By : CANRADEWI
TULANG RUSUK YANG TAK SEMPURNAH
“Halo…
Assalamu Alaikum…”. Suara itu membuat jantung Yani berdetak kencang. “Halo…”
ucapnya lagi. Yani berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak. “walaikum
salam” ucapnya hanya bisa menjawab salamnya. “bagaimana kabar kamu? Sudah lama
aku tidak mendengar suaramu?” tanyanya lagi. Ternyata suaranya tidak berubah
masih seperti dulu, saat dia mengajar Yani dibangku SMA. “Alhamdulillah baik
pak”. Jawab Yani cukup singkat. “Alhamdulillah kalau begitu, bagaimana dengan
kuliahmu?” Tanyanya berusaha membuka percakapan. “ Alhamdulillah lancar pak”. Ucap
Yani lagi. “Alhamdulillah… apa kamu tidak mau menyakan kabarku?”. Tanyanya
dengan nada bercanda.
Sebenarnya
Aryani sudah lama berusaha melupakan gurunya tersebut, dia berusaha untuk
menghindarinya. “baiklah bagaimana kabar bapak?” ucap yani akhirnya. “kenapa
kamu terkesan terpaksa menanyakan kabarku? Tapi mungkin itu hanya perasaanku,
Alhamdulillah aku juga baik”. mungkin dia agak curiga dengan perkataan Yani
tadi. Yani berusaha untuk mengendalikan dirinya dan berusaha untuk mencairkan
suasana.
“Baik-baik
ya disana, jangan lupa belajar” katanya sebelum menutup teleponnya. Dia
menghembuskan napas panjang, lalu menatap Hpnya dengan kesal. Kenapa hari ini
dia muncul lagi setelah sekian lama Yani berusaha untuk melupakannya.
Yani
semakin kesal ketika mengingat semasa SMAnya. Dia mengingat ketika bertemu
dengan gurunya tersebut. Saat itu Yani masih duduk dibangku kelas XI.IPA 1.
Yani masih ingat pada saat Pak Irwan pertama kali masuk kekelas dan tiba-tiba
memberikan soal. tidak ada siswa yang bisa lihat buku, akhirnya mereka menjawab
soal tersebut dengan seadanya sesuai kemampuan otak mereka. “Selesai tidak
selesai soalnya harus dikumpul”. Teriak Pak Irwan didepan kelas. Sesuana kelas
yang tadinya tenang menjadi ribut karena banyak siswa yang belum selesai
menjawab soalnya.
Akhirnya
semua kertas soal sudah berada ditangan Pak Irwan. Dia langsung memeriksa
soal-soal tersebut. Semua siswa yang tadinya ribut kini sudah tenang kembali
dan mereka sangat deg-degan menunggu hasil jawaban mereka.
Tiba-tiba
pak Irwan berdiri dan merobek kertas jawaban siswa yang nilainya sangat rendah.
Semua siswa semakin ketakutan melihat ekspresi wajah Pak Irwan yang kelihatan
sangat marah melihat jawaban siswa-siswanya. “apa begini hasil belajar kalian selama
ini? ini Cuma soal yang sangat mudah yang saya berikan pada kalian. Kenapa
hasilnya sangat mengecewakan?” teriak pak Irwan. “mulai sekarang saya akan
memberikan kuis seperti ini setiap saya masuk mengajar”. Katanya lagi. Diapun
meninggalkan kelas itu walaupun jam pelajaran belum berakhir.
Setelah
melihat pak Irwan keluar dari kelas semua siswa menjadi ribut. Mereka semua
kesal dengan perlakuan guru baru itu, begitupun dengan Yani. Dia sangat kesal
dan emosi ketika melihat guru baru itu merobek kertas jawaban temannya.
Walaupun Kertas Yani tidak dirobek
karena hasil jawabannya cukup bagus dan dia termasuk siswi yang pintar. Tapi
Yani merasa bahwa guru itu tidak menghargai hasil pemikiran siswanya. Dan mulai
saat itu Yani sangat membenci guru itu.
