Sunday 1 September 2013

     

By : CANRADEWI

TULANG RUSUK YANG TAK SEMPURNAH
“Halo… Assalamu Alaikum…”. Suara itu membuat jantung Yani berdetak kencang. “Halo…” ucapnya lagi. Yani berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak. “walaikum salam” ucapnya hanya bisa menjawab salamnya. “bagaimana kabar kamu? Sudah lama aku tidak mendengar suaramu?” tanyanya lagi. Ternyata suaranya tidak berubah masih seperti dulu, saat dia mengajar Yani dibangku SMA. “Alhamdulillah baik pak”. Jawab Yani cukup singkat. “Alhamdulillah kalau begitu, bagaimana dengan kuliahmu?” Tanyanya berusaha membuka percakapan. “ Alhamdulillah lancar pak”. Ucap Yani lagi. “Alhamdulillah… apa kamu tidak mau menyakan kabarku?”. Tanyanya dengan nada bercanda.
Sebenarnya Aryani sudah lama berusaha melupakan gurunya tersebut, dia berusaha untuk menghindarinya. “baiklah bagaimana kabar bapak?” ucap yani akhirnya. “kenapa kamu terkesan terpaksa menanyakan kabarku? Tapi mungkin itu hanya perasaanku, Alhamdulillah aku juga baik”. mungkin dia agak curiga dengan perkataan Yani tadi. Yani berusaha untuk mengendalikan dirinya dan berusaha untuk mencairkan suasana.
“Baik-baik ya disana, jangan lupa belajar” katanya sebelum menutup teleponnya. Dia menghembuskan napas panjang, lalu menatap Hpnya dengan kesal. Kenapa hari ini dia muncul lagi setelah sekian lama Yani berusaha untuk melupakannya.
Yani semakin kesal ketika mengingat semasa SMAnya. Dia mengingat ketika bertemu dengan gurunya tersebut. Saat itu Yani masih duduk dibangku kelas XI.IPA 1. Yani masih ingat pada saat Pak Irwan pertama kali masuk kekelas dan tiba-tiba memberikan soal. tidak ada siswa yang bisa lihat buku, akhirnya mereka menjawab soal tersebut dengan seadanya sesuai kemampuan otak mereka. “Selesai tidak selesai soalnya harus dikumpul”. Teriak Pak Irwan didepan kelas. Sesuana kelas yang tadinya tenang menjadi ribut karena banyak siswa yang belum selesai menjawab soalnya.
Akhirnya semua kertas soal sudah berada ditangan Pak Irwan. Dia langsung memeriksa soal-soal tersebut. Semua siswa yang tadinya ribut kini sudah tenang kembali dan mereka sangat deg-degan menunggu hasil jawaban mereka.
Tiba-tiba pak Irwan berdiri dan merobek kertas jawaban siswa yang nilainya sangat rendah. Semua siswa semakin ketakutan melihat ekspresi wajah Pak Irwan yang kelihatan sangat marah melihat jawaban siswa-siswanya. “apa begini hasil belajar kalian selama ini? ini Cuma soal yang sangat mudah yang saya berikan pada kalian. Kenapa hasilnya sangat mengecewakan?” teriak pak Irwan. “mulai sekarang saya akan memberikan kuis seperti ini setiap saya masuk mengajar”. Katanya lagi. Diapun meninggalkan kelas itu walaupun jam pelajaran belum berakhir.
Setelah melihat pak Irwan keluar dari kelas semua siswa menjadi ribut. Mereka semua kesal dengan perlakuan guru baru itu, begitupun dengan Yani. Dia sangat kesal dan emosi ketika melihat guru baru itu merobek kertas jawaban temannya. Walaupun  Kertas Yani tidak dirobek karena hasil jawabannya cukup bagus dan dia termasuk siswi yang pintar. Tapi Yani merasa bahwa guru itu tidak menghargai hasil pemikiran siswanya. Dan mulai saat itu Yani sangat membenci guru itu.
Sudah dua minggu pak Irwan mengajar dan diapun selalu memberikan kuis sebelum mulai mengajar. Tapi, dia sudah tidak merobek kertas siswa-siswa yang nilainya rendah. Dia hanya memberikan tugas tambahan pada siswa-siswa itu. Yani yang memang termasuk salah satu siswi yang pintar dan mulai dikenal oleh pak Irwan. Karena setiap kuis nilainya selalu bagus. Yani sering diminta oleh Pak Irwan untuk mengerjakan soal yang ada dipapan tulis. Lama kelamaan pak Irwan sepertinya ketagihan memanggil nama Yani.
