Friday 20 September 2013


JODOH UNTUK KAKAKKU (BROTHER)

            Jam diHPku sudah menunjukkan pukul 05.00 WITA. Terdengar  suara adzan subuh, namun aku tetap tidur. Kepalaku terasa digoncangkan, aku berusaha membuka mataku yang masih sangat berat. “Hei… cepat bangun, sholat..sholat…”. terdengar suara kakakku Hanif yang ternyata menarik bantal kepalaku. “iya.. tunggu dulu. Masih ngantuk”. Ucapku dengan malas. “sholat dulu baru tidur lagi”. Diapun menceramahiku. Akhirnya aku bangun dengan wajah yang kusut untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat kuputuskan untuk melanjutkan tidurku lagi, mumpung ini masih libur jadi aku bisa bermalas-malasan.
            Kulihat sinar matahari disela-sela jendelaku yang ternyata sudah sangat terang. Akupun bangun dengan rasa malas. “jam segini baru bangun. Dasar malas”. Tegur kakak perempuanku yang bernama Yanti. Aku hanya diam seolah tidak mendengar ocehannya. “jadi cewek itu harus rajin, jangan malas-malasan. Mana ada cowok yang akan tertarik sama kamu kalau kamu begini terus”. Colotehnya lagi. Kakakku ini memang selalu memarahiku jika aku bermalas-malasan. Tapi, walaupun dia cerewet, dia sangat sayang padaku. Dia bagaikan pengganti ibuku yang sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Aku bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku bernama yanti dan kakakku yang kedua bernama Hanif. Walaupun mereka sering mengomeliku tapi aku tahu mereka sangat menyayangiku.
>>> 
            Hari ini aku merasa sangat bosan, waktuku hanya kuhabiskan dengan nonton TV, makan dan tidur. Hanya kegiatan itu yang kulakukan setiap libur semester. “kak… jalan yuk”. Ajakku pada kakakku Hanif. “malas…” ucapnya jutek. Aku kesal melihat sikapnya itu. “aku bosan dirumah terus”. Akupun sedikit memaksanya. Dia melihatku dengan kesal, namun  tidak mengucapkan sepatah katapun. “baiklah kalau kakak tidak mau, aku jalan sendiri saja”. Ucapku mengalah.
            Setelah pulang, aku masih melihat kakakku Hanif duduk ditempat yang sama, sepertinya dia tidak pernah beranjak dari tempat itu. wajahnya terlihat sangat murung. Kucoba menghampiri dia. “kakak kesal gara-gara aku?” ucapku membuka percakapan. Dia hanya terdiam, dengan pandangan yang kosong. “maaf. Kalau aku membuat kakak bad mood”. Ucapku lagi dengan rasa bersalah. “ini bukan salah kamu”. katanya tanpa melihatku. Akupun semakin penasaran dengan sikap anehnya ini. “kalau bukan salah aku, terus kenapa kakak sedih begini?” sifat kepokupun mulai muncul. “nanti aku ceritakan tapi sekarang aku ingin sendiri dulu. Pergi sana”. Diapun beranjak dari tempatnya menuju kekamarnya. Aku sedikit khawatir dengan sikap anehnya itu.
>>> 
            “selamat pagi kak…” ucapku penuh semangat pada kakakku Hanif yang baru keluar dari kamarnya. “tumben kamu bangun sepagi ini”. ucapnya sedikit bingung. “bangun pagi salah, bangun kesingan juga salah… serasa hidupku serba salah”. Akupun sedikit kesal. “kakak Cuma bercanda. Jangan kesal begitu”. Dia sedikit menghiburku. Ekspresi kesalku kini berubah menjadi wajah yang penasaran, akupun mengungkit masalah kemarin yang sempat membuatnya galau seharian penuh. “kemarin kakak kenapa?”. Tanyaku dengan wajah serius. “dasar kepo… mau tahu urusan orang aja”. Ucapnya ketus. wajah penasaranku kini berubah kembali menjadi kesal. “iii… katanya mau cerita. Ujung-ujungnya bikin penasaran”. Seruku masih kesal. “nanti kamu akan tahu sendiri. Lagian aku lagi malas membahasnya”. Ucapnya sambil duduk disofa. Karena aku masih tidak bisa membendung penasaranku, akhirnya akupun duduk didekatnya.
Dilihat dari raut wajahnya, kini dia lebih baik dari pada kemarin. Tapi, mendung kegalauan masih terlihat menyelimutinya. “kenapa kamu melihat aku seperti itu”. ucap kak Hanif protes ketika aku mengamati wajahnya. “kelihatannya kadar kegalauan kakak lebih berkurang dari kemarin. Dilihat dari indikasinya susah tersenyum, selalu marah, kebanyakan diam dan dengar lagu galau. Menimbulkan efek samping susah tidur dan makan. Pasti kakak terkena penyakit patah Hati. hahaha”. Ucapku seperti dokter cinta yang berpengalaman diikuti gelak tawaku. “jangan pakai bahasa farmasi kamu, aku tidak mengerti”. Seru kak Hanif jutek. “ilmu itu harus diaplikasikan kak, supaya bisa bermanfaat”. Ucapku tidak mau kalah. “apanya yang bermanfaat, malah bikin tambah pusing. Pergi sana aku mau sendiri”. Diapun mengusirku lagi.
>>> 
Aku tiba-tiba terbangun, kulihat HPku, ternyata ada 3 panggilan yang tidak terjawab. Kulihat nama yang tertera pada layar HPku. Ternyata panggilan itu dari Mary pacar kakakku. Kenapa dia bisa menelpon, apa dia punya masalah dengan kak Hanif. Pikirku sejenak.
