Thursday 25 April 2013

TUHAN, BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI?


By: Hikmayani

TUHAN, BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI?

“Catatan masa lalu bagi orag yang berakal harus dikubur, menguncinya dalam sel tahanan pelupaan selamanya. Dipasung dengan tali yang kuat dalam penjara kealpaan hingga tidak bisa keluar selamanya. Menutupnya rapat rapat hingga cahaya tidak terlihat, karena ia telah berlalu. Tidak ada kesedihan yang mengembalikannya, tidak ada kesukaran yang menyehatkannya, sehebat apapun kita... yang lalu tetaplah hanya akan menjadi masa lalu.” Entah berapa kali hati Tara meneriakkan kalimat itu. Dia mungkin sedang latihan untuk jadi penyair atau  sedang sibuk menghibur diri? Entahlah !!
              ”Tara,kesalahan bukanlah kesalahan yang harus disesali berkepanjangan,tetapi kesalahan adalah pengalaman yang mesti dijadikan pelajaran.Masalah itu ibarat tamu yang pasti akan berkunjung diwaktu tertentu tanpa kita duga,kemudian ia pergi.”Tutur Ayu mencoba menasehati meski ia belum tahu permasalahan sebenarnya. Tara hanya diam mendengar penuturan sahabatnya.
              Wajah cantik itu kehilangan keceriaannya sejak hampir sebulan terakhir ini. Senyuman manis yang selalu merekah dibibir mungilnya kini menjadi langka bahkan sirna.
              Tara gadis polos yang kini sedang menjalani perannya sebagai mahasiswi semester 2 perguruan tinggi negeri,pernah berkenalan dengan seorang cowok sembilan bulan yang lalu.Cowok itu adalah mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum sebuah parguruan tinggi Negeri. Rio sapaannya,cowok ramah,keren dan perhatian ini telah mencuri hati Tara sejak perkenalan pertamanya yang tanpa sengaja di toko buku yang juga merupakan pertemuan pertama mereka.Sejak itu,jantung Tara langsung mengadakan konser mendadak tanpa bayaran.Suaranya dasyat,gemuruh banget.
              Komunikasi berlanjut, perhatian lebih dari Rio semakin membuat Tara melayang.Hari-hari berlalu,keakraban dan kedekatan terjalin sudah. Perasaan Tara semakin kuat dan mengakar. Ini pengalaman pertama Tara merasakan debaran-debaran tak menentu itu. Meski Ia tak tahu apakah Rio juga merasakan hal yang sama. Gelagat aneh Tara telah dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya. Ayah,Ibu dan sahabatnya,mulai mencium sesuatu yang lain dari Tara. Ayu berkali kali mengingatkan Tara, tapi Tara tetap saja tak perduli.
              Ya begitulah cinta,kalau cinta sudah melekat semua terasa nikmat. Hati berbunga-bunga. Jiwa menggelora. Semua rasa sakit hilang musnah. Semua kesulitan terasa mudah. Kelelahan menjadi anugerah dan kegundahan hilang sudah. Jika cinta dan kasih sayang telah mempengaruhi relung kehidupan, manusia tiada lagi membutuhkan keadilan dan undang-undang. Dan begitulah yang tengah dirasakan Tara waktu itu.
            Dua bulan berlalu. Masa pedekate  mereka telah berakhir..Rio berjanji akan selalu ada untuk  Tara. Ternyata cintaku gak bertepuk sebelah tangan”. Ucap Tara waktu itu.
***
            Hari demi hari berlalu begitu cepat. Namun akhirnya cinta Rio kini telah memudar. Dia tak seperti biasanya. Dia hanya menghubungi Tara di saat dia kesepian. Tara mencoba bertahan dengan semua ini. Dia yakin suatu saat dia pasti akan kembali seperti dulu.

            Semakin lama penantian itu, semakin hampa di rasa. Dia tak kunjung berubah, bahkan dia semakin menjadi-jadi. Dia gak pernah lagi menepati janji. Dia seperti gak membutuhkan Tara lagi. Sedih, luka di hatinya semakin dalam. Tara menjerit dalam hati “apa salahku, sehingga kamu bersikap begini padaku?? Tolong beri penjelasan tentang hubungan ini.” Aku gak kuat lagi.