“Hei.. kamu tolong panggilkan Aryani”. Ucap pak Irwan pada siswa yang sedang lewat didekat ruang guru. “iya pak”. Kata siswa itu. tidak lama kemudian Yani sudah berada didepan ruang guru. “maaf pak, kenapa bapak mencari saya?” Tanya Yani yang sudah berada didepan meja pak Irwan. “tolong belikan air dikantin belakang”. Suruh pak Irwan sambil memberikan ungannya pada yani.
Yani merasa kesal, karena dia dipanggil hanya untuk membeli air. Padahal kelasnya cukup jauh dari ruang guru. “kenapa guru itu tidak menyuruh siswa yang tadi, padahalkan bisa lebih cepat kalau dia meyuruh siswa itu”. Gerutu yani saat menuju kantin.
Semakin lama Yani semakin sering dipanggil Pak Irwan, kadang dia hanya disuruh membeli makanan dan sering juga disuruh untuk membagikan buku tugas temannya. Tanpa sadar Yani merasa semakin menganal guru itu dan semakin dekat dengannya.
Siswa-siswa merasa curiga dengan kedekatan Yani dan Pak Irwan, akhirnya gosippun beredar kalau yani dan pak Irwan pacaran. Yani sering kali diejek oleh teman-temannya, dan dia selalu menyangkal ejekan temannya itu.
Indri salah satu teman baiknya sewaktu SMP yang baru pindah disekolah itupun, merasa curiga dengan kedekatan Yani dan Pak Irwan. Karena penasaran akhirnya Indri menanyakan langsung pada Yani. “Yani… apa kamu benar-benar pacaran dengan pak Irwan” Tanya Indri didepan kelas. Yani hanya diam terpaku dengan wajah yang merah. “apa kamu benar-benar pacaran dengan dia?” Tanya indri sekali lagi. “tidak...tidak..tidak… itu hanya gossip”. Ucap yani yang tampak panik. “syukurlah aku pikir kamu benar-benar pacaran sama pak Irwan”. Seru Indri tersenyum ceria.
Tidak terasa tahun ajaran baru telah dimulai dan sekarang ini Aryani sudah kelas XII.ipa 1. Hari pertama sekolah dimulai dengan pelajaran TIK di lab.komputer, karena komputernya tidak cukup untuk setiap siswa akhirnya pak Irawan membagi dua kelompok siswa yang bergantian masuk kedalam lab. Dan dia memanggil dua siswa yang dia ajar untuk pengoperasian komputer. Tentu saja yang dia panggil adalah Aryani dan salah satu siswa cowok. Walaupun semester telah berganti tapi pak Irwan masih sering memanggil yani keruangannya.
“Yani, apa betul kamu tidak pacaran dengan pak Irwan?” Tanya Indri lagi yang semakin curiga dengan kedekatan Aryani dan pak Irwan dari hari kehari. “Indri aku sama pak Irwan hanya sebatas guru dan murid tidak lebih dari itu”. ucap Yani. “tapi kenapa dia selalu memanggil kamu, tidak hanya dikelas tapi pada saat jam istirahat juga. dan kamu selalu datang ketika dipanggil oleh pak Irwan”. Seru Indri yang semakin curiga. “karena aku menghormati dia sebagai guruku, dan mungkin pak Irwan selalu memanggilku karena dia sudah mengenalku”. Yani berusaha untuk menyakinkan Indri. “aku harap semoga itu hanya sebatas hubungan antara murid dan guru saja”. Ucap Indri lagi yang terlihat masih tidak mempercayai yani. “aku tegaskan sekali lagi. Aku hanya menghormati dia sebagai guru kita tidak lebih dari itu” seru Yani agak kesal. “maaf aku selalu menanyakan hal ini, karena aku suka sama Pak Irwan”. Ucapan Indri itu membuat Aryani sangat kaget . Dia tidak percaya bahwa selama ini Indri mempunyai perasaan sama pak Irwan.
Tiba-tiba ada perasaan cemburu yang terbesit saat mendengar perkataan Indri itu. “baiklah aku akan berusaha agar tidak terlalu dekat lagi dengan Pak Irwan”. Kata Yani ketus. “tidak apa-apakan kalau aku suka sama dia?”. Tanya Indri sambil tersenyum bahagia. “tentu saja tidak apa-apa, itu hak kamu”. Terlihat  kekecewaan pada raut wajah Yani.