“kak tadi Mery menelpon diHPku, apa kakak ada masalah dengannya?” tanyaku saat melihat kak Hanif sedang nongkrong didepan TV. Dia hanya terdiam tidak ada niat untuk menjawab pertanyaanku. “ditanya malah tidak menjawab, aku Tanya Mery langsung aja”.akupun mengambil HPku dan mencari nomornya dikontak HPku.
Saat aku akan menelponnya, tiba-tiba HPku berbunyi dan ternyata dia yang menelpon. Aku segera mengangkatnya. “Halo, Assalamu Alaikum”. Ucapku. “walaikum Salam…” ucapnya dengan nada halus. Cewek berperawakan putih dengan rambut panjang lurus dan mempunyai mata yang bulat ini, memang sangat baik dan dia lebih dewasa dari pada aku, padahal aku lebih tua satu tahun dari dia. “bisa bicara dengan Rara?”. Ucapnya masih dengan suara halus. “iya, ini aku. Kenapa Mery?” ucapku tanpa basa-basi. Sebenarnya aku agak bingung karena dia tidak pernah menelponku. Kami hanya sering SMSan, dan kami juga  tidak terlalu dekat. Aku hanya pernah melihat dia sekali, saat dia datang kerumahku waktu idul fitri tahun lalu.  “kak Hanif ada?” ucapnya dengan nada suara yang berbeda. “iya… dia sedang nonton TV. Kamu mau bicara sama dia?”. Ucapku sambil melihat kearah kak Hanif yang masih terfokus pada acara TV.  “tidak.. tidak usah. Aku mau bicara sama kamu?” ucapnya. Sepertinya dia ada masalah dengan kak Hanif, sampai-sampai dia harus menelponku untuk menanyakan kabar kak Hanif. “ooo.. ada apa?”. Ucapku agak bingung. “sebenarnya aku mau curhat sama kamu?”. kini suaranya berubah menjadi serak. Seakan dia menahan tangisnya. “ kamu kenapa? Apa kak Hanif menyakitimu? Apa dia selingkuh dengan wanita lain?”. tanyaku seperti wartawan infotaiment. “tidak… kak Hanif sangat baik sama aku. Tapi, aku yang menyakitinya”. ucapnya dengan isak tangis.
Aku berusaha menjalankan logikaku dengan mengaitkan perubah sikap kakakku akhir-akhir ini. “memang ada masalah apa diantara kalian?” aku berusaha untuk tetap tenang tidak ingin terbawa emosi. “orang tuaku tidak merestui hubungan aku dan kak Hanif. Orang tuaku menginginkan aku dan kak Hanif putus”. Kini tangisnya semakin keras. aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. “sabar… mungkin ini rintangan untuk menguji seberapa besar cinta kalian”. ucapku berusaha untuk menghibur, walaupun kata-kata itu keluar dari refrensi film Korea yang ku nonton.  Ya maklum saja aku belum merasakan jatuh Cinta. Aku masih mendengar isak tangisnya, sepertinya dia sangat tertekan dengan situasi cintanya saat ini. “kalau kalian jodoh, pasti akan ada jalan  untuk mempersatukan kalian”. ucapku lagi dengan mengutip lirik lagu. “saat ini aku sangat bingung. Aku tidak ingin putus dengan kak Hanif tapi aku juga tidak mau membuat orang tuaku marah”. Kini isak tangisnya sedikit meredah. “kalau menurut aku, kamu sebaiknya menjelaskan keseriusan hubungan kamu dan kak Hanif, tapi dengan cacatan jangan berkata kasar pada mereka dan kamu harus menjaga emosi kamu”. ucapku dengan bijak. “makasih ya atas sarannya. Semoga aku dan kak Hanif bisa mempertahankan hubungan kami”. Ucapnya penuh pengharapan. “ingat disamping usaha jangan lupa berdoa”. Ucapku lagi sebelum mengakhiri pembicaraan.
>>> 
Jam sudah menunujukkan pukul 20.00 WITA, seperti biasanya aku sudah nongkrong didepan TV menonton drama korea favoritku, walaupun aku harus berjuang mendapatkan remote control dari kakakku Yanti. “setiap malam nonton korea terus, apa kamu tidak bosan?” ucapnya agak kesal karena aku yang mendapatkan remotenya. “tentu aku tidak bosan, ceritanya selalu menarik, susah ditebak”. Ucapku penuh semangat. Karena capek berdebat akhirnya dia pergi tidur bersama Ryan keponakanku. Akhirnya aku bisa juga menikmati drama ini. tapi, itu tidak berlangsung lama karena kak Hanif sudah pulang dari rumah temannya.
“kenapa kakak pulang cepat?” tanyaku saat dia sudah duduk didekatku. “kamu tidak suka kalau aku pulang cepat?” ucapnya sewot. “tumben aja kakak pulang jam segini, biasanya pulang larut malam”. Ucapku memberi alasan.  Dia hanya diam. aku melihat tatapanya kosong. Terlihat raut wajah kesedihan diwajahnya.
