LABORATORIUM
FARMAKOLOGI II
JURUSAN
FARMASI
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
PERCOBAAN VII
“ EFEK ANTIDIABETIK ORAL“
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I / B1 2011
BESSE YENNI (PO 713.251.11.057)
CANRADEWI (PO
713.251.11.058)
DANNY R PUTRA (PO
713.251.11.059)
HAIRUDDIN (PO
713.251.11.064)
HARDIYANTI ISWAN (PO
713.251.11.065)
IMELDA SYAM
(PO 713.251.11.068)
INDRA ALIF ANUGRAH (PO
713.251.11.071)
POLTEKKES KEMENKES
MAKASSAR JURUSAN FARMASI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus
merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan
kanker. Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa
tersebut, dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan
sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem
kestabilan organ.
Dalam melakukan aktifitas, akan memerlukan energi baik
itu berupa aktifitas fisik maupupun psiologik. Energi yang ada pada manusia
sebagian besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa yang dikomsumsi dan
dimetabolisme oleh tubuh.
Namun kadangkala metabolisme yang diharapkan dari sumber
energi ini tidak berlansung sebagaimana mestinya, yang mungkin disebabkan
berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam
metabolisme tersebut.
Glukosa yang tidak dimetabolisme tersebut dapat
mengganggu kerja fisiologis tubuh dan dapat menyebabkan komplikasi penyakit
akibat kerusakan organ yang dapat ditimbulkannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sekarang ini telah
dikembangkan berbagai penemuan dan obat yang dapat menurunkan resiko dan
mengobati penyakit Diabetes Mellitus. Berbagai produk obat dengan nama paten
pun telah beredar di pasaran.
Pengujian efek farmakologi dari obat antidiabetes yang
beredar di pasaran perlu dilakukan untuk mengetahui keefektivan dari obat
tersebut. Selain itu, sebagai mahasiswa farmasi kita harus mengetahui obat
antidiabetes yang ideal dan tidak memiliki efek samping yang merugikan bagi
pengguna obat tersebut.
Pada percobaan kali ini akan diamati kegunaan obat-obat
antidiabetik glibenklamid, dan juga rebusan Pare pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan
melihat efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur gula darah
yaitu glukometer.
1.2 Tujuan
Penulisan
·
Mengetahui
cara pengujian suatu obat terhadap hewan uji
·
Mengetahui
efek antidiabetik oral dari obat tradisional dan obat modern
1.3 Prinsip percobaan
Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat
efektifitas pemberian obat antidiabetes yakni Glibenklamid dan rebusan Pare pada
hewan mencit (Mus musculus) yang telah diinduksi dengan larutan glukosa berdasarkan onset dan durasinya dengan
menggunakan alat glukometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Pada orang sehat, air kemihnya tidak akan mengandung zat
yang berguna bagi tubuh, seperti gula dan protein. Bila dalam air kemih
seseorang terdapat gula yang berlebihan, ini berarti orang tersebut menderita
penyakit kenccing manis atau diabetes melitus. Ini terjadi karena kekurangan
hormone insulin. Penyakit sering buang air kesil disebut diabetes insipidus
(Irianto, 2004).
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis
adalah suatu gangguan menahun pada khususnya metabolisme karbohidrat dalam
tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan protein (lat. Diabetes = penerusan,
mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan hormon insulin untuk menggunakan
(membakar) glukosa sebagai sumber energi serta guna sintesis lemak, dengan efek
terjadinya hiperglikemia
(Mycek, 2001)
Pada diabetes melitus semua
proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi
terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia
sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi
hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria
yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat
meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang
tidak diobati. Karena adanya
dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).
Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi
(Katzung,dkk,2002).
Penyebabnya adalah kekurangan
hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan
mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia)
dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).
Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa
amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah Rata-rata 1,5-2% dari seluruh
penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun. Di indonesia,
penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 jatu penduduk,
sedangkan di Eropa mencapai 3-5% (Tan,dkk,2002).
