Saturday 14 December 2019

4 TAHUN KULIAH FARMASI KERJA JADI BIDAN???


4 TAHUN KULIAH FARMASI
KERJA JADI BIDAN???
 
Penilaian FKTP Puskesmas Berprestasi PKM LIMBONG
 
            Assalamu Alaikum Wr. WB…
            Hai nama saya Canradewi dan saya seorang Farmasis atau bisa juga disebut Tenaga Teknis Kefarmasian atau Asisten Apoteker. Saat bekerja di Puskesmas Limbong dan saya dipanggil Bu Bidan.
            Tentu saja saya tidak melakukan pekerjaan Bidan seperti membantu persalinan atau menyuntik pasien. Jangankan menolong persalinan, melihat darah saja saya sudah pusing.
            Tapi kok malah di panggil bidan??? Saya juga sempat bingung, dan risih. Ternyata saya baru tahu setelah bekerja beberapa lama di Puskemas Limbong. Masyarkat memang terbiasa memanggil semua staff perempuan dengan panggilan Bidan, apapun profesinya kecuali Dokter sih yang tetap dipanggil dokter. Dan buat staff laki-laki disebut Mentari (panggilan buat perawat laki-laki).
            Ehm… setelah saya pikir-pikir, kalau tidak dipanggil Bu Bidan, sebaiknya dipanggil apa yah, Bu Farmasi? Bu Tenaga Teknis Farmasis? (kalau ini terdengar ribet banget yah). 
            Oh iya pernah ada kejadian, seorang pasien UGD mengalami pendarahan hebat. Saat itu saya hanya mengintip lewat pintu UGD karena penasaran dengan pasien tersebut. Dan seorang warga menegur saya, kenapa hanya mengintip tidak masuk kedalam untuk membantu melakukan tindakan. Secara refleks saya mengatakan takut melihat darah, warga tersebut sampai menatap saya dengan sinis sambil berkata “Bidan apa ini, masa takut darah”. Sempat mau protes sih, dan bilang maaf pak, saya bukan Bidan tapi karena situasi darurat akhirnya saya hanya diam dan bergegas pergi dari UGD.
Semenjak saat itu saya sangat jarang ke Ruang UGD jika ada pasien, saya hanya akan membantu perawat atau bidan untuk mengambikan obat ataupun Alat yang dibutuhkan di gudang obat.
Sebenarnya saya bukannya marah saat di panggil Bidan, dan justru sangat kagum dengan teman-teman Bidan. Kebetulan saya ditempatkan dengan tiga Bidan di Nusantara sehat Individu di penempatan Puskesmas Limbong. Bahkan kami semua serumah.
Dan sayapun meihat betapa susahnya menjadi serang Bidan yang harus siap siaga untuk menolong persalinan. Tidak puduli apakah subuh, pagi, siang, malam bahkan tengah malam sekalipun harus siap untuk menolong pasien.
Jika pasien sempat dibawah ke puskesmas maka mereka harus siap untuk menolong di Puskesmas. Namun yang lebih parahnya lagi jika pasien berada di desa dan tidak sempat dibawah ke Puskesmas maka teman-teman Bidanlah yang harus menuju desa untuk menolong pasien tersebut. Memang sih tiap Desa ada Bidan Desanya, tapi terkadang Bidan Desa juga tidak bisa menolong sendirian dan membutuhkan bantuan dari teman Bidan yang ada di Puskesmas.
Saya masih ingat jelas saat Bidan turun ke Desa Minanga untuk menolong persalinan dan saat itu cuaca sangat buruk, beberapa hari hujan turun dan terjadi longsor hingga membuat beberapa jalan terputus karena longsor hingga membuat mobil tidak bisa lewat dan bahkan motor harus diangkat karena tertanam dilumpur. Dan dengan penuh perjuangan mereka tetap nekad turun berboncengan dengan jalanan yang licin dan longsor. Sempat khawatir saat mereka pergi, Alhamdulilah mereka pulang dengan selamat walaupun pasien harus dirujuk.
Banyak tantangan yang harus dilalui saat mengabdi, bahkan mungkin harus bertarung nyawa untuk menolong pasien. Terkadang kita harus menanggung beban berat saat pasien yang kita tolong tidak selamat.
            Akhirnya saya sadar bahwa saya tidak seharusnya merasa risih dengan panggilan Bu Bidan, yah walaupun kuliah selama 4 tahun untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi. Menjadi Bu Bidan selama 2 tahun masa pengabdian dengan pekerjaan dibidang Farmasi (mengelolah Apotek dan Gudang Obat). Yang penting sih tidak mencoba membantu persalinan atau menyuntik pasien, karena bekerja harus sesuai tupoksi masing-masing. Kecuali jika benar-benar keadaan darurat.