“kak… sebenarnya aku sudah tahu masalah kakak dengan Mary?” ucapku dengan nada pelan. Diapun menatapku kaget. “Mery sudah menceritakan semuanya padaku”. Seruku lagi tanpa melihatnya. kualihkan pandanganku padanya. Dia tertunduk lesuh, wajahnya memerah mehan emosi. mungkin jika aku berada diposisinya, aku akan menangis tanpa henti. “jadi menurut kamu apa yang harus kulakukan?” ucapnya dengan suaran bergetar. “jika kakak memang benar-benar cinta sama dia, kakak harus memperjuangkannya”. “tapi, apa yang harus kuperjuangkan, orang tuanya tidak suka sama aku. Bahkan ibunya pernah menelponku untuk mengatakan agar aku menjauhi dia”. Kini suaranya sedikit meninggi. aku hanya terdiam. “aku memang sangat sayang sama dia, tapi aku tidak ingin menjalani hubungan tanpa restu seperti ini” ucap Kak Hanif lirih.  “maaf kak…”. Hanya itu yang dapat kukatakan, saat ini aku memang tidak tahu apa yang harus kulakukan. Disatu sisi aku tidak ingin mereka ingin putus. Tapi, di sisi lain hubungan mereka sulit dipersatukan. “aku harap semoga Allah SWT memberikan yang terbaik buat kami”. Terlihat kak Hanif sangat sedih.
>>> 
“selamat pagi kak?” ucapku penuh semangat menyapa kak Hanif yang baru bangun dengan wajah kusut. Dia mengabaikanku dan berjalan menuju kamar mandi. “dicuekin lagi”. Ucapku sedikit kesal.
“kak, bagaimana kabar Mary?” ucapku lagi setelah melihat dia keluar dari kamar mandi. “dia baik-baik saja”. Ucapnya dengan lesuh. “apa hubungan kalian sudah direstui?” tanyaku lagi tanpa henti, seakan ingin menggali informasi yang lebih mendalam. “sepertinya hubungan kami tidak bisa dipertahankan”. Dia terlihat sedih. “kenapa kakak semudah itu menyerah. Kakak harus memperjuangkan cinta kakak”. Aku berusaha untuk memotivasi kak Hanif yang kelihatan sangat frustasi. “apanya yang mau diperjuangkan, ini terlalu rumit”. Raut kesedihan diwajahnya semakin terlihat. “seharusnya kakak lebih berusaha lagi. Apa kakak tidak pernah menonton difilm, mereka memperjuangkan cinta mereka sampai titik darah penghambisan”. Ucapku penuh semangat membara. “hidup tidak seindah film-film korea”.serunya putus asa. “tapi apa salahnya kalau kakak lebih berusaha lagi. Tanpa usaha memang semuanya akan terasa sulit, dan tentunya harus dibarengi dengan doa”. Aku berusaha memberikan saran terbaikku.
Kak Hanif terlihat tertunduk, aku melihat pancaran kesedihan dalam dirinya begitu mendalam. “mungkin Allah menghadirkan dia bukan sebagai jodohku tapi sebagai pembelajaran dalam hidupku agar aku menjadi lelaki yang lebih baik lagi”. Ucapannya itu membuatku sedikit bingung. “kenapa kakak menyerah semudah ini”. aku agak terbawa emosi. “terus apa yang harus kulakukan? Apa aku harus kawin lari dengan dia”. teriaknya padaku. Wajahnya memerah, dia tampak sangat emosi. mungkin ini karena aku atau Mery.
Aku diam seribu bahasa. Suasana tampak hening. “maaf, kakak tidak bermaksud marah sama kamu”. ucapnya dengan nada menyesal. “aku juga minta maaf kak, tapi aku harap kak Hanif sama Mery bisa kembali bersama lagi”. Ucapku sekidit gugup. “kami berdua tidak bisa bersama lagi. Dia sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya”. Aku sangat kaget mendengar perkataan kak Hanif. Kualihkan pandanganku padanya. “apa??? Kakak jangan bercanda”. Ucapku tak percaya. “aku hanya berharap semoga lelaki itu bisa membahagiakan Mary”. Tampak setetes air mata mengalir dipipi Kak Hanif.
>>> 
“halo, Assalamu alaikum”. Ucap seorang gadis. Dari suaranya yang khas, aku tahu kalau yang menelpon adalah Mary. “walaikum salam”. Ucapku sedikit canggung. “apa kabar Rara?”. “Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri bagaimna kabarnya?” tanyaku balik. “aku kurang baik. orang tuaku menjodohkan aku dengan orang yang  tidak aku kenal. Sedangkan aku masih mencintai kak Hanif”. Kini suaranya terdengar agak serak. “sabar… aku sudah tahu ceritanya dari kak Hanif. Aku harap semoga kamu bisa bahagia dengan orang itu”. aku berusaha menghiburnya. “aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Orang tuaku sudah mengatur semuanya, mereka tidak mempedulikan perasaanku”. Ucapnya penuh emosi disertai tangis yang tidak terbendung lagi. “kamu jangan berkata begitu. Mungkin menurut orang tuamu dia adalah lelaki yang tepat untuk mendampingi kamu”. kataku dengan bijak. “nasi suah jadi bubur. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain menuruti kata mereka. Aku harap kamu dan kak hanif bisa datang kepernikahanku minggu depan”. Aku hanya diam. “kamu bisa datangkan”. Ucapnya lagi. “Mary… sebenarnya aku sangat ingin datang kepernikahanmu. Tapi, minggu depan aku harus ke Makassar karena aku sudah masuk kuliah”. Ucapku sedikit canggung. “padahal aku sangat mengaharapkan kehadiranmu. Tapi, kak Hanif bisa datangkan?” tanyanya lagi. Aku bingung apa yang harus kukatakan. “eee… aku tidak tahu. Tapi, nanti aku tanyakan sama kak Hanif”. “Tolong sampaikan pada kak Hanif kalau aku minta maaf sama dia dan aku harap dia bisa menghadiri pernikahanku”. Sepertinya dia merasa bersalah dengan kak Hanif. “iya aku akan sampaikan”. Ucapku. Diapun mengakhiri pembicaraan dan menutup teleponnya.