Sudah
dua minggu pak Irwan mengajar dan diapun selalu memberikan kuis sebelum mulai
mengajar. Tapi, dia sudah tidak merobek kertas siswa-siswa yang nilainya rendah.
Dia hanya memberikan tugas tambahan pada siswa-siswa itu. Yani yang memang
termasuk salah satu siswi yang pintar dan mulai dikenal oleh pak Irwan. Karena
setiap kuis nilainya selalu bagus. Yani sering diminta oleh Pak Irwan untuk
mengerjakan soal yang ada dipapan tulis. Lama kelamaan pak Irwan sepertinya
ketagihan memanggil nama Yani.
“Hei..
kamu tolong panggilkan Aryani”. Ucap pak Irwan pada siswa yang sedang lewat
didekat ruang guru. “iya pak”. Kata siswa itu. tidak lama kemudian Yani sudah
berada didepan ruang guru. “maaf pak, kenapa bapak mencari saya?” Tanya Yani
yang sudah berada didepan meja pak Irwan. “tolong belikan air dikantin
belakang”. Suruh pak Irwan sambil memberikan ungannya pada yani.
Yani
merasa kesal, karena dia dipanggil hanya untuk membeli air. Padahal kelasnya
cukup jauh dari ruang guru. “kenapa guru itu tidak menyuruh siswa yang tadi,
padahalkan bisa lebih cepat kalau dia meyuruh siswa itu”. Gerutu yani saat
menuju kantin.
Semakin
lama Yani semakin sering dipanggil Pak Irwan, kadang dia hanya disuruh membeli
makanan dan sering juga disuruh untuk membagikan buku tugas temannya. Tanpa
sadar Yani merasa semakin menganal guru itu dan semakin dekat dengannya.
Siswa-siswa
merasa curiga dengan kedekatan Yani dan Pak Irwan, akhirnya gosippun beredar
kalau yani dan pak Irwan pacaran. Yani sering kali diejek oleh teman-temannya,
dan dia selalu menyangkal ejekan temannya itu.
Indri
salah satu teman baiknya sewaktu SMP yang baru pindah disekolah itupun, merasa
curiga dengan kedekatan Yani dan Pak Irwan. Karena penasaran akhirnya Indri
menanyakan langsung pada Yani. “Yani… apa kamu benar-benar pacaran dengan pak
Irwan” Tanya Indri didepan kelas. Yani hanya diam terpaku dengan wajah yang
merah. “apa kamu benar-benar pacaran dengan dia?” Tanya indri sekali lagi.
“tidak...tidak..tidak… itu hanya gossip”. Ucap yani yang tampak panik.
“syukurlah aku pikir kamu benar-benar pacaran sama pak Irwan”. Seru Indri
tersenyum ceria.
Tidak
terasa tahun ajaran baru telah dimulai dan sekarang ini Aryani sudah kelas
XII.ipa 1. Hari pertama sekolah dimulai dengan pelajaran TIK di lab.komputer,
karena komputernya tidak cukup untuk setiap siswa akhirnya pak Irawan membagi
dua kelompok siswa yang bergantian masuk kedalam lab. Dan dia memanggil dua
siswa yang dia ajar untuk pengoperasian komputer. Tentu saja yang dia panggil
adalah Aryani dan salah satu siswa cowok. Walaupun semester telah berganti tapi
pak Irwan masih sering memanggil yani keruangannya.