Pelayanan Puskel PKM Limbong di Dusun Salukana
Pelayanan Puskel PKM Limbong di Dusun Salukana

Semua tenaga kesehatan mempunyai resiko yang harus ditanggung, apapun profesinya, baik itu Farmasis, Bidan, Analis, Kesling, Gizi, Dokter, Dokter Gigi, Kesmas, Perawat dan lainnya.
            Nusanatara Sehat mengajarkan saya bahwa tidak ada profesi yang paling baik, semua mempunyai tugas masing-masing. Bukan saling membanggakan profesi dan mengucilkan profesi yang lain karena pada dasar semua profesi harus bekerja sama, bahu membahu untuk menjalankan program. Semua mempunyai tanggungjawab, saling bersinergi untuk menjalankan tugas. Untuk meningkatkan kesehatan Masyarakat.
            Karena ini bukan perlombaan untuk menentukan yang paling baik, tapi saling bekerja sama untuk melakukan yang terbaik demi masyarakat yang lebih sehat, untuk INDONESIA SEHAT.

Friday 5 July 2019

Jalan Terputus!!! Angkat Motor Demi Penyuluhan #Jadi Tenaga Kesehatan Puskesmas Limbong Harus Kuat Part 3

Jalan Terputus!!!
 Angkat Motor Demi Penyuluhan
#Jadi Tenaga Kesehatan Puskesmas Limbong Harus Kuat Part 3


Kegiatan Sosialisasi

Assalamu Alaikum Wr. Wb…
Hai… Hai… Hai Tayo… Hai Tayo dia bus kecil ramah…
Melaju Melambat, Tayo selalu senang…. 
Cie pasti ada yang baca ini sambil nyanyi, iyakan… 
     Ketemu lagi nih guys, di tulisan saya ini. Semoga masih ada yang membaca blog ini sih. Oh iya tulisan ini masih seputar keseruan bertugas di Puskesmas Limbong. Dan semoga ini bisa menjadi gambaran perjuangan bertugas di Daerah Perbatasan Terpencil dan Kepulauan (DPTK) dan Daerah Beramasalah Kesehatan (DBK).Tidak bisa di pungkiri bahwa beberapa akses jalan di wilayah puskesmas Limbong masih sangat jelek, jalan berlubang, berbatu, menanjak tajam dan menurun. Digabung menjadi satu.  Sudah banyak warga yang menjadi korban, bahkan beberapa pegawai puskesmas juga sering jatuh.  
    Saya juga sudah mengalaminya sih, tapi saat itu saya masih sempat untuk melompat dari motor dan Alhamdulilah saya tidak jatuh tapi yang memboceng saya yang jatuh. Korbannya sudah banyak mulai dari luka ringan sampai yang berat, seperti patah tulang sampai harus dirujuk di rumah sakit kabupaten. Dan untungnya tidak disertai dengan patah hati sih. Tapi walaupun akses jalan menuju desa masih jauh dari kata bagus, pegawai puskesmas Limbong tetap semangat untuk melaksanakan programnya ke desa-desa, mulai dari posyandu yang dilaksanakan rutin setiap bulan sampai beberapa program yang memang mengharuskan untuk turun lapangan. Patut di acungi jempol, semangat dan tenaga petugas kesehatan sangat kuat.
Bahkan katanya dulu pegawai puskesmas Limbong harus jalan kaki untuk mencapai beberapa desa yang aksesnya tersulit, karena jalan yang dulu lebih parah dari yang sekarang. Yah walaupun jalan sekarang masih jelek tapi yah setidaknya ada perubahan karena sedikit demi sedikit sudah bisa dilalui dengan motor, walaupun kadang harus terjatuh dan tertati.Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah sosialisasi di desa-desa. Bulan maret tahun 2019 telah dilakukan sosialisasi di desa Pengkendekan yaitu sosialisasi Penyakit Tidak Menular (PTM) dan saat itu sedang musim hujan. Jalanan semakin licin, dan banyak titik longsor yang membuat akses jalan terputus.
      Kami memulai perjalanan menuju desa Pengkendekan pada siang hari setelah melakukan sosialisasi di desa Kanandede karena setiap sore biasanya wilayah kecamatan Rongkong di guyur hujan. Perjalanan menuju desa Pengkendekan bisa di katakan cukup sulit, struktur tanah yang lembek dan berbatu membuat pengendara roda dua harus bekerja ekstra keras untuk menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh.    Bahkan beberapa kali kami hampir jatuh dan akhirnya harus berjalan kaki untuk melewati jalanan yang sulit. Alhamdulillah bisa sampai dengan selamat.     
    Kegiatan sosialisasi Penyakit Tidak Menular (PTM) dimulai pada jam 9. Namun sosialisasi molor sampai jam 10 karena menunggu teman-teman staff puskesmas yang baru berangkat dari puskesmas. Saat itu desa Pengkendekan diguyur hujan dari sore sampai malam, hingga membuat jalan semakin licin dan becek. 
   Dan lebih parahnya lagi salah satu jembatan menuju desa Pengkendekan terputus karena longsor. Staff puskesmas yang baru berangkat akhirnya harus menunggu cukup lama di jembatan terputus tersebut. Mereka harus menunggu beberapa warga yang lewat untuk membuat jembatan yang bisa dilewati. Karena saat itu masih pagi, warga yang melewati jalan belum banyak. Akhirnya mereka hanya bisa membuat jembatan kayu yang hanya bisa dilewati oleh satu orang.  
     Saya juga sangat kagum dengan jiwa gotong royong masyarakat di kecematan Rongkong. Mereka berjibaku untuk mengangkat motor, bahkan membuat jembatan dengan waktu yang realitif singkat. Semoga ini bisa menjadi perhatian pemerintah Luwu Utara. Sebenarnya sudah ada pondasi yang berdiri, tapi pembangunannya belum selesai sampai sekarang. Dengan ada kejadian seperti ini, semoga pembangunan bisa kembali diteruskan, demi kenyamanan masyarakat yang ada di desa Pengkendekan dan juga petugas kesehatan yang
selalu turun lapangan ke desa-desa.
    Sebenarnya masih banyak daerah di seluruh Indonesia yang aksesnya lebih sulit dan perjuangan tenaga kesehatannya jauh lebih berat. Bahkan tak jarang mereka harus gugur di medan perjuangan mereka, demi Indonesia yang lebih sehat. Oh Iyah satu lagi nih, pesan buat tenaga kesehatan, dimana pun kita berada tetap semangat menjalankan tugas, jalani dengan ikhlas dan nikmati semua perjuangan yang telah kita lalui. Semoga ini bisa menjadi lahan ibadah buat kita semua. Semangat untuk INDONESIA yang lebih sehat.