“kak… liat kak Hanif?” ucapku pada kak Yanti. “mungkin dia ada dikamar”. Ucapnya tanpa menoleh padaku. Akupun segera menuju kamar kak Hanif. Kulihat dia sedang menatap foto Mary. Terdengarpula lagu galau dari tape recordernya. “kak ada yang ingin aku katakan?” ucapku sambil masuk merenebos kekamarnya. “ada apa?” ucapnya lesuh. “Mary mengundang kakak kepernikahannya”. Kulihat dia mematikan tape recordernya dan mengalihkan pandangannya padaku. “tadi kamu bilang apa?” dia tidak mendengar perkataanku, mungkin juga dia pura-pura tidak dengar. “Mary mengundang kakak kepernikahannya dan dia juga mengundangku”. Ucapku dengan suara yang sedikit keras. “aku sudah tahu, dia juga pernah mengatakan langsung padaku”. Kini dia tampak tenang. “jadi kakak datangkan?” tanyaku lagi. “apa kamu juga akan datang?” tanyanya juga padaku. “sebenarnya aku ingin sekali datang. Tapi, aku juga harus balik kemakassar pada hari itu. dan aku harap kakak bisa datang”.
Diapun kembali menatap foto yang dari tadi dia pegang. “aku harap semoga wanita ini bisa bahagia dengan lelaki pilihan orang tuanya. Dan Aku tidak bisa datang pada hari bahagianya itu”. terlihat kesedihan kembali menyelimutinya. “tapi kakak juga harus menghormati dia, karena dia sudah mengundang kita”. ucapku tanpa mempedulikan perasaan kakakku. “walaupun aku diberikan uang 1 juta, aku tetap tidak akan datang”. Kini suaranya sedikit meninggi. “maaf kak…”. Tiba-tiba suasana menjadi sunyi.
Kulihat kak Hanif merobek foto Mary yang dipegangnya. “sudah saatnya aku melupakan dia, karena dia akan menjadi wanita orang lain”. Dia berusaha untuk tersenyum. “tapi apa kakak betul-betul tidak bisa datang walaupun diberikan uang 1 juta? Kalau aku sudah pasti datang, sudah makan gratis dapat uang pula. Hehehe”. Candaku berusaha mencairkan suasana. “dasar matre. Hahaha… tapi, ini semua bukan masalah uang tapi masalah hati. Uang bisa dicari tapi hati butuh waktu untuk disembuhkan”. terbesit kedihan dibalik tawa kak Hanif.
 “mungkin saatnya kakak move on. Mau aku kenalkan sama teman-temanku?”. Kataku ceria. Kak Hanif melihatku sambil tersenyum. “tapi mereka cantik-cantikkan?. “tentu saja, aku akan kenalkan kakak dengan Sarah. Dia itu orangnya cantik, pintar, tinggi, senyumannya manis, dan yang paling penting dia punya kakak cowok yang super ganteng. Jadi kalau aku kenalkan kakak sama dia, aku juga bisa kenalan dengan kakaknya”. Ucapku dengan penuh semangat. “itu sih untungnya dikamu. Jangan-jangan kamu ingin memanfaatkan kakak?” dia terlihat curiga. “hahaha… ini namanya sambil menyelam minum air”. Aku tertawa puas.
“tapi… saat ini kakak tidak mau pacaran lagi?” ucapnya kembali serius. “kenapa kak?” ucapku sedikit bingung. “aku ingin pacaran setelah menikah saja”. “jadi kakak ingin menerima perjodohan kalau kakak dijodohkan sama Ayah?” tanyaku lagi. “kalau memang wanita itu baik untukku, mengapa tidak”. Ucapnya pasrah. “jadi kakak mau dijiodohkan seperti kak Yanti?” tanyaku seperti wartawan. “kenapa tidak, toh kak Yanti juga sudah bahagia bersama kak Takdir”. Sepertinya kak Hanif serius dengan keputusannya. “ya walaupun begitu aku masih tidak setuju dengan system perjodohan dikularga kita. dan tentunya aku tidak ingin menjadi korban perjodohan itu”. ucapku menguraikan pendapatku. “ aku juga tidak mau menerima begitu saja. Kalau aku suka, aku terimah. Tapi. Kalau tidak, tentu saja aku akan cari pasangan sendiri”. ucap kak Hanif tersentum lebar.
“kak kenapa kita jadi bahas perjodohan keluarga?” ucapku bingung setelah menyadari percakapan yang sudah melenceng ini. “kamu duluankan yang bahas tentang perjodohan?” Kak Hanif menyalahkan aku.
“semoga kakak mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Mary”. ucapku mengalihkan pembicaraan. “Allah menghadirkan Mary dalam kehidupanku sebagai pembelajaran. Dan dengan kejadian ini, aku mendapat banyak hikmah. Aku jadi mengerti, mengapa agama islam melarang kita untuk pacaran. Karena memang dalam pacaran kita tidak mendapat manfaat. seperti aku yang hanya mendapatkan rasa sakit hati”. Ucap kak Hanif dengan bijak disertai kesedihan yang masih terpendam dalam hatinya. Aku hanya tersenyum melihatnya. aku harap Allah memberikan jodoh terbaik untuknya. 

Allah menitipkan cinta dalam hati kita, tapi kita yang salah mengartikan cinta. Kita terkadang menyalahkan cinta ketika kita terluka, namun cinta tidak pernah salah.