Secara klinik , defisiensi
(kekurangan) insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang
tinggi, turunnya berat bedan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil),
disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga
ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas bertambah (Pearce, 2006).
Keadaan sebaliknya ialah
hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, dapat terjadi akibat kelebihan
dosis insulin , atau karena pasien tidak makan makanan (atau muntah barangkali)
sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan insulin dalam darahnya
menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce, 2006).
Demikian maka koma pada
seorang pasien dengan diabetes dapat disebabkan tidak adanya insulin atau
terlampau banyak insulin (konma hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa
(Pearce, 2006).
II. 2 Uraian Bahan
1.
Glibenklamid
Golongan
: Antidiabetes (sulfonylurea) (Theodorus, 1996)
Indikasi
: Diabetes mellitus (Theodorus, 1996)
Farmakodinamik
: Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari granul sel – sel langerhans
pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP sensitive K channel
(Gan gunawan, 2007).
Farmakokinetik
: Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi hipoglikemiknya hampir 100x lebih
besar dari generasi I. meski waktu paruhnya pendek, hanya sekitar 3 – 5 jam,
efek hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam, sering cukup diberikan 1x sehari.
Alasan mengapa masa paruh yang pendek ini, memberikan efek hipoglikemik
panjang, belum diketahui (Gan gunawan, 2007).
Efek
Samping
: Mual, muntah, sakit perut, vertigo, bingung, ataksia, reaksi alergi
(Theodorus, 1996). Insidens efek samping generasi I sekitar 4%. Insidensinya
lebih rendah lagi untuk generasi II. Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu
dapat timbul. Reaksi ini lebih terjadi pada pasien usia lanjut dengan gangguan
fungsi hepar atau ginjal, terutama yang mengunakan sediaan dengan masa kerja
panjang. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah,
diare, gejala hematologic, SSP, mata dan sebagainya (Gan gunawan, 2007).
Kontraindikasi
: Wanita diabetes yang sedang hamil, penderita glikosuria renal non-diabetes,
hipersensitivitas (Theodorus, 1996).
Interaksi
Obat : Glukokortikoid, hormone
tiroid, diuretika, estrogen menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah
bila diberikan bersamaan. Dosis obat ini harus ditingkatkan bila diberikan
bersama fenitoin, rifampin, klorpromazin. Meningkatkan resiko hipoglikemia bila
diberikan bersama alkohol, fenformin, sulfonamide, kaptopril, simetidin,
antikoagulan, kloramfenikol, penghambat MAO dan anabolic steroid, klofibrat
serta fenfluramin, salisilat (Theodorus, 1996)
Dosis
: Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu dinaikkan setiap minggu sampai maksimal
2 dd 1 mg (Tjay, 2004).
2.
Air Suling (Dirjen POM, 1995)
Nama
resmi
:
Aquadestillata
Nama
lain
: Aqua,Air suling
Pemerian
:cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
:
sebagai pelarut
3.
Na CMC (Ditjen POM, FI
IV 1995)
Nama
Resmi
: Natrii carboxymetylcellulosum
Nama
Lain
: CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise
Pemerian
: Granul putih atau serbuk putih
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air
Kegunaan
: Sebagai pelarut dan control
4.
Glukosa (Ditjen POM, FI
IV 1995)
Nama
Resmi
: Dextrosum
Nama
Lain
: Glukosa, Dekstrosa
Pemerian
: Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak
berbau, rasa manis
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol mendidih, sukar larut dalam etanol
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai induksi sumber gula
5.
Pare (Momordica charantia L)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.
6.