   
     Untuk mengejar waktu akhirnya staff puskesmas Limbong beserta beberapa warga harus mengangkat motor dengan melewati jembatan kayu itu. Alhamdulillah akhirnya bisa sampai dengan selamat.


     Setelah sampai di desa Pengkendekan sosialisasipun di mulai. Sosialisasi berjalan dengan lancar dan masyarakat antusias untuk mendengar materi yang disampaikan oleh pemateri.   Kami meninggalkan desa Pengkendekan setelah sholat Dzuhur. Alhamdulillah ternyata jembatan masih sama, yaitu jembatan kayu yang hanya bisa dilewati dengan berjalanan kaki. Motor kembali harus diangkat melewati jembatan kayu itu, untungnya sudah banyak Masyarakat yang lewat jadi motor lebih mudah untuk digotong dengan bantuan dari masyarakat.


    

     Dan saat itu ada sebuah mobil dari desa Pengkendekan yang hendak menuju kota, otomatis mobil tersebut tidak bisa lewat. Kamipun menunggu warga untuk memperbaiki jembatan. Semuanya bergotong royong untuk membangun kembali jembatan. Kayu-kayu jembatan yang sempat terbawa banjir dikumpulkan kembali dengan alat seadanya. Kemudian kayu tersebut disusun dengan susah payah.
    Setelah hampir dua jam berlalu akhirnya jembatan sederhana berhasil dibuat. Dan tibalah saatnya uji coba jembatan tersebut. Mobil yang masih terparkir di seberang mulai bergerak perlahan, semuanya terlihat tegang karena tidak ada yang bisa menjamin kekuatan jembatan yang buat. Walaupun sebenarnya jembatan tersebut dibuat cukup kokoh.Mobil bergerak perlahan menurun, satu orang berada didepan mobil untuk mengarahkan sopir. Semuanya berteriak saat mobil sudah mencapai pertengahan jembatan. Mobil kesusahan untuk menanjak karena permukaan ujung jembatan cukup curang. 

    
     Permukaan tanah segera di cangkul oleh dua orang warga. Dan mobil kembali bergerak perlahan, tapi ternyata masih kesusahan. Akhirnya mobil di dorong, hingga mencapai seberang.    
   Jujur ini pengalaman berharga buat saya, dimana saat turun lapangan harus bertarung dengan nyawa dan memacu adrenalin. Bukan hal mudah saat harus melewati jalan menanjak dan menurunkan yang disertai dengan tanah liat yang licin, dan terkadang harus melewati longsor. Sepatu penuh tanah, baju kusut dan keringat dingin melihat jurang yang cucuram. Sungguh berbanding terbalik sih saat bekerja di kota.Tapi seruuuu banget, saat harus melakukan sosialisasi dan mengangkat motor untuk melewati jembatan. Yah walaupun bukan saya yang mengangkat tapi setidaknya bisa melihat secara langsung perjuangan seperti ini.