Mencitai seseorang bukan berarti bejodoh dengannya, tapi berjodoh dengan seseorang berarti kita mencintainya

 THE END

Sunday 1 September 2013

     

By : CANRADEWI

TULANG RUSUK YANG TAK SEMPURNAH
“Halo… Assalamu Alaikum…”. Suara itu membuat jantung Yani berdetak kencang. “Halo…” ucapnya lagi. Yani berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak. “walaikum salam” ucapnya hanya bisa menjawab salamnya. “bagaimana kabar kamu? Sudah lama aku tidak mendengar suaramu?” tanyanya lagi. Ternyata suaranya tidak berubah masih seperti dulu, saat dia mengajar Yani dibangku SMA. “Alhamdulillah baik pak”. Jawab Yani cukup singkat. “Alhamdulillah kalau begitu, bagaimana dengan kuliahmu?” Tanyanya berusaha membuka percakapan. “ Alhamdulillah lancar pak”. Ucap Yani lagi. “Alhamdulillah… apa kamu tidak mau menyakan kabarku?”. Tanyanya dengan nada bercanda.
Sebenarnya Aryani sudah lama berusaha melupakan gurunya tersebut, dia berusaha untuk menghindarinya. “baiklah bagaimana kabar bapak?” ucap yani akhirnya. “kenapa kamu terkesan terpaksa menanyakan kabarku? Tapi mungkin itu hanya perasaanku, Alhamdulillah aku juga baik”. mungkin dia agak curiga dengan perkataan Yani tadi. Yani berusaha untuk mengendalikan dirinya dan berusaha untuk mencairkan suasana.
“Baik-baik ya disana, jangan lupa belajar” katanya sebelum menutup teleponnya. Dia menghembuskan napas panjang, lalu menatap Hpnya dengan kesal. Kenapa hari ini dia muncul lagi setelah sekian lama Yani berusaha untuk melupakannya.
Yani semakin kesal ketika mengingat semasa SMAnya. Dia mengingat ketika bertemu dengan gurunya tersebut. Saat itu Yani masih duduk dibangku kelas XI.IPA 1. Yani masih ingat pada saat Pak Irwan pertama kali masuk kekelas dan tiba-tiba memberikan soal. tidak ada siswa yang bisa lihat buku, akhirnya mereka menjawab soal tersebut dengan seadanya sesuai kemampuan otak mereka. “Selesai tidak selesai soalnya harus dikumpul”. Teriak Pak Irwan didepan kelas. Sesuana kelas yang tadinya tenang menjadi ribut karena banyak siswa yang belum selesai menjawab soalnya.
Akhirnya semua kertas soal sudah berada ditangan Pak Irwan. Dia langsung memeriksa soal-soal tersebut. Semua siswa yang tadinya ribut kini sudah tenang kembali dan mereka sangat deg-degan menunggu hasil jawaban mereka.
Tiba-tiba pak Irwan berdiri dan merobek kertas jawaban siswa yang nilainya sangat rendah. Semua siswa semakin ketakutan melihat ekspresi wajah Pak Irwan yang kelihatan sangat marah melihat jawaban siswa-siswanya. “apa begini hasil belajar kalian selama ini? ini Cuma soal yang sangat mudah yang saya berikan pada kalian. Kenapa hasilnya sangat mengecewakan?” teriak pak Irwan. “mulai sekarang saya akan memberikan kuis seperti ini setiap saya masuk mengajar”. Katanya lagi. Diapun meninggalkan kelas itu walaupun jam pelajaran belum berakhir.
Setelah melihat pak Irwan keluar dari kelas semua siswa menjadi ribut. Mereka semua kesal dengan perlakuan guru baru itu, begitupun dengan Yani. Dia sangat kesal dan emosi ketika melihat guru baru itu merobek kertas jawaban temannya. Walaupun  Kertas Yani tidak dirobek karena hasil jawabannya cukup bagus dan dia termasuk siswi yang pintar. Tapi Yani merasa bahwa guru itu tidak menghargai hasil pemikiran siswanya. Dan mulai saat itu Yani sangat membenci guru itu.
Sudah dua minggu pak Irwan mengajar dan diapun selalu memberikan kuis sebelum mulai mengajar. Tapi, dia sudah tidak merobek kertas siswa-siswa yang nilainya rendah. Dia hanya memberikan tugas tambahan pada siswa-siswa itu. Yani yang memang termasuk salah satu siswi yang pintar dan mulai dikenal oleh pak Irwan. Karena setiap kuis nilainya selalu bagus. Yani sering diminta oleh Pak Irwan untuk mengerjakan soal yang ada dipapan tulis. Lama kelamaan pak Irwan sepertinya ketagihan memanggil nama Yani.
“Hei.. kamu tolong panggilkan Aryani”. Ucap pak Irwan pada siswa yang sedang lewat didekat ruang guru. “iya pak”. Kata siswa itu. tidak lama kemudian Yani sudah berada didepan ruang guru. “maaf pak, kenapa bapak mencari saya?” Tanya Yani yang sudah berada didepan meja pak Irwan. “tolong belikan air dikantin belakang”. Suruh pak Irwan sambil memberikan ungannya pada yani.
Yani merasa kesal, karena dia dipanggil hanya untuk membeli air. Padahal kelasnya cukup jauh dari ruang guru. “kenapa guru itu tidak menyuruh siswa yang tadi, padahalkan bisa lebih cepat kalau dia meyuruh siswa itu”. Gerutu yani saat menuju kantin.
Semakin lama Yani semakin sering dipanggil Pak Irwan, kadang dia hanya disuruh membeli makanan dan sering juga disuruh untuk membagikan buku tugas temannya. Tanpa sadar Yani merasa semakin menganal guru itu dan semakin dekat dengannya.