Uraian Hewan Uji
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Phyllum
: Chordata
Subphyllum
: Vertebrata
Class
: Mamalia
SubClass
: Theria
Ordo
: Rodentia
Familia
: Muridae
Genus
: Mus
Spesies
: Mus
musculus
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat yang digunakan
·
Gelas ukur
100 ml
·
Timbangan
analitik
·
Gelas
piala 100 ml, 500 ml
·
Alat tes
gula darah
·
Strip tes
gula darah
·
Kertas
saring
·
Spuit oral
1 cc
·
Timbangan
hewan
·
Batang
pengaduk
III.2 Bahan yang digunakan
·
Air suling
·
Rebusan pare
·
Cairan
glukosa
·
Natrium
karboksimetil selulosa
·
Suspense
glibenklamid
III.3
Hewan uji
·
Mencit 6
ekor
III.4 Prosedur Kerja
1.
Disediakan mencit (hewan uji)
sebanyak 6 ekor, dibagi kedalam 6 kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan
1 ekor mencit.
2.
Ditembang berat badan mencit.
3.
Diberi tanda pada hewan uji
pada punggung ekor atau pada bagian lain yang tidak dapat dihapus oleh hewan
uji tersebut, sesuai dengan replicasi dan perlakuan.
4.
Dihitung dosis pemberian obat
yang akan diberikan pada hewan uji
5.
Dilakukan pemeriksaan kadar
gula awal (sebelum pemberian) dengan cara memotong ujung ekor mencit kemudian
diambil darahnya dan disentuhkan pada strip tes gula darah dan dicek pada alat
tes gula darah.
6.
Diinduksikan dengan larutan
gula dan dibiarkan selama 1 jam.
7.
Diperiksa kadar gula darah
setelah indiksi (data induksi).
8. Diberikan sediaan otra (rebusan pare) dan obat modern atau Suspense glibenklamid, lalu dibiarkan selama 2
jam.
9. Dilakukan pemeriksaan tes gula darah setelah pengobatan.
10.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Mencit
|
BB (g)
|
Perlakuan
|
Awal
|
Jam ke-1
|
Jam-2
|
Jam 3
|
III
|
26
|
Aqua
Destillata(control negative)
|
165 mg/dl
|
186 mg/dl
|
81 mg/dl
|
139 mg/dl
|
IV
|
17
|
Glibenklamid
|
187 mg/dl
|
87 mg/dl
|
66 mg/dl
|
116 mg/dl
|
V
|
22
|
INfus Buah Pare (Obat
Tradisional)
|
170 mg/dl
|
165 mg/dl
|
43 mg/dl
|
125
mg/dl
|
IV.2 Pembahasan
Percobaan
yang telah dilakukan adalah untuk mengetahui dan
menentukan efek bat-obat antidiabetes yaitu glibenklamin dan rebusan pare pada
hewan coba mencit (Mus
musculus).
Sebelum
perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk menghilangkan
faktor makanan. Walaupun demikian faktor variasi biologis dari hewan tidak
dapat dihilangkan sehingga faktor ini relatif dapat mempengaruhi hasil. Sebelum pemberian obat antidiabetes
hewan uji terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan
uji meningkat sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat
dilihat efek terapi dari obat obat antidiabetik oral yang digunakan. Kemudian
dibiarkan selama 1 jam. Dilakukan pemeriksaan kadar gula darah setelah
induksi. Diberikan sediaan rebusan pare
dan suspense glibenklamid, dan dibairkan selama 2 jam. Kemudian dilakukan
kembali pemeriksaan gula darah setelah pengobatan.
Obat hipoglikemik oral dari golongan sulfonylurea yang
digunakan yaitu Glibenklamin dengan mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin dari sel beta pulau
langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek utamanya adalah
meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan penurunan pengeluaran
glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik)
Percobaan ini digunakan alat glukometer, dengan alasan
bahwa alat glikometer merupakan alat yang otometik memudahkan dalam memperoleh
hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat ini memerlukan waktu
yang reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik. Adapun cara
penggunaan dari alat glukometer tersebut yaitu penyaiapan alat dan strip
glukotest, masukka strip glukotest kedalam bagian ujung glukometer, teteskan
darah pada tempat reagen strip glukotest, kemudian dibaca kadar gula yang
tertera pada layar glukometer, dimana mekanisme kerja dari alat glukometer yaitu dalam strip terdapat
enzim glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan
langsung terbaca oleh glukometer.