*Untuk lebih lengkapnya nonton youtYou dibawah ini!!! https://youtu.be/avDni1uufrY

Tuesday 7 May 2019

Merujuk Pasien Tanpa Ambulance #Jadi Tenaga Kesehatan Puskesmas Limbong Harus Kuat Part 2

Merujuk Pasien Tanpa Ambulance
#Jadi Tenaga Kesehatan Puskesmas Limbong  Harus Kuat Part 2

Assalamu Alaikum Wr. Wb…
Hai sobat Nusantara…
Apakabar nih??? Semoga semuanya tetap sehat.
OK guys setelah kemarin saya berbagi cerita tentang Dorong Ambulance. Kali ini saya akan lanjut berbagi cerita tentang  Merujuk Pasien Tanpa Ambulance. Loh gimana cara merujuk pasien tanpa Ambulance, mungkin ini sedikit membingungkan. Tapi hal ini beberapa kali terjadi di PUSKESMAS LIMBONG kecematan Rongkong.
  Wilayah kerja Puskesmas Limbong aksesnya cukup sulit ditempuh karena merupakan pegunungan. Yang mana beberapa daerah memang hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua, tentu saja mobil ambulance tidak bisa masuk. Dan terkadang longsor terjadi saat musim penghujan hingga menutup akses jalan utama.
Sebenarnya ada 2 keadaan kenapa pasien sampai bisa dirujuk tanpa ambulance pertama karena mobil ambulance Cuma satu sehingga saat ambulance terlanjur turun merujuk, terpaksa pasien selanjutnya dirujuk pakai mobil masyarakat. Yang kedua karena keadaan yang mengharuskan, saat ada pasien yang berada di dusun yang aksesnya tidak bisa dilalui mobil sehingga pasien dirujuk dengan cara ditandu oleh masyarakat (Ambulance Gotong Royong atau bahasa Rongkongnya Mambulle To’ Masaki’).
Supaya lebih jelas sabaiknya kita bahas satu-satu guys. Hubungan aja harus diperjelas agar tidak ada hati yang tersakiti, mungkin dengan komitmen tanpa status yang tidak jelas. Apalagi tulisan ini agar, tidak ada yang tersinngung. HeHeHeHe…. (Iklan ini dipersembahkan oleh #FarmasisBaper)
Lanjut yah guys. Kita bahas yang pertama yaitu merujuk pasien  dengan memakai mobil masyarakat. Jadi selama masa penempatan kurang lebih 9 bulan, (ehm jika hamil mungkin sudah melahirkan kali yah). Sudah dua kali pasien dirujuk memakai mobil masyarakat.
Sebenarnya ini sudah tidak sesuai SOP dan bisa membahayakan pasien, Namun pasien keadaannya sangat darurat dan mobil ambulance sudah turun merujuk pasien duluan. Pada kasus pertama pasiennya adalah anak-anak yang mengalami pendarahan disebabkan karena ada lintah yang masuk di alat kelaminnya. Katanya sih anak itu main di sawah.
Alat di Puskesmas tidak memadai sedangkan darah terus keluar dari alat kelamin anak itu. Petugas puskesmas sudah berusaha untuk melakukan pertolongan pertama dan menghubungi sopir ambulance lewat roger agar segera kembali ke Puskesmas namun tidak tersambung karena ambulance sudah berada di kabupaten untuk merujuk pasien lainnya.
Jalan terakhirnya yang dipilih adalah mencari mobil yang bisa ditumpangi, Alhamdulillah saat itu ada mobil pick up milik PT. PLN yang sedang mengecek tiang listrik yang baru di pasang, Akhirnya kepala desa beserta warga berinisiatif untuk meminta tolong pada petugas PLN tersebut.
Petugas yang merujuk adalah bidan Marsela dan bidan Anna yang merupakan tenaga Nusantara Sehat Individu.
Alhamdulilah petugas PLN nya bersedia untuk memberikan tumpangan untuk merujuk ke rumah sakit di kabupaten. Setelah pertolongan pertama dilakukan, dan mobil Pick Up milik PLN telah disulap menjadi ambulance dadakan. Pasien akhirnya bisa selamat sampai di rumah sakit kabupaten.

Photo by Anna Khoiria Ummah
Pada kasus kedua pasiennya seorang kakek-kakek yang jatuh dari tangga hingga kepalanya terluka dan terjadi perdarahan. Perawat yang bertugas segera menuju kerumah pasien karena pasien sudah tidak memungkinkan untuk dibawah menggukan motor dan mobil ambulance sudah turun merujuk.
Perawat yang bertugas segera melakukan pertolongan, karena kondisi pasien yang parah akhirnya pasien tersebut dirujuk ke puskesmas menggunakan truk milik warga yang biasa di pakai untuk mengangkut sapi atau kerbau yang kebetulan ada di tempat kejadian.
Sebenarnya ini sudah jauh dari kata sesuai dengan SOP tapi keadaan pasien yang gawat darurat jika tidak segera di tangani. Pasienpun dibawah ke puskesmas memakai mobil truk tersebut dan segera ditangani di puskesmas, Berbagai pertolongan dilakukan, mulai dari memasang tabung oksigen, memasang infus sampai menambah perban. Namun lagi-lagi alat yang tidak memadai hingga luka pasien tidak bisa dijahit karena lukanya terlalu dalam dan masih terus terjadi pendarahan.
Luka pasien dibalut dengan kasa tapi darahnya masih terus merembes hingga kasa kembali harus ditambah untuk menghentikan pendarahan. Petugas berusaha untuk menghubungi ambulance lewat roger (Handy Talkey) yang sudah merujuk dari pagi. Setelah menunggu cukup lama hingga malam, dan ambulance tidak bisa segera kembali ke Puskesmas karena mogok.
Dan kembali lagi mobil truk itu akhirnya di rubah jadi mobil ambulance dadakan dengan penambahan alat-alat medis seperti oksigen untuk membantu perawat dalam melakukan tindakan.
Pasienpun segera di rujuk menggunakan truk tersebut. Dan ternyata mobil ambulance sudah diperbaiki dan menjemput pasien di Kanandede, desa terakhir di wilayah kecematan Rongkong. Alhamdulillah pasien selamat sampai di rumah sakit kabupaten walaupun kesadaran pasien sempat menurun.