Siswa-siswa merasa curiga dengan kedekatan Yani dan Pak Irwan, akhirnya gosippun beredar kalau yani dan pak Irwan pacaran. Yani sering kali diejek oleh teman-temannya, dan dia selalu menyangkal ejekan temannya itu.
Indri salah satu teman baiknya sewaktu SMP yang baru pindah disekolah itupun, merasa curiga dengan kedekatan Yani dan Pak Irwan. Karena penasaran akhirnya Indri menanyakan langsung pada Yani. “Yani… apa kamu benar-benar pacaran dengan pak Irwan” Tanya Indri didepan kelas. Yani hanya diam terpaku dengan wajah yang merah. “apa kamu benar-benar pacaran dengan dia?” Tanya indri sekali lagi. “tidak...tidak..tidak… itu hanya gossip”. Ucap yani yang tampak panik. “syukurlah aku pikir kamu benar-benar pacaran sama pak Irwan”. Seru Indri tersenyum ceria.
Tidak terasa tahun ajaran baru telah dimulai dan sekarang ini Aryani sudah kelas XII.ipa 1. Hari pertama sekolah dimulai dengan pelajaran TIK di lab.komputer, karena komputernya tidak cukup untuk setiap siswa akhirnya pak Irawan membagi dua kelompok siswa yang bergantian masuk kedalam lab. Dan dia memanggil dua siswa yang dia ajar untuk pengoperasian komputer. Tentu saja yang dia panggil adalah Aryani dan salah satu siswa cowok. Walaupun semester telah berganti tapi pak Irwan masih sering memanggil yani keruangannya.
“Yani, apa betul kamu tidak pacaran dengan pak Irwan?” Tanya Indri lagi yang semakin curiga dengan kedekatan Aryani dan pak Irwan dari hari kehari. “Indri aku sama pak Irwan hanya sebatas guru dan murid tidak lebih dari itu”. ucap Yani. “tapi kenapa dia selalu memanggil kamu, tidak hanya dikelas tapi pada saat jam istirahat juga. dan kamu selalu datang ketika dipanggil oleh pak Irwan”. Seru Indri yang semakin curiga. “karena aku menghormati dia sebagai guruku, dan mungkin pak Irwan selalu memanggilku karena dia sudah mengenalku”. Yani berusaha untuk menyakinkan Indri. “aku harap semoga itu hanya sebatas hubungan antara murid dan guru saja”. Ucap Indri lagi yang terlihat masih tidak mempercayai yani. “aku tegaskan sekali lagi. Aku hanya menghormati dia sebagai guru kita tidak lebih dari itu” seru Yani agak kesal. “maaf aku selalu menanyakan hal ini, karena aku suka sama Pak Irwan”. Ucapan Indri itu membuat Aryani sangat kaget . Dia tidak percaya bahwa selama ini Indri mempunyai perasaan sama pak Irwan.
Tiba-tiba ada perasaan cemburu yang terbesit saat mendengar perkataan Indri itu. “baiklah aku akan berusaha agar tidak terlalu dekat lagi dengan Pak Irwan”. Kata Yani ketus. “tidak apa-apakan kalau aku suka sama dia?”. Tanya Indri sambil tersenyum bahagia. “tentu saja tidak apa-apa, itu hak kamu”. Terlihat  kekecewaan pada raut wajah Yani.
Hari demi hari berlalu ujian Nasionalpun semakin dekat. Semua siswa belajar dengan giat, tak terkecuali Yani. Setiap hari semua siswa belajar dipagi hari dan les disiang hari sampai sore hari. Kegiatan belajar yang padat sempat membuat Yani melupakan masalahnya dengan pak Irwan dan Indri, tapi hari indri mengingatkannya lagi dengan semua itu.
“Yani, aku mau curhat sama kamu?” panggil Indri pada yani saat istirahat. “ada apa?” Tanya Yani agak bingung. “kita bicara dikelas saja, disini terlalu banyak orang”. Ucap Indri sambil menarik tangan Yani menuju kelas.
Sesampainya dikelas, Indri memeluk Yani dan menangis dipundak Yani. “ada apa Indri?” Tanya Yani cemas. “pak Irwan tidak suka sama aku?” katanya sambil menangis tersedu-sedu. “darimana kamu tahu kalau pak Irwan tidak suka sama kamu?” Yani tambah bingung. “aku sudah menembak dia tapi…” belum sempat melanjutkan perkataannya Indri menangis lagi. “sabar…sabar…”. Hanya kata itu yang mampu Yani ucapkan. “dia menolak aku karena dia tidak mau pacaran dengan muridnya. Apa salah kalau murid sama guru pacaran”. Seru Indri kesal. “sabar, mungkin ada benarnya juga kata pak Irwan. Seharusnya kita focus dengan UN, tidak usah memikirkan masalah pacaran dulu. Kalau kita sudah ujian mungkin pak Irwan akan membuka hatinya untukmu”.  “tapi menurutku dia mencintai orang lain”. Seru Indri tertunduk lesuh. Timbul perasaan bahagia dibalik rasa cemas Yani. APA MUNGKIN ORANG ITU AKU. Pikir Yani.
Hari ini Aryani dan beberapa temannya berencana untuk mendaftar SNMPTN secara online diwarnet dekat sekolahnya. Tanpa sengaja dia bertemu dengan pak Irwan, dan akhirnya pak Irwan menemani mereka untuk mendaftar. Setelah selesai mendaftar, Yani beserta teman-temannya hendak pulang. “semoga kalian semua bisa lulus SNMPTN” kata pak Irwan. “Aminnn pakkk…” teriak Yani beserta teman-temannya. “Yani kamu pulang dengan bapak, karena rumahmu yang paling jauh dari sini”. Kata pak Irwan lagi. Yanipun sangat kaget mendengar ajakan pak Irwan itu. “cie..cie… diajak pulang bareng pak Irwan nie” seru salah satu temannya. Yang lainnyapun ikut mengejek Yani. Pak Irwan hanya tersenyum dan Yani tersipu malu.