“Yani,
apa betul kamu tidak pacaran dengan pak Irwan?” Tanya Indri lagi yang semakin
curiga dengan kedekatan Aryani dan pak Irwan dari hari kehari. “Indri aku sama
pak Irwan hanya sebatas guru dan murid tidak lebih dari itu”. ucap Yani. “tapi
kenapa dia selalu memanggil kamu, tidak hanya dikelas tapi pada saat jam
istirahat juga. dan kamu selalu datang ketika dipanggil oleh pak Irwan”. Seru
Indri yang semakin curiga. “karena aku menghormati dia sebagai guruku, dan
mungkin pak Irwan selalu memanggilku karena dia sudah mengenalku”. Yani
berusaha untuk menyakinkan Indri. “aku harap semoga itu hanya sebatas hubungan
antara murid dan guru saja”. Ucap Indri lagi yang terlihat masih tidak
mempercayai yani. “aku tegaskan sekali lagi. Aku hanya menghormati dia sebagai
guru kita tidak lebih dari itu” seru Yani agak kesal. “maaf aku selalu
menanyakan hal ini, karena aku suka sama Pak Irwan”. Ucapan Indri itu membuat
Aryani sangat kaget . Dia tidak percaya bahwa selama ini Indri mempunyai
perasaan sama pak Irwan.
Tiba-tiba
ada perasaan cemburu yang terbesit saat mendengar perkataan Indri itu. “baiklah
aku akan berusaha agar tidak terlalu dekat lagi dengan Pak Irwan”. Kata Yani
ketus. “tidak apa-apakan kalau aku suka sama dia?”. Tanya Indri sambil
tersenyum bahagia. “tentu saja tidak apa-apa, itu hak kamu”. Terlihat kekecewaan pada raut wajah Yani.
Hari
demi hari berlalu ujian Nasionalpun semakin dekat. Semua siswa belajar dengan
giat, tak terkecuali Yani. Setiap hari semua siswa belajar dipagi hari dan les
disiang hari sampai sore hari. Kegiatan belajar yang padat sempat membuat Yani
melupakan masalahnya dengan pak Irwan dan Indri, tapi hari indri
mengingatkannya lagi dengan semua itu.
“Yani,
aku mau curhat sama kamu?” panggil Indri pada yani saat istirahat. “ada apa?”
Tanya Yani agak bingung. “kita bicara dikelas saja, disini terlalu banyak
orang”. Ucap Indri sambil menarik tangan Yani menuju kelas.
Sesampainya
dikelas, Indri memeluk Yani dan menangis dipundak Yani. “ada apa Indri?” Tanya
Yani cemas. “pak Irwan tidak suka sama aku?” katanya sambil menangis
tersedu-sedu. “darimana kamu tahu kalau pak Irwan tidak suka sama kamu?” Yani
tambah bingung. “aku sudah menembak dia tapi…” belum sempat melanjutkan
perkataannya Indri menangis lagi. “sabar…sabar…”. Hanya kata itu yang mampu
Yani ucapkan. “dia menolak aku karena dia tidak mau pacaran dengan muridnya.
Apa salah kalau murid sama guru pacaran”. Seru Indri kesal. “sabar, mungkin ada
benarnya juga kata pak Irwan. Seharusnya kita focus dengan UN, tidak usah
memikirkan masalah pacaran dulu. Kalau kita sudah ujian mungkin pak Irwan akan
membuka hatinya untukmu”. “tapi
menurutku dia mencintai orang lain”. Seru Indri tertunduk lesuh. Timbul
perasaan bahagia dibalik rasa cemas Yani. APA MUNGKIN ORANG ITU AKU. Pikir
Yani.
Hari
ini Aryani dan beberapa temannya berencana untuk mendaftar SNMPTN secara online
diwarnet dekat sekolahnya. Tanpa sengaja dia bertemu dengan pak Irwan, dan
akhirnya pak Irwan menemani mereka untuk mendaftar. Setelah selesai mendaftar,
Yani beserta teman-temannya hendak pulang. “semoga kalian semua bisa lulus
SNMPTN” kata pak Irwan. “Aminnn pakkk…” teriak Yani beserta teman-temannya.
“Yani kamu pulang dengan bapak, karena rumahmu yang paling jauh dari sini”.