Sebenarnya kejadian seperti ini bisa di cegah Seandainya mobil ambulance ada dua atau minimal ada mobil ambulance baru untuk mengganti mobil ambulance yang sekarang, yang semakin hari semakin tua. Yah walaupun mobil ambulance rutin melakuakan pemeriksaan kesehatan di bengkel, tapi fisiknya sudah tidak sekuat yang dulu. Dia butuh penerus untuk melanjutkan perjuangannya mengantar pasien.

Jumlah pasien di Puskesmas Limbong memang tidak sebanyak puskesmas di kota tapi banyak kejadian darurat yang tiba-tiba terjadi. Mungkin tenaga kesehatan di Puskesmas Limbong sudah mencukupi dengan adanya tambahan dari Nusantara Sehat Individu ataupun tenaga kontrak dari dinas dan puskesmas. Tapi sarana dan prasarananya masih sangat butuh perhatian dari pemerintah setempat, karena masyarakat kecematan Rongkong yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Limbong juga berhak mendapatkan pelayan kesehatan seperti masyarakat di kota walaupun wilayahnya masuk kategori sangat terpencil.
Tapi guys inilah seninya bekerja di tempat sangat terpencil, selalu ada tantangan seru dan pastinya akan menjadi pengalaman berharga yang susah untuk dilupakan.
Oh iya lanjut kita bahas keadaan yang kedua, merujuk pasien dengan cara di tandu oleh masyarakat. Sudah beberapa kali sih ini terjadi, dan ini bukan karena tidak ada ambulance yang stay, tapi memang keadaan yang mengaharuskan.
Wilayah kerja Puskesmas Limbong meliputi daerah pegunungan yang tidak semua akses menuju desa dan dusunnya bisa dilalui dengan mobil bahkan dengan menggunakan motor sekalipun. Salah satunya yaitu desa Minanga yang hanya bisa di lalui menggunakan motor sehingga jika ada pasien yang sakit parah, masyarakat setempat harus begotong royong untuk mengangkat pasien dengan cara di tandu.
Sebenarnya masih banyak dusun yang jalannya lebih parah dari desa minanga dan semuanya harus ditandu.
Karenanya banyaknya akses sulit seperti itu akhirnya Puskesmas Limbong membuat MOU dengan semua kepala desa untuk menetapkan SK bagi masyarakat yang bisa membantu jika sewaktu-waktu ada masyarakat yang gawat darurat. Dan program ini dinamakan Ambulance Gotong Royong tapi sekarang sudah di ganti dengan bahasa rongkong yaitu Ma’bulle To’ Masaki’. Inilah salah satu inovasi dari Puskesmas LImbong.
Untungnya masyarakat Rongkong jiwa gotong royongnya sangat tinggi, dan menjunjung tinggi rasa kekeluargaan. Mereka bersedia untuk mengangkat pasien yang gawat tersebut hingga berkilo-kilo, sehingga masyarakat yang sakit dan gawat darurat bisa ditangani oleh tenaga kesehatan.


Btw sampai disini dulu yah cerita pengalaman yang bisa saya bagikan, nantikan cerita seru lainnya. Semoga ada manfaat yang bisa didapatkan dalam tulisan ini, jika ada kekeliruan dalam tulisan ini, silahkan di kritik dan berikan saran tapi dengan bahasa yang sopan yah guys. Terimakasih kepada semua yang telah membaca tulisan ini. silahkan di share tapi jangan lupa cantumkan nama penulis. Salam Sehat Untuk Kita Semua.
 Ini videonya untuk lebih jelasnya keadaan pasien yang harus di rujuk tanpa Ambulance, jangan lupa di klik yah...




Catatan Penulis : Tulisan diatas tidak bermaksud untuk menyinggung ataupun menyudutkan pihak-pihak tertuntu. Ini semua hanya keresahan penulis yang dituangkan dalam blog ini.