Beberapa menit kemudian deruh motor pak Irwan sudah terdengar didepan rumah Yani. “belajar baik-baik untuk persiapan ujian dan SNMPTN”. Ucap pak Irwan ketika yani sudah turun dari motornya. “iya pak”. Jawab Yani singkat. “Yani tunggu dulu, ada yang mau bapak katakan sama kamu” cegah pak Irwan ketika melihat Yani akan masuk kerumahnya. “ada apa pak?” kata Yani sedikit canggung. “sebenarnya bapak suka sama kamu”. Tubuh Yani terbujur kaku, wajahnyapun seketika memerah dan tak ada kata-kata yang mampu terucap dari bibirnya. “maaf jika bapak lancang, tapi sudah terlalu lama bapak memendam perasaan ini”. ucap pak Irwan lagi. Suasana menjadi hening sesaat. “bukannya bapak sendiri yang mengatakan kalau tidak ingin pacaran dengan muridnya”. ucap Yani dengan bibir gemetaran. “kapan aku mengatan itu?”. pak Irwan terlihat bingung. “saat temanku mengungkapkan perasaannya pada bapak”. ucap Yani dengan jantung yang berdegup kencang. pak Irwan terlihat sangat kecewa. “jadi dia itu teman kamu? Aku mengatakan itu karena aku tidak suka sama dia”. “kalau bapak beralasan tidak ingin pacaran dengan dia, karena dia murid bapak begitupun dengan aku. Aku tidak ingin pacaran dengan bapak Karena aku murid bapak”. Seru yani tanpa memandang wajah pak Irwan. Raut kekecewaan digaris wajah pak Irwan tidak dapat dia sembunyikan. “baiklah kalau itu mau kamu, aku akan menunggu hingga kamu lulus”. Kata Pak Irwan sambil tertunduk lesuh sebelum beranjak dari rumah Yani.
Semua memori tentang pak Irwan yang telah lama Yani ingin hapus seketika kembali menyelimuti pikirannya seakan takdir mengharuskan mereka bertemu kembali.
Keeseokan harinya pak Irwan menelpon lagi dan mengajak Yani untuk ketemuan. Beribu alasan telah Yani ungkapkan untuk menolak ajakan pak Irwan tapi tak ada satupun yang berhasil. Akhinya Yani mengiyakan ajakan itu.
Hari ini Yani terlihat termenung sendiri dikelas. “eee… masih pagi sudah memasang muka lesuh”. Tegur Tia salah satu teman kampusnya. Yani hanya diam terpaku. “kamu kenapa?” Tanya Tia dengan serius. “masalah hati dan perasaan”. Jawab Yani. “apa karena guru itu lagi?” Tanya Tia lagi sedikit kepo. Seketika wajah Yani berubah. “bukan…bukan dia”. ucap Yani berusaha mengelak. “mulut bisa berbohong tapi perasaan tidak bisa dibohongi”. Seru Tia seolah-olah seperti orang bijak. “tapi aku memang tidak berbohong” kata Yani sedikit kesal mendengar perkatan Tia. “kalau dia jodohmu, sekuat apapun kamu menjauhinya itu tidak akan berhasil karena jodoh sudah diatur oleh Allah. Dan skenario Allah lebih indah daripada yang kamu bayangkan karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.”  Seru Tia sambil duduk didekat Yani. “jadi menurut kamu pak Irwan orang yang aku butuhkan?”. Tanya Yani tiba-tiba. “aku tidak mengatakan itu, karena aku juga tidak tahu pak Irwan itu jodoh kamu atau bukan”. Tia berusaha untuk membela diri. “aku harap dia mendapat jodoh yang lebih baik dari aku”. “siapapun jodoh dia, yang jelas tulang rusuknya tidak akan tertukar. Dan jika kamu tulang rusuknya kamu harus menerimanya karena dia tidak akan sempurnah tanpa tulang rusuknya”.
“aku harap dia mendapatkan tulang rusuk yang lebih baik dari aku”. Ucap  Yani dengan bimbang seolah-olah menginkari kata hatinya.
            Keesokan harinya pak Irwan menjemput Yani, Sosoknya yang rapih dengan baju kotak-kotak dipadukan dengan celan jeans hitam dihiasi senyuman manis yang terpancar dibibirnya semakin membuat jantung Aryani berdegup kencang ketika melihat dia berdiri didepan rumahnya. “Assalamu alaikum… apakah kamu sudah siap?” Tanyanya dengan tetap tersenyum. “walaikum salam pak, iya aku sudah siap”. Jawab Aryani dengan sedikit senyum untuk mengimbangi senyum lebar pak Irwan.
            “kamu mau nonton film apa?” Tanya pak Irwan sesampainya dibioskop XXI yang berada dimall dekat rumah Aryani. “terserah bapak”. Jawab Yani agak canggung, dia selalu memperhatikan sekelilingnya sebelum berenjak dari tempatnya. “kenapa kamu jalan sambil tunduk, apa kamu mencari sesuatu?” Tanya pak Irwan curiga. Tampaknya Yani tidak berniat menjawab pertanyaan itu. karena merasa dicuekin akhirnya pak Irwan diam dan hanya mengikuti langkah kaki Yani menuju studio.
