4 TAHUN KULIAH
FARMASI
KERJA JADI BIDAN???
Assalamu
Alaikum Wr. WB…
Hai nama saya Canradewi dan saya seorang Farmasis atau
bisa juga disebut Tenaga Teknis Kefarmasian atau Asisten Apoteker. Saat bekerja
di Puskesmas Limbong dan saya dipanggil Bu Bidan.
Tentu saja saya tidak melakukan pekerjaan Bidan seperti
membantu persalinan atau menyuntik pasien. Jangankan menolong persalinan,
melihat darah saja saya sudah pusing.
Tapi kok malah di panggil bidan??? Saya juga sempat
bingung, dan risih. Ternyata saya baru tahu setelah bekerja beberapa lama di
Puskemas Limbong. Masyarkat memang terbiasa memanggil semua staff perempuan
dengan panggilan Bidan, apapun profesinya kecuali Dokter sih yang tetap
dipanggil dokter. Dan buat staff laki-laki disebut Mentari (panggilan buat
perawat laki-laki).
Ehm… setelah saya pikir-pikir, kalau tidak dipanggil Bu
Bidan, sebaiknya dipanggil apa yah, Bu Farmasi? Bu Tenaga Teknis Farmasis? (kalau ini terdengar ribet banget yah).
Oh iya pernah ada kejadian, seorang pasien UGD mengalami
pendarahan hebat. Saat itu saya hanya mengintip lewat pintu UGD karena
penasaran dengan pasien tersebut. Dan seorang warga menegur saya, kenapa hanya
mengintip tidak masuk kedalam untuk membantu melakukan tindakan. Secara refleks
saya mengatakan takut melihat darah, warga tersebut sampai menatap saya dengan
sinis sambil berkata “Bidan apa ini, masa takut darah”. Sempat mau protes sih,
dan bilang maaf pak, saya bukan Bidan tapi karena situasi darurat akhirnya saya
hanya diam dan bergegas pergi dari UGD.
Semenjak
saat itu saya sangat jarang ke Ruang UGD jika ada pasien, saya hanya akan
membantu perawat atau bidan untuk mengambikan obat ataupun Alat yang dibutuhkan
di gudang obat.
Sebenarnya
saya bukannya marah saat di panggil Bidan, dan justru sangat kagum dengan
teman-teman Bidan. Kebetulan saya ditempatkan dengan tiga Bidan di Nusantara
sehat Individu di penempatan Puskesmas Limbong. Bahkan kami semua serumah.
Dan
sayapun meihat betapa susahnya menjadi serang Bidan yang harus siap siaga untuk
menolong persalinan. Tidak puduli apakah subuh, pagi, siang, malam bahkan
tengah malam sekalipun harus siap untuk menolong pasien.
Jika
pasien sempat dibawah ke puskesmas maka mereka harus siap untuk menolong di
Puskesmas. Namun yang lebih parahnya lagi jika pasien berada di desa dan tidak
sempat dibawah ke Puskesmas maka teman-teman Bidanlah yang harus menuju desa
untuk menolong pasien tersebut. Memang sih tiap Desa ada Bidan Desanya, tapi
terkadang Bidan Desa juga tidak bisa menolong sendirian dan membutuhkan bantuan
dari teman Bidan yang ada di Puskesmas.
Saya
masih ingat jelas saat Bidan turun ke Desa Minanga untuk menolong persalinan
dan saat itu cuaca sangat buruk, beberapa hari hujan turun dan terjadi longsor
hingga membuat beberapa jalan terputus karena longsor hingga membuat mobil
tidak bisa lewat dan bahkan motor harus diangkat karena tertanam dilumpur. Dan
dengan penuh perjuangan mereka tetap nekad turun berboncengan dengan jalanan
yang licin dan longsor. Sempat khawatir saat mereka pergi, Alhamdulilah mereka
pulang dengan selamat walaupun pasien harus dirujuk.
Banyak
tantangan yang harus dilalui saat mengabdi, bahkan mungkin harus bertarung
nyawa untuk menolong pasien. Terkadang kita harus menanggung beban berat saat
pasien yang kita tolong tidak selamat.
Akhirnya saya sadar bahwa saya tidak seharusnya merasa
risih dengan panggilan Bu Bidan, yah walaupun kuliah selama 4 tahun untuk
memperoleh gelar sarjana Farmasi. Menjadi Bu Bidan selama 2 tahun masa
pengabdian dengan pekerjaan dibidang Farmasi (mengelolah Apotek dan Gudang
Obat). Yang penting sih tidak mencoba membantu persalinan atau menyuntik
pasien, karena bekerja harus sesuai tupoksi masing-masing. Kecuali jika
benar-benar keadaan darurat.
Pelayanan Puskel PKM Limbong di Dusun Salukana |
Pelayanan Puskel PKM Limbong di Dusun Salukana |
Semua
tenaga kesehatan mempunyai resiko yang harus ditanggung, apapun profesinya,
baik itu Farmasis, Bidan, Analis, Kesling, Gizi, Dokter, Dokter Gigi, Kesmas,
Perawat dan lainnya.
Nusanatara Sehat mengajarkan saya bahwa tidak ada profesi
yang paling baik, semua mempunyai tugas masing-masing. Bukan saling membanggakan
profesi dan mengucilkan profesi yang lain karena pada dasar semua profesi harus
bekerja sama, bahu membahu untuk menjalankan program. Semua mempunyai tanggungjawab,
saling bersinergi untuk menjalankan tugas. Untuk meningkatkan kesehatan
Masyarakat.
Karena ini bukan perlombaan untuk menentukan yang
paling baik, tapi saling bekerja sama untuk melakukan yang terbaik demi masyarakat
yang lebih sehat, untuk INDONESIA SEHAT.