Dan maaf juga jika ada yang bertanya di Fb/Ig tentang Nusantara Sehat tapi belum sempat direspon, maklum guys penempatan tidak ada sinyal sama sekali. Nah jika ada yang masih mau tanya silahkan DM aja di INTAGRAM @Canradewi atau komen di blog ini. Tapi pertanyaan jangan susah-susah yah kan saya bukan pakar. Tapi akan dijawab semampu dan sebisa mungkin. Semoga Tulisan Ini Bermanfaat…

Sunday 14 April 2019

Ternyata Rencana Allah Lebih Indah

Ternyata Rencana Allah Lebih Indah

Saya pernah menulis sebuah target pencapaian, tepatnya pada akhir tahun 2014 menuju tahun 2015. Saat itu saya terinspirasi dari sebuah video motivasi yang mana dalam video itu ada seorang pemuda yang menulis seratus target yang ingin di capai dalam hidupnya.
Perlahan tapi pasti, satu persatu target tersebut tercapai. Yang awalnya target itu ditertawakan semua orang karena kemustahilannya, namun semuanya bungkam karena akhirnya target itu dapat tercapai. Yups... Sesuatu yang di anggap orang lain mustahil itu bisa tercapai.
Akhirnya saya mengikuti yang dilakukan oleh di video motivasi tersebut. Yah walaupun target yang saya tulis tidak sampai 100. Saat itu, saya hanya bisa menulis 10 target. Dan saya merasa bahwa target itu hanya tulisan belaka tanpa menyakinkan diri bisa mencapainya.
Target pertama yang saya tulis ada lulus S1, dan inilah target yang saya yakini bisa tercapai. Bahkan sangat yakin bisa mencapainya karena saat itu saya memang sedang menempuh pendidikan S1 dan sedang membuat proposal skripsi.
Target berikut yaitu jalan-jalan keluar negeri. Saya juga tidak tahu kenapa saya menulis jalan-jalan keluar negeri, target yang saya anggap sangat mustahil untuk bisa saya capai. Gimana bisa jalan-jalan keluar negeri, keluar kota naik pesawat aja tidak pernah. Ini mau jalan-jalan keluar negeri uang dari woy....
Walaupun saya sangat pesimis dengan target tersebut tetapi saya tetap menulisnya, yah untuk memenuhi target agar sampai 10.
Dan waktu terus berjalan, hingga tahun berganti. Dan takdir menuntun saya ke target yang saya anggap mustahil itu. Yups...  Sesuatu yang saya anggap mustahil tersebut ternyata benar-benar tercapai. Namun target yang saya sangat yakini bisa tercapai ternyata tidak tercapai.
Lah kok bisa??? Itulah kuasa Allah, mungkin rencana kita sudah sangat bagus dan begitu yakin akan terjadi. Tapi saat itu saya lupa bahwa Allah penentu dari segala rencana yang kita buat.
Disaat saya sedang sibuk untuk mengurus ujian hasil, tiba-tiba saya dan teman saya tergerak untuk ikut program Nusantara Sehat. Program dari kementerian kesehatan yang penempatannya di Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Jujur sih, penuh kegalauan saat tahu kalau saya lolos seleksi. Antara mau mengambil kesempatan tersebut atau tetap lanjut kuliah. Padahal saat itu tinggal ujian hasil dan saya akan memperoleh gelar sarjana Farmasi.
Banyak yang menyayangkan saya memilih ikut Nusantara Sehat. Bahkan pembimbing akademik saya sempat mengatakan bahwa saya akan menyesal dengan pilihan saya tersebut. Bahkan teman-teman saya juga mengatakan buat apa ikut itu, memang kamu tidak takut di tempatkan di tempat yang tidak ada sinyal, tidak ada listrik. Nanti kamu jadi orang primitif loh. Dan masih banyak lagi kegalauan yang saya alami.
Setiap pilihan pasti ada resikonya, dan saya siap untuk segala resiko yang akan saya hadapi. Singkat cerita saya di tempatkan di Kepulauan Riau tepatnya di pulau Karimun yang merupakan perbatasan antara Singapura dan Malaysia.
Alhamdulillah akhirnya saya bisa menginjakkan kaki di Singapura dan Malaysia, target yang mustahil itu bisa tercapai dengan rencana indah dari Allah. Yah walaupun target yang saya yakini pasti tercapai yaitu lulus S1 harus tertunda dan baru bisa terwujud setelah 2 tahun masa pengabdian di Nusantara Sehat.



Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa sekeren apapun rencananya, sebanyak apapun target yang kamu buat, semustahil apapun rencana tersebut. Allah  tetap yang maha penentu. Jalani prosesnya dan biarlah Allah yang menentukan hasilnya. Yakinlah bahwa ternyata rencana Allah SWT lebih indah. Yang perlu kamu lakukan adalah berusaha dan berdoa.

