kamu”.
ucapku dengan bijak. “makasih ya atas sarannya. Semoga aku dan kak Hanif bisa
mempertahankan hubungan kami”. Ucapnya penuh pengharapan. “ingat disamping
usaha jangan lupa berdoa”. Ucapku lagi sebelum mengakhiri pembicaraan.
>>>
Jam
sudah menunujukkan pukul 20.00 WITA, seperti biasanya aku sudah nongkrong
didepan TV menonton drama korea favoritku, walaupun aku harus berjuang
mendapatkan remote control dari kakakku Yanti. “setiap malam nonton korea
terus, apa kamu tidak bosan?” ucapnya agak kesal karena aku yang mendapatkan
remotenya. “tentu aku tidak bosan, ceritanya selalu menarik, susah ditebak”.
Ucapku penuh semangat. Karena capek berdebat akhirnya dia pergi tidur bersama
Ryan keponakanku. Akhirnya aku bisa juga menikmati drama ini. tapi, itu tidak
berlangsung lama karena kak Hanif sudah pulang dari rumah temannya.
“kenapa
kakak pulang cepat?” tanyaku saat dia sudah duduk didekatku. “kamu tidak suka
kalau aku pulang cepat?” ucapnya sewot. “tumben aja kakak pulang jam segini,
biasanya pulang larut malam”. Ucapku memberi alasan. Dia hanya diam. aku melihat tatapanya kosong.
Terlihat raut wajah kesedihan diwajahnya.
“kak…
sebenarnya aku sudah tahu masalah kakak dengan Mary?” ucapku dengan nada pelan.
Diapun menatapku kaget. “Mery sudah menceritakan semuanya padaku”. Seruku lagi
tanpa melihatnya. kualihkan pandanganku padanya. Dia tertunduk lesuh, wajahnya
memerah mehan emosi. mungkin jika aku berada diposisinya, aku akan menangis
tanpa henti. “jadi menurut kamu apa yang harus kulakukan?” ucapnya dengan suaran
bergetar. “jika kakak memang benar-benar cinta sama dia, kakak harus
memperjuangkannya”. “tapi, apa yang harus kuperjuangkan, orang tuanya tidak
suka sama aku. Bahkan ibunya pernah menelponku untuk mengatakan agar aku
menjauhi dia”. Kini suaranya sedikit meninggi. aku hanya terdiam. “aku memang
sangat sayang sama dia, tapi aku tidak ingin menjalani hubungan tanpa restu
seperti ini” ucap Kak Hanif lirih. “maaf
kak…”. Hanya itu yang dapat kukatakan, saat ini aku memang tidak tahu apa yang
harus kulakukan. Disatu sisi aku tidak ingin mereka ingin putus. Tapi, di sisi
lain hubungan mereka sulit dipersatukan. “aku harap semoga Allah SWT memberikan
yang terbaik buat kami”. Terlihat kak Hanif sangat sedih.
>>>
“selamat
pagi kak?” ucapku penuh semangat menyapa kak Hanif yang baru bangun dengan
wajah kusut. Dia mengabaikanku dan berjalan menuju kamar mandi. “dicuekin
lagi”. Ucapku sedikit kesal.
“kak,
bagaimana kabar Mary?” ucapku lagi setelah melihat dia keluar dari kamar mandi.
“dia baik-baik saja”. Ucapnya dengan lesuh. “apa hubungan kalian sudah
direstui?” tanyaku lagi tanpa henti, seakan ingin menggali informasi yang lebih
mendalam. “sepertinya hubungan kami tidak bisa dipertahankan”. Dia terlihat
sedih. “kenapa kakak semudah itu menyerah. Kakak harus memperjuangkan cinta
kakak”. Aku berusaha untuk memotivasi kak Hanif yang kelihatan sangat frustasi.
“apanya yang mau diperjuangkan, ini terlalu rumit”. Raut kesedihan diwajahnya
semakin terlihat. “seharusnya kakak lebih berusaha lagi. Apa kakak tidak pernah
menonton difilm, mereka memperjuangkan cinta mereka sampai titik darah
penghambisan”. Ucapku penuh semangat membara. “hidup tidak seindah film-film
korea”.serunya putus asa. “tapi apa salahnya kalau kakak lebih berusaha lagi.
Tanpa usaha memang semuanya akan terasa sulit, dan tentunya harus dibarengi
dengan doa”. Aku berusaha memberikan saran terbaikku.
