Friday 18 April 2014

PERCOBAAN VII “ EFEK ANTIDIABETIK ORAL“



LABORATORIUM FARMAKOLOGI II
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PERCOBAAN VII
“ EFEK ANTIDIABETIK ORAL“

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I / B1 2011

                    BESSE YENNI                        (PO 713.251.11.057)
CANRADEWI                         (PO 713.251.11.058)
DANNY R PUTRA                 (PO 713.251.11.059)
HAIRUDDIN                          (PO 713.251.11.064)
HARDIYANTI ISWAN          (PO 713.251.11.065)
IMELDA SYAM                    (PO 713.251.11.068)
INDRA ALIF ANUGRAH    (PO 713.251.11.071)


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN FARMASI
       2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Diabetes Mellitus merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan kanker. Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa tersebut, dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ.
Dalam melakukan aktifitas, akan memerlukan energi baik itu berupa aktifitas fisik maupupun psiologik. Energi yang ada pada manusia sebagian besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa yang dikomsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh.
Namun kadangkala metabolisme yang diharapkan dari sumber energi ini tidak berlansung sebagaimana mestinya, yang mungkin disebabkan berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam metabolisme tersebut.
Glukosa yang tidak dimetabolisme tersebut dapat mengganggu kerja fisiologis tubuh dan dapat menyebabkan komplikasi penyakit akibat kerusakan organ yang dapat ditimbulkannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sekarang ini telah dikembangkan berbagai penemuan dan obat yang dapat menurunkan resiko dan mengobati penyakit Diabetes Mellitus. Berbagai produk obat dengan nama paten pun telah beredar di pasaran.
Pengujian efek farmakologi dari obat antidiabetes yang beredar di pasaran perlu dilakukan untuk mengetahui keefektivan dari obat tersebut. Selain itu, sebagai mahasiswa farmasi kita harus mengetahui obat antidiabetes yang ideal dan tidak memiliki efek samping yang merugikan bagi pengguna obat tersebut.
Pada percobaan kali ini akan diamati kegunaan obat-obat antidiabetik glibenklamid, dan juga rebusan Pare pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan melihat efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur gula darah yaitu glukometer.

1.2 Tujuan Penulisan
·         Mengetahui cara pengujian suatu obat terhadap hewan uji
·         Mengetahui efek antidiabetik oral dari obat tradisional dan obat modern
1.3 Prinsip percobaan
        Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas pemberian obat antidiabetes yakni Glibenklamid dan rebusan Pare pada hewan mencit (Mus musculus) yang telah diinduksi dengan larutan glukosa  berdasarkan onset dan durasinya dengan menggunakan alat glukometer.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori
Pada orang sehat, air kemihnya tidak akan mengandung zat yang berguna bagi tubuh, seperti gula dan protein. Bila dalam air kemih seseorang terdapat gula yang berlebihan, ini berarti orang tersebut menderita penyakit kenccing manis atau diabetes melitus. Ini terjadi karena kekurangan hormone insulin. Penyakit sering buang air kesil disebut diabetes insipidus (Irianto, 2004).
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan menahun pada khususnya metabolisme karbohidrat dalam tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan protein (lat. Diabetes = penerusan, mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan hormon insulin untuk menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber energi serta guna sintesis lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia (Mycek, 2001)
Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun. Di indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 jatu penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-5% (Tan,dkk,2002).
Secara klinik , defisiensi (kekurangan) insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat bedan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas bertambah (Pearce, 2006).
Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, dapat terjadi akibat kelebihan dosis insulin , atau karena pasien tidak makan makanan (atau muntah barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan  insulin dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce, 2006).
Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat disebabkan tidak adanya insulin atau terlampau banyak insulin (konma hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa (Pearce, 2006).