            Semua penonton sudah memasuki studio bioskop begitupun dengan pak Irwan dan Yani, mereka memilih tempat duduk dibelakang. Dan Semua penonton terdiam ketika filmnya dimulai. “aaaaaaa” teriak semua penonton saat adegan menegangkan terjadi dalam film. Tanpa sengaja Yani memegang tangan pak Irwan, menyadari hal itu pak Irwan tersenyum. “maaf, pak aku tidak sengaja”. Kata Yani sambil menarik tangannya. “tidak apa-apa, aku justru senang”. Ucap pak Irwan.
            Kepuasan terpancar pada wajah penonton yang telah keluar dari bioskop seusai menyaksikan pemutaran filmnya, Begitupun dengan pak Irwan dan Aryani. “  tidak salah aku memilih film THE CONJURING karena filmnya menarik dan cukup menegangkan”. Seru pak Irwan dengan penuh semangat. “iya pak, banyak adegan . yang menegangkan dan menakutkan”. Yani juga tampak puas dengan film itu. “menurutku adegan paling  menarik saat hantunya tiba-tiba muncul dan semua penonton teriak, dan saat itu aku sangat senang ketika kamu memegang tanganku”. Ucap Pak Irwan dengan tersenyum lebar yang membuat deretan giginya terlihat, seketika wajah Yani memerah. Dia hanya tersenyum untuk menutupi rasa malunya.
            “Pak, terima kasih sudah menteraktir aku makan dan nonton”. Seru Yani saat berada dimotor dalam perjalanan pulang kerumahnya. “iya, aku sangat senang kita bisa jalan seperti ini, dan aku harap semoga ini bisa sering-sering kita lakukan”. Yani tidak bisa mengontrol degup jantungnya yang semakin berdegup kencang. “pak… sebenarnya aku masih tidak nyaman dalam situasi ini. jujur, aku merasa takut”. “apa yang kamu takutkan??? Bukankah saat ini kamu bukan muridku lagi”. “aku memang bukan murid disekolah tempat bapak mengajar tapi aku alumni dari sekolah itu dan tidak ada mantan guru dan mantan murid, jadi selamanya aku tetap menjadi murid bapak”. “apa salahnya jika murid dan guru menjalin hubungan?”. “memang tidak ada yang salah tapi aku yang masih tidak bisa menerima situasi yang serumit ini”. suasana menjadi hening hanya suara deruh motor dan mobil dijalan itu yang terdengar.
            Tak ada kata yang terucap  lagi ketika motor pak Irwan sudah terparkir didepan rumah Yani. Yanipun turun dari motor pak Irwan dengan wajah yang sedih dan bergegas melangkahkan kakinya menuju rumahnya. “mungkin kamu tidak bisa menerimah situasi ini, tapi setidaknya kamu harus jujur pada kata hatimu tanpa harus mendengar perkataan orang lain”. Sontak langkah kaki Yani terhenti. Dengan perlahan dia membalikkan badannya. “maaf pak…” hanya itu yang mampu terucap dari bibir Yani, air mata yang berusaha dia bendung kini mengalir tanpa henti. “apakah aku sebegitu buruknya dimatamu sehingga kamu tidak mau menerimaku?” ucap pak Irwan dengan perasaan sedih. “bukan bapak yang buruk tapi aku yang tidak pantas untuk bapak. aku masih terlalu takut untuk menghadapi kenyataan, tidak bisa menentukan perasaanku dan tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu”. Dada Yani terasa sesak, perasaannya bercampur aduk tapi kesedihan mendalam yang paling dia rasakan. “kalau itu mau kamu, aku tidak akan mengganggumu lagi karena aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku. Walaupun itu cukup menyakitkan bagiku. Aku harap semoga kamu bisa menemukan orang yang lebih baik dariku”. Ucap pak Irwan lirih. “semoga bapak juga menemukan tulang rusuk bapak yang jauh lebih baik dari aku. Karena aku masih belum bisa menjadi tulang rusuk yang sempurna buat bapak”. Ucap yani disela isak tangisnya. Pak Irwanpun pergi dengan raut wajah  sedih yang tidak bisa dia sembunyikan.
            Sebulan kemudian terdengar kabar pak Irwan akan menikah dengan seorang guru, semua teman SMA Yani menanyakan hal itu pada Yani untuk memastikan berita itu. KENAPA SEMUANYA MENANYAKAN  BERITA ITU PADAKU, TIDAK ADA LAGI HUBUNGAN ANTARA AKU DAN DIA. SELAIN HUBUNGAN ANTARA GURU DAN MURID. APAKAH KALIAN TIDAK MENGERTI BETAPA SUSAH PAYAHNYA AKU MENATA HATIKU KARENA DIA. Keluh Yani dalam hatinya ketika melihat sms beberapa temannya.
Voc: Maudy Yunda (Cinta Datang Terlambat)
Tak kumengerti mengapa begini
Waktu dulu kutak pernah merinduh.
Tapi saat semua berubah
 Kau jauh dariku, Pergi tinggalkanku
            Mungkin memang kucinta
            Mungkin memang kusesali
Pernah tak hiraukan rasamu dulu
Aku hanya ingkari
Kata hatiku saja
Tapi mengapa kini cinta datang terlambat
Hanya Lagu ini yang selalu setia menemai Yani dalam kesendiriannya, Bagaikan Ost. dalam hidupnya yang mewakili perasaan dan rasa sakitnya. Terjebak dalam penyesalan yang terindah yang telah memawarnai perjalanan hidupnya. Dan menjadi pelajaran berharga  untuk menjadi tulang rusuk yang lebih baik sehingga dapat menyepurnakan pemiliknya kelak.