Kata pak Irwan lagi. Yanipun sangat kaget mendengar ajakan pak Irwan itu.
“cie..cie… diajak pulang bareng pak Irwan nie” seru salah satu temannya. Yang
lainnyapun ikut mengejek Yani. Pak Irwan hanya tersenyum dan Yani tersipu malu.
Beberapa
menit kemudian deruh motor pak Irwan sudah terdengar didepan rumah Yani.
“belajar baik-baik untuk persiapan ujian dan SNMPTN”. Ucap pak Irwan ketika
yani sudah turun dari motornya. “iya pak”. Jawab Yani singkat. “Yani tunggu
dulu, ada yang mau bapak katakan sama kamu” cegah pak Irwan ketika melihat Yani
akan masuk kerumahnya. “ada apa pak?” kata Yani sedikit canggung. “sebenarnya
bapak suka sama kamu”. Tubuh Yani terbujur kaku, wajahnyapun seketika memerah
dan tak ada kata-kata yang mampu terucap dari bibirnya. “maaf jika bapak
lancang, tapi sudah terlalu lama bapak memendam perasaan ini”. ucap pak Irwan
lagi. Suasana menjadi hening sesaat. “bukannya bapak sendiri yang mengatakan
kalau tidak ingin pacaran dengan muridnya”. ucap Yani dengan bibir gemetaran.
“kapan aku mengatan itu?”. pak Irwan terlihat bingung. “saat temanku
mengungkapkan perasaannya pada bapak”. ucap Yani dengan jantung yang berdegup
kencang. pak Irwan terlihat sangat kecewa. “jadi dia itu teman kamu? Aku
mengatakan itu karena aku tidak suka sama dia”. “kalau bapak beralasan tidak
ingin pacaran dengan dia, karena dia murid bapak begitupun dengan aku. Aku
tidak ingin pacaran dengan bapak Karena aku murid bapak”. Seru yani tanpa
memandang wajah pak Irwan. Raut kekecewaan digaris wajah pak Irwan tidak dapat
dia sembunyikan. “baiklah kalau itu mau kamu, aku akan menunggu hingga kamu
lulus”. Kata Pak Irwan sambil tertunduk lesuh sebelum beranjak dari rumah Yani.
Semua
memori tentang pak Irwan yang telah lama Yani ingin hapus seketika kembali
menyelimuti pikirannya seakan takdir mengharuskan mereka bertemu kembali.
Keeseokan
harinya pak Irwan menelpon lagi dan mengajak Yani untuk ketemuan. Beribu alasan
telah Yani ungkapkan untuk menolak ajakan pak Irwan tapi tak ada satupun yang
berhasil. Akhinya Yani mengiyakan ajakan itu.
Hari
ini Yani terlihat termenung sendiri dikelas. “eee… masih pagi sudah memasang
muka lesuh”. Tegur Tia salah satu teman kampusnya. Yani hanya diam terpaku.
“kamu kenapa?” Tanya Tia dengan serius. “masalah hati dan perasaan”. Jawab
Yani. “apa karena guru itu lagi?” Tanya Tia lagi sedikit kepo. Seketika wajah
Yani berubah. “bukan…bukan dia”. ucap Yani berusaha mengelak. “mulut bisa berbohong tapi perasaan tidak
bisa dibohongi”. Seru Tia seolah-olah seperti orang bijak. “tapi aku memang
tidak berbohong” kata Yani sedikit kesal mendengar perkatan Tia. “kalau dia jodohmu, sekuat apapun kamu
menjauhinya itu tidak akan berhasil karena jodoh sudah diatur oleh Allah. Dan skenario Allah lebih indah daripada yang
kamu bayangkan karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang
kita inginkan.” Seru Tia sambil
duduk didekat Yani. “jadi menurut kamu pak Irwan orang yang aku butuhkan?”.