Thursday 28 February 2019

Dorong Ambulance #Jadi Tenaga Kesehatan Puskesmas Limbong Harus Kuat Part 1


Dorong Ambulance
#Jadi Tenaga Kesehatan Puskesmas Limbong  Harus Kuat Part 1

  
            Assalamu Alaikum Wr. Wb…
Hai sobat Nusantara…
            Kali ini saya ingin berbagi cerita pengalaman mengabdi di daerah kategori sangat terpencil, yaitu UPTD PUSKESMAS LIMBONG, Kec. Rongkong Kab. Luwu Utara Prov. Sulawesi Selatan.
            Kecematan Rongkong merupakan salah satu dari tiga kecematan di kab. Luwu Utara yang masuk dalam kategori kecematan sangat terpencil. Luas wilayah kec. Rongkong tercatat ± 686,5 km2 dan secara administrative terbagi menjadi 7 desa, 24 dusun.
            Kenapa dikategorikan sangat terpencil salah satunya karena akses yang sulit dijangkau, tidak ada sinyal, dan listrik belum 24 jam.
            Jadi ceritanya gini guys, setelah pasca penugasan tim based Nusantara Sehat batch 2, saya akhirnya kembali mengikuti Penugasan Khusus (Nusantara Sehat Individu) batch IV 2018. Dan memilih lokasi penempatan di Puskesmas Limbong.
            Setelah mengikuti pembekalan kurang lebih 10 hari akhirnya saya berserta 7 anggota Penugasan Khusus lainnya di berangkatkan ke wilayah kerja. Jadi total ada 8 orang peserta penugasan khusus terdiri dari 5 bidan, 1 analis kesehatan, 1 ahli gizi, dan 1 Farmasi. Sudah seperti tim sih, tapi bedanya disini kita lebih mempertanggung jawabkan tugas kita sesuai tupoksi masing-masing.
            Wilayah kerja UPTD Puskesmas Limbong ada 7 desa yaitu, Marampa, Limbong, Rinding Allo, Minanga, Komba, Pangkendekan dan Kanandede.
            Akses Puskesmas Limbong cukup sulit karena berada di pegunungan, kadang bisa ditempuh dengan 3-5 jam naik motor atau mobil, jalanan yang berbatu, berlubang dan juga licin saat hujan. Harus hati-hati karena salah sedikit bisa jatuh kejurang.
Ingat yah guys, jatuh kejurang lebih bahaya daripada jatuh cinta. Jika jatuh kejurang, kalau tidak patah yah meninggal, kalau jatuh cinta bisa bahagia, bisa sakit hati. HAHAHA…
            Sudah cukup jelas kan gimana akses yang harus ditempuh, jika kurang jelas bisalah jalan-jalan kesana karena pemandangannya sangat indah coy, udaranya juga segar dan dingin. Sedingin tatapanmu, yang membuatku berbunga-bunga. AHAYYY…
Kita juga akan disuguhkan indahnya sawah dilereng gunung, rumah-rumah warga yang dibangun bergerombolan dengan ciri khas rumah kayu. Bahkan kita bisa melihat indahnya kabut yang menutupi gunung saat sore atau pagi hari, hingga terasa didalam awan. Jika di Toraja terkenal dengan negeri diatas awan maka di Limbong bisa disebut negeri didalam awan.
Jadi tunggu apalagi, yuukkss jalan-jalan kecematan Rongkong, yakin nggak bakal nyesel. Ini nih salah satu penampakan keindahannya seperti lukisankan… 