Pada percobaan kali
ini dilakukan dengan membandingkan efek dari obat-obat anti diabetes melitus
golongan sulfonylurea yaitu Glibenklamin, aqua destillata, dan rebusan pare.
Adapun
hasil dari praktikum dimana Mencit (III) dengan Berat badan 26 gram. kadar Gula
Darah Awal 165 mg/dl. Setelah Di induksi dengan glukosa 0,7 ml dan di biarkan
selama 1 jam kadar Gula Darahnya Meningkat 186 mg/dl. 1 jam berikutnya Gula
Darah pada mencit (III) mengalami penurunan yaitu 81 mg/dl. Dan 1 jam berikutnya
Kadar Gula Darah mencit (III) Meningkat kembali menjadi 139 mg/dl.
Untuk Mencit (IV) dengan berat badan 17 gram. Kadar gula darah awal 187 mg/dl. Setelah diinduksi
dengan Glukosa 0,7 ml dan di biarkan selama 1 jam Kadar Gula darahnya Menurun
87 mg/dl. Berikutnya mencit di induksi dengan Glibenklamid biarkan selama 2
jam.dan pemeriksaan Kadar Gula darah adalah 66 mg/dl.Kemudian di biarkan selama
1 jam dan pemeriksaan kadar Gula Darah meningklat kembali 116 mg/dl.
Untuk Mencit (V) dengan berat badan 22 gram. Kadar Gula
darah Awal 170 mg/dl.Setelah diinduksi
dengan Glukosa 0,7 ml. dan di biarkan selam 1 jam kadar Gula Darah menurun 165
mg/dl. Berikutnya mencit di induksi dengan Obat tradisional buah Pare dan dibiarkan
selama 2 jam.Dan pemeriksaan kadar gula darah 43 mg/dl. Dan di biarkan selama 1
jam dan pemeriksaan kadar Gula Darah meningkat kembali 125 mg/dl.
Beberapa
faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang diperoleh yaitu kurangnya
waktu puasa mencit, kurangnya ketelitian praktikan dalam menimbang mencit
sehingga akan berpengaruh pada volume pemberian pada mencit dan tidak
sempurnanya suatu obat masuk kedalam tubuh mencit akibat cara perlakuan
pemberian yang salah.
BAB V
PENUTUP
V. 1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahan obat
paling efektif dan % penurunannya paling besar yaitu rebusan Pare (170 mg/dl ke
43 mg/dl pada jam ke-1 dan 125 mg/dl pada jam ke-2) kemudian Glibenklamid (187
mg/dl ke 66 mg/dl pada jam ke-1 dan 116 mg/dl pada jam ke-2).
V.2 Saran
Sebaiknya
pendampingan asisten pada saat percobaan di dalam laboratorium lebih di
tingkatkan, agar praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. “Penuntun Praktikum
Farmakologi dan Toksikologi III”. Fakultas Farmai UMI : Makassar
Ditjen
POM.,1979,Farmakope Indonesia edisi III ,DEPKES RI,Jakarta
Ditjen POM.
1995, Farmakope Indonesia edisi IV ,DEPKES RI,Jakarta
Mycek.M.J, Harvey. 2001. Farmakologi
Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta.
Sloane, Ethel. 2004. “Anatomi dan
Fisiologi untuk pemula”. EGC : Jakarta
Sukandar Elin Yuliana, dkk. 2008. “Iso
Farmakoterapi”. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta
LAMPIRAN
Ø Untuk Obat Tradisional
22 gr = 22gr /20 gr
x 0,52 ml = 0,572 ml
23 gr = 23gr /20 gr
x 0,52 ml = 0,598 ml
Ø
Untuk Obat Glibenklamid
5x 0,0026 = 0,013 mg
5 mg 100 ml 0,05 mg/ml
Jadi, 0,013/0,05
x 1 ml = 0,26 ml
17 gr = 17gr /20 gr x 0,26 ml = 0,221 ml