Tanya Yani tiba-tiba. “aku tidak mengatakan itu, karena aku juga tidak tahu pak
Irwan itu jodoh kamu atau bukan”. Tia berusaha untuk membela diri. “aku harap
dia mendapat jodoh yang lebih baik dari aku”. “siapapun jodoh dia, yang jelas tulang rusuknya tidak akan tertukar. Dan
jika kamu tulang rusuknya kamu harus menerimanya karena dia tidak akan
sempurnah tanpa tulang rusuknya”.
“aku harap dia
mendapatkan tulang rusuk yang lebih baik dari aku”. Ucap Yani dengan bimbang seolah-olah menginkari
kata hatinya.
Keesokan harinya pak Irwan menjemput Yani, Sosoknya yang rapih dengan baju
kotak-kotak dipadukan dengan celan jeans hitam dihiasi senyuman manis yang
terpancar dibibirnya semakin membuat jantung Aryani berdegup kencang ketika
melihat dia berdiri didepan rumahnya. “Assalamu alaikum… apakah kamu sudah
siap?” Tanyanya dengan tetap tersenyum. “walaikum salam pak, iya aku sudah
siap”. Jawab Aryani dengan sedikit senyum untuk mengimbangi senyum lebar pak
Irwan.
“kamu mau nonton film apa?” Tanya pak Irwan sesampainya
dibioskop XXI yang berada dimall dekat rumah Aryani. “terserah bapak”. Jawab
Yani agak canggung, dia selalu memperhatikan sekelilingnya sebelum berenjak
dari tempatnya. “kenapa kamu jalan sambil tunduk, apa kamu mencari sesuatu?”
Tanya pak Irwan curiga. Tampaknya Yani tidak berniat menjawab pertanyaan itu.
karena merasa dicuekin akhirnya pak Irwan diam dan hanya mengikuti langkah kaki
Yani menuju studio.
Semua penonton sudah memasuki studio bioskop begitupun
dengan pak Irwan dan Yani, mereka memilih tempat duduk dibelakang. Dan Semua
penonton terdiam ketika filmnya dimulai. “aaaaaaa” teriak semua penonton saat
adegan menegangkan terjadi dalam film. Tanpa sengaja Yani memegang tangan pak
Irwan, menyadari hal itu pak Irwan tersenyum. “maaf, pak aku tidak sengaja”.
Kata Yani sambil menarik tangannya. “tidak apa-apa, aku justru senang”. Ucap
pak Irwan.
Kepuasan terpancar pada wajah penonton yang telah keluar
dari bioskop seusai menyaksikan pemutaran filmnya, Begitupun dengan pak Irwan
dan Aryani. “ tidak salah aku memilih
film THE CONJURING karena filmnya menarik dan cukup menegangkan”. Seru pak
Irwan dengan penuh semangat. “iya pak, banyak adegan . yang menegangkan dan
menakutkan”. Yani juga tampak puas dengan film itu. “menurutku adegan
paling menarik saat hantunya tiba-tiba
muncul dan semua penonton teriak, dan saat itu aku sangat senang ketika kamu
memegang tanganku”. Ucap Pak Irwan dengan tersenyum lebar yang membuat deretan
giginya terlihat, seketika wajah Yani memerah. Dia hanya tersenyum untuk
menutupi rasa malunya.
“Pak,
terima kasih sudah menteraktir aku makan dan nonton”. Seru Yani saat berada
dimotor dalam perjalanan pulang kerumahnya. “iya, aku sangat senang kita bisa
jalan seperti ini, dan aku harap semoga ini bisa sering-sering kita lakukan”.
Yani tidak bisa mengontrol degup jantungnya yang semakin berdegup kencang. “pak…
sebenarnya aku masih tidak nyaman dalam situasi ini. jujur, aku merasa takut”.