            Suatu malam Tara bertekad menanyakan langsung pada Rio. Percakapan via telepon berlangsung. “Perasaan yang telah berubah, jenuh, bosan kamu kekanak kanakan, ahhhhhh” itulah pernyataan Rio. Klik. telfon d matikan. Tetes demi tetes air mataTara mulai berjatuhan. Dia gak tertarik mendengar ending dari percakapan ini. Tara udah bisa menebak akhir dari semua ini. Kesabarannya selama ini berbuah kesia-siaan. Penantiannya selama ini gak berarti apa-apa. “Rio tidak ingin berubah seperti dulu lagi, malah dia mencampakkan ku. Dia diam bukan untuk introspeksi diri, dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa putus dari ku. dia tega berbuat seperti ini padaku. Aku kecewa, aku menyesal telah menjadikan dia bagian dari hidup ku. Ucap Tara penuh penyesalan.
              Keesokan harinya, Ia segera ke rumah Ayu. Sesampainya di sana,tiba-tiba Ia menubruk tubuh Ayu. Tangannya memeluk Ayu kuat sekali.Tubuhnya bergetar kuat. Ia menangis. Ayu membiarkannya beberapa saat, membiarkannya larut dalam perasaannya. Meski Ayu tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada sahabatnya itu.Tapi Ayu yakin sembilu-sembilu tajam telah menggores hati sahabatnya. Waktu itu Tara belum sempat cerita apa-apa tentang masalahnya.
              Malam ini Ayu merasa sudah harus tahu masalah sebenarnya. “sudah hampir sebulan kejadiannya,tapi sebagai sahabat aku belum tahu masalah sebenarnya.” Protes Ayu. “Cerita dong!” Bujuk Ayu.
              “Malam itu aku menelponnya”. Tara mulai bercerita. “Aku bertanya tentang kejelasan perasaannya padaku”. Lanjut Tara. “Trus dia jawab apa?” Tanya Ayu gak sabaran. sejenak Tara mendesah… “hmmmm….. dia..”. Berhenti bicara dan mencoba mengingat kembali. “Ahhhhh….. Perasaannya yang telah berubah, dia jenuh, bosan katanya aku kekanak kanakan.” Lalu Tara tertunduk diam, Ia tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
              Ayu diam sejenak. Lalu tersenyum, “itulah akibat dari penempatan cinta yang salah”.  Ucap Ayu penuh ketegasan. Tara menatapnya tak mengrti. “Sudahlah itu hanya masalah kecil, kamu hanya sedang di selamatkan Tuhan dari orang yang salah. Kan dari dulu aku sudah bilang kamu gak perlu pacaran, itu hanya akan sia sia. Tapii,,, ya sudahlah, semua sudah terlanjur. Tugasmu sekarang memperbiki diri, kamu punya hak bahagia meski tanpa dia”. Tambah ayu. Setelah ngoceh ini itu, Ayu pamit pulang. “Sudah larut malam aku pulang dulu yah, sayangi juga dirimu”. Lalu Ayu bergegas pergi.
              Sejak tadi Tara hanya diam mendengar nasehat sahabatnya. Pukul 00.45, Tara melirik jam dinding. “Sudah larut malam.”ucapnya lirih. Pandangannya kosong, menerawang langit langit kamar lalu perlahan dia memejamkan mata. Kata kata Ayu terus terngiang di telinganya hatinya membenarkan. Di luar sana ditengah kegelapan, angin masih sibuk bertiup, bermain di antara celah dedaunan hingga menimbulkan bunyi yang halus ketika daun daun itu bertabrakan satu dengan yang lain. Dingin, Tara mulai merasakan tiupan lembutnya yang menyusup masuk ke kamarnya. Tapi dinginnya penyesalan yang menghujam dadanya lebih tajam membuatnya nyaris membeku. Kini bukan di tinggal Rio yang membuatnya menyesal tapi kebodohannya membiarkan dirinya terjebak dalam cinta yang salah. Andai waktu bisa di ulang.. “Tuhan bolehkah Aku dilahirkan kembali??”.


Jika pacaran demikian baik, mengapa islam melarangnya?
laki2 yang baik tidak akan mendatangimu dengan jalan pacaran dan perempuan yang baik tidak akan rela didatangi dengan jalan pacaran”

Cerita ini hanya fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama tempat, waktu, tokoh dan keadaan itu hanya kebetulan semata.



           
 


No comments:

Post a Comment