Hari demi hari berlalu ujian Nasionalpun semakin dekat. Semua siswa belajar dengan giat, tak terkecuali Yani. Setiap hari semua siswa belajar dipagi hari dan les disiang hari sampai sore hari. Kegiatan belajar yang padat sempat membuat Yani melupakan masalahnya dengan pak Irwan dan Indri, tapi hari indri mengingatkannya lagi dengan semua itu.
“Yani, aku mau curhat sama kamu?” panggil Indri pada yani saat istirahat. “ada apa?” Tanya Yani agak bingung. “kita bicara dikelas saja, disini terlalu banyak orang”. Ucap Indri sambil menarik tangan Yani menuju kelas.
Sesampainya dikelas, Indri memeluk Yani dan menangis dipundak Yani. “ada apa Indri?” Tanya Yani cemas. “pak Irwan tidak suka sama aku?” katanya sambil menangis tersedu-sedu. “darimana kamu tahu kalau pak Irwan tidak suka sama kamu?” Yani tambah bingung. “aku sudah menembak dia tapi…” belum sempat melanjutkan perkataannya Indri menangis lagi. “sabar…sabar…”. Hanya kata itu yang mampu Yani ucapkan. “dia menolak aku karena dia tidak mau pacaran dengan muridnya. Apa salah kalau murid sama guru pacaran”. Seru Indri kesal. “sabar, mungkin ada benarnya juga kata pak Irwan. Seharusnya kita focus dengan UN, tidak usah memikirkan masalah pacaran dulu. Kalau kita sudah ujian mungkin pak Irwan akan membuka hatinya untukmu”.  “tapi menurutku dia mencintai orang lain”. Seru Indri tertunduk lesuh. Timbul perasaan bahagia dibalik rasa cemas Yani. APA MUNGKIN ORANG ITU AKU. Pikir Yani.
Hari ini Aryani dan beberapa temannya berencana untuk mendaftar SNMPTN secara online diwarnet dekat sekolahnya. Tanpa sengaja dia bertemu dengan pak Irwan, dan akhirnya pak Irwan menemani mereka untuk mendaftar. Setelah selesai mendaftar, Yani beserta teman-temannya hendak pulang. “semoga kalian semua bisa lulus SNMPTN” kata pak Irwan. “Aminnn pakkk…” teriak Yani beserta teman-temannya. “Yani kamu pulang dengan bapak, karena rumahmu yang paling jauh dari sini”. Kata pak Irwan lagi. Yanipun sangat kaget mendengar ajakan pak Irwan itu. “cie..cie… diajak pulang bareng pak Irwan nie” seru salah satu temannya. Yang lainnyapun ikut mengejek Yani. Pak Irwan hanya tersenyum dan Yani tersipu malu.
Beberapa menit kemudian deruh motor pak Irwan sudah terdengar didepan rumah Yani. “belajar baik-baik untuk persiapan ujian dan SNMPTN”. Ucap pak Irwan ketika yani sudah turun dari motornya. “iya pak”. Jawab Yani singkat. “Yani tunggu dulu, ada yang mau bapak katakan sama kamu” cegah pak Irwan ketika melihat Yani akan masuk kerumahnya. “ada apa pak?” kata Yani sedikit canggung. “sebenarnya bapak suka sama kamu”. Tubuh Yani terbujur kaku, wajahnyapun seketika memerah dan tak ada kata-kata yang mampu terucap dari bibirnya. “maaf jika bapak lancang, tapi sudah terlalu lama bapak memendam perasaan ini”. ucap pak Irwan lagi. Suasana menjadi hening sesaat. “bukannya bapak sendiri yang mengatakan kalau tidak ingin pacaran dengan muridnya”. ucap Yani dengan bibir gemetaran. “kapan aku mengatan itu?”. pak Irwan terlihat bingung. “saat temanku mengungkapkan perasaannya pada bapak”. ucap Yani dengan jantung yang berdegup kencang. pak Irwan terlihat sangat kecewa. “jadi dia itu teman kamu? Aku mengatakan itu karena aku tidak suka sama dia”. “kalau bapak beralasan tidak ingin pacaran dengan dia, karena dia murid bapak begitupun dengan aku. Aku tidak ingin pacaran dengan bapak Karena aku murid bapak”. Seru yani tanpa memandang wajah pak Irwan. Raut kekecewaan digaris wajah pak Irwan tidak dapat dia sembunyikan. “baiklah kalau itu mau kamu, aku akan menunggu hingga kamu lulus”. Kata Pak Irwan sambil tertunduk lesuh sebelum beranjak dari rumah Yani.