“apa yang kamu takutkan??? Bukankah saat ini kamu bukan muridku lagi”. “aku
memang bukan murid disekolah tempat bapak mengajar tapi aku alumni dari sekolah
itu dan tidak ada mantan guru dan mantan murid, jadi selamanya aku tetap
menjadi murid bapak”. “apa salahnya jika murid dan guru menjalin hubungan?”. “memang
tidak ada yang salah tapi aku yang masih tidak bisa menerima situasi yang
serumit ini”. suasana menjadi hening hanya suara deruh motor dan mobil dijalan
itu yang terdengar.
Tak ada kata yang terucap
lagi ketika motor pak Irwan sudah terparkir didepan rumah Yani. Yanipun
turun dari motor pak Irwan dengan wajah yang sedih dan bergegas melangkahkan
kakinya menuju rumahnya. “mungkin kamu tidak bisa menerimah situasi ini, tapi
setidaknya kamu harus jujur pada kata hatimu tanpa harus mendengar perkataan
orang lain”. Sontak langkah kaki Yani terhenti. Dengan perlahan dia membalikkan
badannya. “maaf pak…” hanya itu yang mampu terucap dari bibir Yani, air mata
yang berusaha dia bendung kini mengalir tanpa henti. “apakah aku sebegitu
buruknya dimatamu sehingga kamu tidak mau menerimaku?” ucap pak Irwan dengan
perasaan sedih. “bukan bapak yang buruk
tapi aku yang tidak pantas untuk bapak. aku masih terlalu takut untuk
menghadapi kenyataan, tidak bisa menentukan perasaanku dan tidak bisa
membedakan antara cinta dan nafsu”. Dada Yani terasa sesak, perasaannya
bercampur aduk tapi kesedihan mendalam yang paling dia rasakan. “kalau itu mau
kamu, aku tidak akan mengganggumu lagi karena aku tidak akan memaksamu untuk
menerimaku. Walaupun itu cukup menyakitkan bagiku. Aku harap semoga kamu bisa
menemukan orang yang lebih baik dariku”. Ucap pak Irwan lirih. “semoga bapak juga menemukan tulang rusuk
bapak yang jauh lebih baik dari aku. Karena aku masih belum bisa menjadi tulang
rusuk yang sempurna buat bapak”. Ucap yani disela isak tangisnya. Pak
Irwanpun pergi dengan raut wajah sedih
yang tidak bisa dia sembunyikan.
Sebulan kemudian terdengar kabar pak Irwan akan menikah
dengan seorang guru, semua teman SMA Yani menanyakan hal itu pada Yani untuk
memastikan berita itu. KENAPA SEMUANYA MENANYAKAN BERITA ITU PADAKU, TIDAK ADA LAGI HUBUNGAN
ANTARA AKU DAN DIA. SELAIN HUBUNGAN ANTARA GURU DAN MURID. APAKAH KALIAN TIDAK
MENGERTI BETAPA SUSAH PAYAHNYA AKU MENATA HATIKU KARENA DIA. Keluh Yani dalam
hatinya ketika melihat sms beberapa temannya.
Voc: Maudy
Yunda (Cinta Datang Terlambat)
Tak
kumengerti mengapa begini
Waktu
dulu kutak pernah merinduh.
Tapi
saat semua berubah
Kau jauh dariku, Pergi tinggalkanku
Mungkin
memang kucinta
Mungkin
memang kusesali
Pernah tak hiraukan rasamu dulu
Aku
hanya ingkari
Kata
hatiku saja
Tapi
mengapa kini cinta datang terlambat…
Hanya
Lagu ini yang selalu setia menemai Yani dalam kesendiriannya, Bagaikan Ost.
dalam hidupnya yang mewakili perasaan dan rasa sakitnya. Terjebak dalam
penyesalan yang terindah yang telah memawarnai perjalanan hidupnya. Dan menjadi
pelajaran berharga untuk menjadi tulang
rusuk yang lebih baik sehingga dapat menyepurnakan pemiliknya kelak.
No comments:
Post a Comment