II. 2 Uraian Bahan
1.      Glibenklamid
Golongan                    : Antidiabetes (sulfonylurea) (Theodorus, 1996)
Indikasi                    : Diabetes mellitus (Theodorus, 1996)
Farmakodinamik         : Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari granul sel – sel  langerhans pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP sensitive K channel (Gan gunawan, 2007).
Farmakokinetik         : Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari generasi I. meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3 – 5 jam, efek hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam, sering cukup diberikan 1x sehari. Alasan mengapa masa paruh yang pendek ini, memberikan efek hipoglikemik panjang, belum diketahui (Gan gunawan, 2007).
Efek Samping              : Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia, reaksi alergi (Theodorus, 1996). Insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensinya lebih rendah lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul. Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal, terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah, diare, gejala hematologic, SSP, mata dan sebagainya (Gan gunawan, 2007).
Kontraindikasi           : Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria renal non-diabetes, hipersensitivitas (Theodorus, 1996).
Interaksi Obat         : Glukokortikoid, hormone tiroid, diuretika, estrogen menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus ditingkatkan bila diberikan bersama fenitoin, rifampin, klorpromazin. Meningkatkan resiko hipoglikemia bila diberikan bersama alkohol, fenformin, sulfonamide, kaptopril, simetidin, antikoagulan, kloramfenikol, penghambat MAO dan anabolic steroid, klofibrat serta fenfluramin, salisilat (Theodorus, 1996)
Dosis                      : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal 2 dd 1 mg (Tjay, 2004).
2.      Air Suling (Dirjen POM, 1995)
      Nama resmi                             : Aquadestillata
      Nama lain                                : Aqua,Air suling
      Pemerian                                 :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,  tidak  mempunyai rasa
      Penyimpanan                           : Dalam wadah tertutup baik
      Kegunaan                                : sebagai pelarut
3.      Na CMC (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi                    : Natrii carboxymetylcellulosum
Nama Lain                      : CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise
Pemerian                        : Granul putih atau serbuk putih
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan                       : Praktis tidak larut dalam air
Kegunaan                        : Sebagai pelarut dan control
4.      Glukosa (Ditjen POM, FI IV 1995)
Nama Resmi                    : Dextrosum
Nama Lain                      : Glukosa, Dekstrosa
Pemerian                         : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan                       : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                        : Sebagai induksi sumber gula
5.       Pare (Momordica charantia L)
Kingdom                         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom                    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi                     : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                                : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas                        : Dilleniidae
Ordo                                : Violales
Famili                               : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus                              : Momordica
Spesies                             : Momordica charantia L.

6.      Uraian Hewan Uji
Klasifikasi
      Kingdom                  :     Animalia
      Phyllum                    :     Chordata
      Subphyllum              :     Vertebrata
      Class                         :     Mamalia   
      SubClass                  :     Theria
      Ordo                         :     Rodentia
      Familia                     :     Muridae
      Genus                       :     Mus
      Spesies                     :     Mus musculus            





BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat yang digunakan
·         Gelas ukur 100 ml
·         Timbangan analitik
·         Gelas piala 100 ml, 500 ml
·         Alat tes gula darah
·         Strip tes gula darah
·         Kertas saring
·         Spuit oral 1 cc
·         Timbangan hewan
·         Batang pengaduk
III.2 Bahan yang digunakan
·         Air suling
·         Rebusan  pare
·         Cairan glukosa
·         Natrium karboksimetil selulosa
·         Suspense glibenklamid
III.3 Hewan uji
·         Mencit 6 ekor
III.4 Prosedur Kerja
1.      Disediakan mencit (hewan uji) sebanyak 6 ekor, dibagi kedalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan 1 ekor mencit.
2.      Ditembang berat badan mencit.
3.      Diberi tanda pada hewan uji pada punggung ekor atau pada bagian lain yang tidak dapat dihapus oleh hewan uji tersebut, sesuai dengan replicasi dan perlakuan.
4.      Dihitung dosis pemberian obat yang akan diberikan pada hewan uji
5.      Dilakukan pemeriksaan kadar gula awal (sebelum pemberian) dengan cara memotong ujung ekor mencit kemudian diambil darahnya dan disentuhkan pada strip tes gula darah dan dicek pada alat tes gula darah.
6.      Diinduksikan dengan larutan gula dan dibiarkan selama 1 jam.
7.      Diperiksa kadar gula darah setelah indiksi (data induksi).
8.      Diberikan sediaan otra (rebusan pare) dan obat modern atau Suspense glibenklamid, lalu dibiarkan selama 2 jam.
9.      Dilakukan pemeriksaan tes gula darah setelah pengobatan.



10.   
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Mencit
BB (g)
Perlakuan
Awal
Jam ke-1
Jam-2
Jam 3
III
26
Aqua Destillata(control negative)
165 mg/dl
186 mg/dl
81 mg/dl
139 mg/dl
IV
17
Glibenklamid
187 mg/dl
87 mg/dl
66 mg/dl
116 mg/dl
V
22
INfus Buah Pare (Obat Tradisional)
170 mg/dl
165 mg/dl
43 mg/dl
125
mg/dl