Semua memori tentang pak Irwan yang telah lama Yani ingin hapus seketika kembali menyelimuti pikirannya seakan takdir mengharuskan mereka bertemu kembali.
Keeseokan harinya pak Irwan menelpon lagi dan mengajak Yani untuk ketemuan. Beribu alasan telah Yani ungkapkan untuk menolak ajakan pak Irwan tapi tak ada satupun yang berhasil. Akhinya Yani mengiyakan ajakan itu.
Hari ini Yani terlihat termenung sendiri dikelas. “eee… masih pagi sudah memasang muka lesuh”. Tegur Tia salah satu teman kampusnya. Yani hanya diam terpaku. “kamu kenapa?” Tanya Tia dengan serius. “masalah hati dan perasaan”. Jawab Yani. “apa karena guru itu lagi?” Tanya Tia lagi sedikit kepo. Seketika wajah Yani berubah. “bukan…bukan dia”. ucap Yani berusaha mengelak. “mulut bisa berbohong tapi perasaan tidak bisa dibohongi”. Seru Tia seolah-olah seperti orang bijak. “tapi aku memang tidak berbohong” kata Yani sedikit kesal mendengar perkatan Tia. “kalau dia jodohmu, sekuat apapun kamu menjauhinya itu tidak akan berhasil karena jodoh sudah diatur oleh Allah. Dan skenario Allah lebih indah daripada yang kamu bayangkan karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.”  Seru Tia sambil duduk didekat Yani. “jadi menurut kamu pak Irwan orang yang aku butuhkan?”. Tanya Yani tiba-tiba. “aku tidak mengatakan itu, karena aku juga tidak tahu pak Irwan itu jodoh kamu atau bukan”. Tia berusaha untuk membela diri. “aku harap dia mendapat jodoh yang lebih baik dari aku”. “siapapun jodoh dia, yang jelas tulang rusuknya tidak akan tertukar. Dan jika kamu tulang rusuknya kamu harus menerimanya karena dia tidak akan sempurnah tanpa tulang rusuknya”.
“aku harap dia mendapatkan tulang rusuk yang lebih baik dari aku”. Ucap  Yani dengan bimbang seolah-olah menginkari kata hatinya.
            Keesokan harinya pak Irwan menjemput Yani, Sosoknya yang rapih dengan baju kotak-kotak dipadukan dengan celan jeans hitam dihiasi senyuman manis yang terpancar dibibirnya semakin membuat jantung Aryani berdegup kencang ketika melihat dia berdiri didepan rumahnya. “Assalamu alaikum… apakah kamu sudah siap?” Tanyanya dengan tetap tersenyum. “walaikum salam pak, iya aku sudah siap”. Jawab Aryani dengan sedikit senyum untuk mengimbangi senyum lebar pak Irwan.
            “kamu mau nonton film apa?” Tanya pak Irwan sesampainya dibioskop XXI yang berada dimall dekat rumah Aryani. “terserah bapak”. Jawab Yani agak canggung, dia selalu memperhatikan sekelilingnya sebelum berenjak dari tempatnya. “kenapa kamu jalan sambil tunduk, apa kamu mencari sesuatu?” Tanya pak Irwan curiga. Tampaknya Yani tidak berniat menjawab pertanyaan itu. karena merasa dicuekin akhirnya pak Irwan diam dan hanya mengikuti langkah kaki Yani menuju studio.
            Semua penonton sudah memasuki studio bioskop begitupun dengan pak Irwan dan Yani, mereka memilih tempat duduk dibelakang. Dan Semua penonton terdiam ketika filmnya dimulai. “aaaaaaa” teriak semua penonton saat adegan menegangkan terjadi dalam film. Tanpa sengaja Yani memegang tangan pak Irwan, menyadari hal itu pak Irwan tersenyum. “maaf, pak aku tidak sengaja”. Kata Yani sambil menarik tangannya. “tidak apa-apa, aku justru senang”. Ucap pak Irwan.
            Kepuasan terpancar pada wajah penonton yang telah keluar dari bioskop seusai menyaksikan pemutaran filmnya, Begitupun dengan pak Irwan dan Aryani. “  tidak salah aku memilih film THE CONJURING karena filmnya menarik dan cukup menegangkan”. Seru pak Irwan dengan penuh semangat. “iya pak, banyak adegan . yang menegangkan dan menakutkan”. Yani juga tampak puas dengan film itu. “menurutku adegan paling  menarik saat hantunya tiba-tiba muncul dan semua penonton teriak, dan saat itu aku sangat senang ketika kamu memegang tanganku”. Ucap Pak Irwan dengan tersenyum lebar yang membuat deretan giginya terlihat, seketika wajah Yani memerah. Dia hanya tersenyum untuk menutupi rasa malunya.