photo by Canradewi
photo by Canradewi
             Tapi dibalik keindahan itu masih banyak sarana dan prasarana yang perlu kita benahi, salah satunya yaitu sarana kesehatannya.
            Jujur sih cukup miris saat ditempatkan di puskesmas ini, karena akses yang sulit banyak program yang tidak berjalan dengan baik.
            Makanya jadi tenaga kesehatan harus kuat. Maksudnya disini adalah harus kuat untuk menghadapi segala tantangan. Apalagi jika mengabdi di daerah sangat terpencil yang tanpa sinyal dan listik 24 jam. Selain harus kuat fisik juga harus kuat hati untuk menahan rindu yang bergejolak untuknya. Karena hanya doa sebagai pelampias rindu.
            Oh iya lanjut yah guys, cerita tentang salah satu pengalaman mengabdi di Puskesmas Limbong.
             Jadi saat itu, beberapa staf puskesmas Limbong termasuk saya dan beberapa teman dari Nusantara Sehat Individu terlibat dalam akreditasi dan kamipun melakukan kaji banding di Puskesmas Malangke yang merupakan puskesmas terakreditasi madya. Saat itu kami naik ambulance dari puskesmas Limbong ke Puskesmas Malangke.
            Saat perjalanan dari Limbong ke kabupaten bisa dibilang cukup mulus dan akhirnya kami bisa sampai di rumah kepala Puskesmas Limbong. Kami juga memakai mobil ambulance ke puskesmas Malangke. Dan saat di kabupaten, sopir ambulance yaitu pak Fauzan mendapat roger (alat komunikasi sejenis HT yang tidak memakai sinyal tapi saluran radio) bahwa ada masyarakat yang sakit dan ingin dirujuk ke rumah sakit kabupaten, Akhirnya ambulance naik kembali ke Puskesmas untuk menjemput pasien tersebut.
            Bisa dibayangkan mobil ambulance yang bisa dikategorikan sudah cukup tua itu bolak-balik dari kabupaten ke puskesmas Limbong dengan waktu tempuh kurang lebih 8 jam. Alhamdulillah ambulance itu bisa membawa pasien sampai kerumah sakit dengan selamat.
            Tepatnya jam 12 malam, kami dijemput oleh Pak Fauzan untuk diantar kembali ke puskesmas. Bisa dibayangkan guys gimana ngerinya. Perjalanan tengah malam melewati gunung dan hutan. Jujur sih saat itu kami sangat khawatir dan sempat tidak mau pulang, karena sopir ambulance dan kepala puskesmas menjamin keamanan, akhirnya kami bersedia ikut.
            Muatan mobil ambulance saat itu cukup banyak, karena membawa beberapa ATK untuk puskesmas dan obat dari instalasi gudang farmasi di kabupaten, ditambah penumpang yang ikut saat itu berjumlah 10 orang, 11 dengan sopirnya.
            Tentu saja posisi duduk kami jauh dari kata nyaman, tapi mau gimana lagi tidak ada kendaraan lain saat itu.
            Perjalanan berjalan lancar hingga melewati desa pertama yang telah memasuki wilayah kerja puskesmas Limbong yaitu desa Kanandede. Saat melewati pustu ambulance masih berjalan dengan mulus, yaps mulus. Namun saat melewati jalanan yang menanjak mobil ambulance tiba-tiba berhenti. Awalnya kami masih berusaha berpikiran positif, mungkin mobilnya cuma mati mesin sesaat. Sambil terus berdoa, tapi tertanyata mobil ambulance tersebut tidak bisa menyala.
            Apalah daya akhirnya kami semua turun dan berusaha untuk mendorong ambulance tersebut sekuat tenaga. Alhamdulillah ambulancenya hanya bergeser beberapa senti. Kami tetap berusaha keras mendorong ambulancenya, namun tenaga kami tidak cukup untuk membuat mobil ambulance bergeser lebih jauh.

               Malam semakin larut, udara dingin semakin menusuk kulit dan jalanan yang becek, menjadi saksi bisu kami saat itu. Pengen nangis…. Ehmm… tidak juga, karena ini adalah pengalaman seru dan tidak akan pernah terlupakan. Dan mungkin akan selalu menjadi cerita indah.
            Akhirnya guys, kami bermalam disitu. Mulai menyalakan api unggun, kamipun memutuskan untuk tidur di mobil ambulance, mengatur posisi tidur agar semuanya muat.
            Dan akhirnya pagi menjelang, kami bangun dengan badan segar??? Ehm maksudnya dengan badan pegal sih.
            Setelah itu akhirnya pak Fauzan berjalan kerumah warga untuk meminta bantuan. Alhamdulillah setelah aki mobil di ganti, mobil ambulance bisa jalan lagi.
            Kamipun sampai ke Puskesmas sekitar jam 10 pagi. Untung sih saat itu ambulance hanya mengangkut pegawai dan tidak dalam keadaan merujuk pasien. Coba bayangkan jika pasien gawat yang harus segera mendapat tindakan medis di rumah sakit, namun tiba-tiba mobil ambulancenya mogok. Bisa meninggal dijalan pasiennya. Dan semoga hal itu tidak terjadi.        
            Oh iya mobil ambulance cuma satu di puskesmas, dan itupun sudah tua. Walaupun rutin dilakukan perawatan tapi tetap saja banyak penyakitnya, jadi bukan Cuma manusia yang banyak penyakit, ambulance juga. Semoga ini bisa menjadi perhatian pemerintah kabupaten Luwu Utara khususnya dinas kesehatan agar Puskesmas Limbong bisa mendapatkan mobil ambulance lagi.
 Dan terkadang jika pasien rujukan lebih dari 2, mau tidak mau kami memakai mobil warga, pernah memakai truk dan juga mobil PLN  untuk merujuk (nanti kita akan bahas ini di tulisan senlanjutnya)…

Catatan Kecil : tulisan ini dibuat sebagai keresahan penulis atas sarana dan prasaran di puskesmas penempatan saat ini, jika ada pihak yang kurang setuju dengan tulisan diatas, mohon dimaafkan yah… Dan semoga ini bisa menjadi perhatian untuk pemerintah KABUPATEN LUWU UTARA agar lebih memperhatikan sarana dan prasarana puskesmas terutama yang di daerah kategori sangat terpencil seperti PUSKESMAS LIMBONG.

*Catatan Penulis : maaf juga jika ada yang bertanya di Fb/Ig tentang Nusantara Sehat tapi belum sempat direspon, maklum guys penempatan tidak ada sinyal sama sekali. Nah jika ada yang masih mau tanya silahkan chat aja di INTAGRAM @Canradewi atau komen di blog ini. Tapi pertanyaan jangan susah-susah yah kan saya bukan pakar. Tapi akan dijawab semampu dan sebisa mungkin. Semoga Tulisan Ini Bermanfaat…