IV.2 Pembahasan
           Percobaan yang telah dilakukan adalah untuk mengetahui dan menentukan efek bat-obat antidiabetes yaitu glibenklamin dan rebusan pare pada hewan coba mencit (Mus musculus).
           Sebelum perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan faktor makanan. Walaupun demikian faktor variasi biologis dari hewan tidak dapat dihilangkan sehingga faktor ini relatif dapat mempengaruhi hasil.               Sebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa  hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi dari obat obat antidiabetik oral yang digunakan. Kemudian dibiarkan selama 1 jam. Dilakukan pemeriksaan kadar gula darah setelah induksi.  Diberikan sediaan rebusan pare dan suspense glibenklamid, dan dibairkan selama 2 jam. Kemudian dilakukan kembali pemeriksaan gula darah setelah pengobatan.
Obat hipoglikemik oral dari golongan sulfonylurea yang digunakan yaitu Glibenklamin dengan mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik)
Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan bahwa alat glikometer merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu yang reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara penggunaan dari alat glukometer tersebut yaitu penyaiapan alat dan strip glukotest, masukka strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan darah pada tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang tertera pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer yaitu dalam strip terdapat enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glukometer.
           Pada percobaan kali ini dilakukan dengan membandingkan efek dari obat-obat anti diabetes melitus golongan sulfonylurea yaitu Glibenklamin, aqua destillata, dan rebusan pare.
            Adapun hasil dari praktikum dimana Mencit (III) dengan Berat badan 26 gram. kadar Gula Darah Awal 165 mg/dl. Setelah Di induksi dengan glukosa 0,7 ml dan di biarkan selama 1 jam kadar Gula Darahnya Meningkat 186 mg/dl. 1 jam berikutnya Gula Darah pada mencit (III) mengalami penurunan yaitu 81 mg/dl. Dan 1 jam berikutnya Kadar Gula Darah mencit (III) Meningkat kembali menjadi 139 mg/dl.
Untuk Mencit (IV) dengan berat badan 17 gram. Kadar  gula darah awal 187 mg/dl. Setelah diinduksi dengan Glukosa 0,7 ml dan di biarkan selama 1 jam Kadar Gula darahnya Menurun 87 mg/dl. Berikutnya mencit di induksi dengan Glibenklamid biarkan selama 2 jam.dan pemeriksaan Kadar Gula darah adalah 66 mg/dl.Kemudian di biarkan selama 1 jam dan pemeriksaan kadar Gula Darah meningklat kembali 116 mg/dl.
Untuk Mencit (V) dengan berat badan 22 gram. Kadar Gula darah  Awal 170 mg/dl.Setelah diinduksi dengan Glukosa 0,7 ml. dan di biarkan selam 1 jam kadar Gula Darah menurun 165 mg/dl. Berikutnya mencit di induksi dengan Obat tradisional buah Pare dan dibiarkan selama 2 jam.Dan pemeriksaan kadar gula darah 43 mg/dl. Dan di biarkan selama 1 jam dan pemeriksaan kadar Gula Darah meningkat kembali 125 mg/dl.
           Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang diperoleh yaitu kurangnya waktu puasa mencit, kurangnya ketelitian praktikan dalam menimbang mencit sehingga akan berpengaruh pada volume pemberian pada mencit dan tidak sempurnanya suatu obat masuk kedalam tubuh mencit akibat cara perlakuan pemberian yang salah.



BAB V
PENUTUP
V. 1 Kesimpulan
           Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan obat paling efektif dan % penurunannya paling besar yaitu rebusan Pare (170 mg/dl ke 43 mg/dl pada jam ke-1 dan 125 mg/dl pada jam ke-2) kemudian Glibenklamid (187 mg/dl ke 66 mg/dl pada jam ke-1 dan 116 mg/dl pada jam ke-2).

V.2 Saran
           Sebaiknya pendampingan asisten pada saat percobaan di dalam laboratorium lebih di tingkatkan, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi III”. Fakultas Farmai UMI : Makassar
Ditjen POM.,1979,Farmakope Indonesia edisi III ,DEPKES RI,Jakarta
                  
Ditjen POM. 1995, Farmakope Indonesia edisi IV ,DEPKES RI,Jakarta

Mycek.M.J, Harvey. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. “Anatomi dan Fisiologi untuk pemula”. EGC : Jakarta
Sukandar Elin Yuliana, dkk. 2008. “Iso Farmakoterapi”. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta




LAMPIRAN

Ø  Untuk Obat Tradisional

22 gr =  22gr /20 gr  x 0,52 ml      = 0,572 ml

23 gr =  23gr /20 gr  x 0,52 ml      = 0,598 ml

Ø  Untuk Obat Glibenklamid

5x 0,0026  = 0,013 mg

5 mg                100 ml                0,05 mg/ml

Jadi, 0,013/0,05 x 1 ml      = 0,26 ml

17 gr          = 17gr /20 gr x 0,26 ml           = 0,221 ml