            “Pak, terima kasih sudah menteraktir aku makan dan nonton”. Seru Yani saat berada dimotor dalam perjalanan pulang kerumahnya. “iya, aku sangat senang kita bisa jalan seperti ini, dan aku harap semoga ini bisa sering-sering kita lakukan”. Yani tidak bisa mengontrol degup jantungnya yang semakin berdegup kencang. “pak… sebenarnya aku masih tidak nyaman dalam situasi ini. jujur, aku merasa takut”. “apa yang kamu takutkan??? Bukankah saat ini kamu bukan muridku lagi”. “aku memang bukan murid disekolah tempat bapak mengajar tapi aku alumni dari sekolah itu dan tidak ada mantan guru dan mantan murid, jadi selamanya aku tetap menjadi murid bapak”. “apa salahnya jika murid dan guru menjalin hubungan?”. “memang tidak ada yang salah tapi aku yang masih tidak bisa menerima situasi yang serumit ini”. suasana menjadi hening hanya suara deruh motor dan mobil dijalan itu yang terdengar.
            Tak ada kata yang terucap  lagi ketika motor pak Irwan sudah terparkir didepan rumah Yani. Yanipun turun dari motor pak Irwan dengan wajah yang sedih dan bergegas melangkahkan kakinya menuju rumahnya. “mungkin kamu tidak bisa menerimah situasi ini, tapi setidaknya kamu harus jujur pada kata hatimu tanpa harus mendengar perkataan orang lain”. Sontak langkah kaki Yani terhenti. Dengan perlahan dia membalikkan badannya. “maaf pak…” hanya itu yang mampu terucap dari bibir Yani, air mata yang berusaha dia bendung kini mengalir tanpa henti. “apakah aku sebegitu buruknya dimatamu sehingga kamu tidak mau menerimaku?” ucap pak Irwan dengan perasaan sedih. “bukan bapak yang buruk tapi aku yang tidak pantas untuk bapak. aku masih terlalu takut untuk menghadapi kenyataan, tidak bisa menentukan perasaanku dan tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu”. Dada Yani terasa sesak, perasaannya bercampur aduk tapi kesedihan mendalam yang paling dia rasakan. “kalau itu mau kamu, aku tidak akan mengganggumu lagi karena aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku. Walaupun itu cukup menyakitkan bagiku. Aku harap semoga kamu bisa menemukan orang yang lebih baik dariku”. Ucap pak Irwan lirih. “semoga bapak juga menemukan tulang rusuk bapak yang jauh lebih baik dari aku. Karena aku masih belum bisa menjadi tulang rusuk yang sempurna buat bapak”. Ucap yani disela isak tangisnya. Pak Irwanpun pergi dengan raut wajah  sedih yang tidak bisa dia sembunyikan.
            Sebulan kemudian terdengar kabar pak Irwan akan menikah dengan seorang guru, semua teman SMA Yani menanyakan hal itu pada Yani untuk memastikan berita itu. KENAPA SEMUANYA MENANYAKAN  BERITA ITU PADAKU, TIDAK ADA LAGI HUBUNGAN ANTARA AKU DAN DIA. SELAIN HUBUNGAN ANTARA GURU DAN MURID. APAKAH KALIAN TIDAK MENGERTI BETAPA SUSAH PAYAHNYA AKU MENATA HATIKU KARENA DIA. Keluh Yani dalam hatinya ketika melihat sms beberapa temannya.
Voc: Maudy Yunda (Cinta Datang Terlambat)
Tak kumengerti mengapa begini
Waktu dulu kutak pernah merinduh.
Tapi saat semua berubah
 Kau jauh dariku, Pergi tinggalkanku
            Mungkin memang kucinta
            Mungkin memang kusesali
Pernah tak hiraukan rasamu dulu
Aku hanya ingkari
Kata hatiku saja
Tapi mengapa kini cinta datang terlambat
Hanya Lagu ini yang selalu setia menemai Yani dalam kesendiriannya, Bagaikan Ost. dalam hidupnya yang mewakili perasaan dan rasa sakitnya. Terjebak dalam penyesalan yang terindah yang telah memawarnai perjalanan hidupnya. Dan menjadi pelajaran berharga  untuk menjadi tulang rusuk yang lebih baik sehingga dapat menyepurnakan pemiliknya kelak.



           
           
           
           
           




No comments:

Post a Comment