Kak
Hanif terlihat tertunduk, aku melihat pancaran kesedihan dalam dirinya begitu
mendalam. “mungkin Allah menghadirkan dia bukan sebagai jodohku tapi sebagai
pembelajaran dalam hidupku agar aku menjadi lelaki yang lebih baik lagi”.
Ucapannya itu membuatku sedikit bingung. “kenapa kakak menyerah semudah ini”. aku
agak terbawa emosi. “terus apa yang harus kulakukan? Apa aku harus kawin lari
dengan dia”. teriaknya padaku. Wajahnya memerah, dia tampak sangat emosi.
mungkin ini karena aku atau Mery.
Aku
diam seribu bahasa. Suasana tampak hening. “maaf, kakak tidak bermaksud marah
sama kamu”. ucapnya dengan nada menyesal. “aku juga minta maaf kak, tapi aku
harap kak Hanif sama Mery bisa kembali bersama lagi”. Ucapku sekidit gugup.
“kami berdua tidak bisa bersama lagi. Dia sudah dijodohkan oleh kedua orang
tuanya”. Aku sangat kaget mendengar perkataan kak Hanif. Kualihkan pandanganku
padanya. “apa??? Kakak jangan bercanda”. Ucapku tak percaya. “aku hanya
berharap semoga lelaki itu bisa membahagiakan Mary”. Tampak setetes air mata
mengalir dipipi Kak Hanif.
>>>
“halo,
Assalamu alaikum”. Ucap seorang gadis. Dari suaranya yang khas, aku tahu kalau
yang menelpon adalah Mary. “walaikum salam”. Ucapku sedikit canggung. “apa
kabar Rara?”. “Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri bagaimna kabarnya?” tanyaku
balik. “aku kurang baik. orang tuaku menjodohkan aku dengan orang yang tidak aku kenal. Sedangkan aku masih
mencintai kak Hanif”. Kini suaranya terdengar agak serak. “sabar… aku sudah
tahu ceritanya dari kak Hanif. Aku harap semoga kamu bisa bahagia dengan orang
itu”. aku berusaha menghiburnya. “aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Orang
tuaku sudah mengatur semuanya, mereka tidak mempedulikan perasaanku”. Ucapnya
penuh emosi disertai tangis yang tidak terbendung lagi. “kamu jangan berkata
begitu. Mungkin menurut orang tuamu dia adalah lelaki yang tepat untuk
mendampingi kamu”. kataku dengan bijak. “nasi suah jadi bubur. Tidak ada lagi
yang bisa kulakukan selain menuruti kata mereka. Aku harap kamu dan kak hanif
bisa datang kepernikahanku minggu depan”. Aku hanya diam. “kamu bisa
datangkan”. Ucapnya lagi. “Mary… sebenarnya aku sangat ingin datang
kepernikahanmu. Tapi, minggu depan aku harus ke Makassar karena aku sudah masuk
kuliah”. Ucapku sedikit canggung. “padahal aku sangat mengaharapkan kehadiranmu.
Tapi, kak Hanif bisa datangkan?” tanyanya lagi. Aku bingung apa yang harus
kukatakan. “eee… aku tidak tahu. Tapi, nanti aku tanyakan sama kak Hanif”.
“Tolong sampaikan pada kak Hanif kalau aku minta maaf sama dia dan aku harap
dia bisa menghadiri pernikahanku”. Sepertinya dia merasa bersalah dengan kak
Hanif. “iya aku akan sampaikan”. Ucapku. Diapun mengakhiri pembicaraan dan
menutup teleponnya.
“kak…
liat kak Hanif?” ucapku pada kak Yanti. “mungkin dia ada dikamar”. Ucapnya
tanpa menoleh padaku. Akupun segera menuju kamar kak Hanif. Kulihat dia sedang
menatap foto Mary. Terdengarpula lagu galau dari tape recordernya. “kak ada
yang ingin aku katakan?” ucapku sambil masuk merenebos kekamarnya. “ada apa?”
ucapnya lesuh. “Mary mengundang kakak kepernikahannya”. Kulihat dia mematikan
tape recordernya dan mengalihkan pandangannya padaku. “tadi kamu bilang apa?”
dia tidak mendengar perkataanku, mungkin juga dia pura-pura tidak dengar. “Mary
mengundang kakak kepernikahannya dan dia juga mengundangku”. Ucapku dengan
suara yang sedikit keras. “aku sudah tahu, dia juga pernah mengatakan langsung
padaku”. Kini dia tampak tenang. “jadi kakak datangkan?” tanyaku lagi. “apa
kamu juga akan datang?” tanyanya juga padaku. “sebenarnya aku ingin sekali
datang. Tapi, aku juga harus balik kemakassar pada hari itu. dan aku harap
kakak bisa datang”.
Diapun
kembali menatap foto yang dari tadi dia pegang. “aku harap semoga wanita ini
bisa bahagia dengan lelaki pilihan orang tuanya. Dan Aku tidak bisa datang pada
hari bahagianya itu”. terlihat kesedihan kembali menyelimutinya. “tapi kakak
juga harus menghormati dia, karena dia sudah mengundang kita”. ucapku tanpa
mempedulikan perasaan kakakku. “walaupun aku diberikan uang 1 juta, aku tetap
tidak akan datang”. Kini suaranya sedikit meninggi. “maaf kak…”. Tiba-tiba suasana
menjadi sunyi.
Kulihat
kak Hanif merobek foto Mary yang dipegangnya. “sudah saatnya aku melupakan dia,
karena dia akan menjadi wanita orang lain”. Dia berusaha untuk tersenyum. “tapi
apa kakak betul-betul tidak bisa datang walaupun diberikan uang 1 juta? Kalau
aku sudah pasti datang, sudah makan gratis dapat uang pula. Hehehe”. Candaku
berusaha mencairkan suasana. “dasar matre. Hahaha… tapi, ini semua bukan
masalah uang tapi masalah hati. Uang bisa dicari tapi hati butuh waktu untuk
disembuhkan”. terbesit kedihan dibalik tawa kak Hanif.
“mungkin saatnya kakak move on. Mau aku
kenalkan sama teman-temanku?”. Kataku ceria. Kak Hanif melihatku sambil
tersenyum. “tapi mereka cantik-cantikkan?. “tentu saja, aku akan kenalkan kakak
dengan Sarah. Dia itu orangnya cantik, pintar, tinggi, senyumannya manis, dan
yang paling penting dia punya kakak cowok yang super ganteng. Jadi kalau aku
kenalkan kakak sama dia, aku juga bisa kenalan dengan kakaknya”. Ucapku dengan
penuh semangat. “itu sih untungnya dikamu. Jangan-jangan kamu ingin
memanfaatkan kakak?” dia terlihat curiga. “hahaha… ini namanya sambil menyelam
minum air”. Aku tertawa puas.
“tapi…
saat ini kakak tidak mau pacaran lagi?” ucapnya kembali serius. “kenapa kak?”
ucapku sedikit bingung. “aku ingin pacaran setelah menikah saja”. “jadi kakak
ingin menerima perjodohan kalau kakak dijodohkan sama Ayah?” tanyaku lagi.
“kalau memang wanita itu baik untukku, mengapa tidak”. Ucapnya pasrah. “jadi
kakak mau dijiodohkan seperti kak Yanti?” tanyaku seperti wartawan. “kenapa
tidak, toh kak Yanti juga sudah bahagia bersama kak Takdir”. Sepertinya kak
Hanif serius dengan keputusannya. “ya walaupun begitu aku masih tidak setuju
dengan system perjodohan dikularga kita. dan tentunya aku tidak ingin menjadi
korban perjodohan itu”. ucapku menguraikan pendapatku. “ aku juga tidak mau
menerima begitu saja. Kalau aku suka, aku terimah. Tapi. Kalau tidak, tentu
saja aku akan cari pasangan sendiri”. ucap kak Hanif tersentum lebar.
“kak
kenapa kita jadi bahas perjodohan keluarga?” ucapku bingung setelah menyadari
percakapan yang sudah melenceng ini. “kamu duluankan yang bahas tentang
perjodohan?” Kak Hanif menyalahkan aku.
“semoga
kakak mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Mary”. ucapku mengalihkan
pembicaraan. “Allah menghadirkan Mary dalam kehidupanku sebagai pembelajaran.
Dan dengan kejadian ini, aku mendapat banyak hikmah. Aku jadi mengerti, mengapa
agama islam melarang kita untuk pacaran. Karena memang dalam pacaran kita tidak
mendapat manfaat. seperti aku yang hanya mendapatkan rasa sakit hati”. Ucap kak
Hanif dengan bijak disertai kesedihan yang masih terpendam dalam hatinya. Aku hanya
tersenyum melihatnya. aku harap Allah memberikan jodoh terbaik untuknya.
Allah
menitipkan cinta dalam hati kita, tapi kita yang salah mengartikan cinta. Kita
terkadang menyalahkan cinta ketika kita terluka, namun cinta tidak pernah salah.
Mencitai
seseorang bukan berarti bejodoh dengannya, tapi berjodoh dengan seseorang
berarti kita mencintainya
THE END