By: Hikmayani
TUHAN,
BOLEHKAH AKU DILAHIRKAN KEMBALI?
“Catatan masa lalu bagi orag yang
berakal harus dikubur, menguncinya dalam sel tahanan pelupaan selamanya.
Dipasung dengan tali yang kuat dalam penjara kealpaan hingga tidak bisa keluar
selamanya. Menutupnya rapat rapat hingga cahaya tidak terlihat, karena ia telah
berlalu. Tidak ada kesedihan yang mengembalikannya, tidak ada kesukaran yang
menyehatkannya, sehebat apapun kita... yang lalu tetaplah hanya akan menjadi
masa lalu.” Entah berapa kali hati Tara meneriakkan kalimat itu. Dia mungkin sedang latihan untuk
jadi penyair atau sedang sibuk menghibur
diri? Entahlah !!
”Tara,kesalahan bukanlah kesalahan yang harus disesali
berkepanjangan,tetapi kesalahan adalah pengalaman yang mesti dijadikan
pelajaran.Masalah itu ibarat tamu yang pasti akan berkunjung diwaktu tertentu
tanpa kita duga,kemudian ia pergi.”Tutur Ayu mencoba menasehati meski ia
belum tahu permasalahan sebenarnya. Tara hanya diam mendengar penuturan
sahabatnya.
Wajah cantik itu kehilangan keceriaannya
sejak hampir sebulan terakhir ini. Senyuman manis yang selalu merekah
dibibir mungilnya kini menjadi langka bahkan sirna.
Tara gadis polos yang kini sedang
menjalani perannya sebagai mahasiswi semester 2 perguruan tinggi negeri,pernah
berkenalan dengan seorang cowok sembilan bulan yang lalu.Cowok itu adalah
mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum sebuah parguruan tinggi Negeri. Rio sapaannya,cowok ramah,keren
dan perhatian ini telah mencuri hati Tara sejak perkenalan pertamanya yang
tanpa sengaja di toko buku yang juga merupakan pertemuan pertama mereka.Sejak
itu,jantung Tara langsung mengadakan konser mendadak tanpa bayaran.Suaranya
dasyat,gemuruh banget.
Komunikasi berlanjut, perhatian lebih dari Rio semakin membuat Tara
melayang.Hari-hari berlalu,keakraban dan kedekatan terjalin sudah. Perasaan Tara semakin kuat
dan mengakar. Ini pengalaman pertama Tara merasakan debaran-debaran tak
menentu itu. Meski Ia tak tahu apakah Rio juga merasakan hal yang sama. Gelagat aneh Tara telah
dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya. Ayah,Ibu dan sahabatnya,mulai mencium
sesuatu yang lain dari Tara. Ayu berkali kali mengingatkan Tara, tapi Tara
tetap saja tak perduli.
Ya begitulah cinta,kalau cinta sudah
melekat semua terasa nikmat. Hati berbunga-bunga. Jiwa menggelora. Semua rasa sakit hilang
musnah. Semua kesulitan terasa mudah. Kelelahan menjadi anugerah
dan kegundahan hilang sudah. Jika cinta dan kasih sayang telah
mempengaruhi relung kehidupan, manusia tiada lagi membutuhkan
keadilan dan undang-undang. Dan begitulah yang tengah dirasakan
Tara waktu itu.
Dua bulan berlalu. Masa pedekate mereka telah berakhir..Rio berjanji akan selalu
ada untuk Tara. “Ternyata cintaku
gak bertepuk sebelah tangan”. Ucap Tara waktu itu.
***
Hari demi hari berlalu begitu cepat.
Namun akhirnya cinta Rio kini telah memudar. Dia tak seperti biasanya. Dia hanya menghubungi Tara di saat dia
kesepian. Tara mencoba bertahan dengan semua ini. Dia yakin suatu saat dia pasti akan
kembali seperti dulu.
Semakin lama penantian itu, semakin hampa di rasa. Dia tak kunjung berubah, bahkan dia semakin menjadi-jadi. Dia gak pernah lagi menepati janji. Dia seperti gak membutuhkan Tara lagi. Sedih, luka di hatinya semakin dalam. Tara menjerit dalam hati “apa salahku, sehingga kamu bersikap begini padaku?? Tolong beri penjelasan tentang hubungan ini.” Aku gak kuat lagi.
Semakin lama penantian itu, semakin hampa di rasa. Dia tak kunjung berubah, bahkan dia semakin menjadi-jadi. Dia gak pernah lagi menepati janji. Dia seperti gak membutuhkan Tara lagi. Sedih, luka di hatinya semakin dalam. Tara menjerit dalam hati “apa salahku, sehingga kamu bersikap begini padaku?? Tolong beri penjelasan tentang hubungan ini.” Aku gak kuat lagi.
Suatu malam Tara bertekad menanyakan langsung pada Rio. Percakapan via telepon berlangsung. “Perasaan yang telah berubah, jenuh, bosan kamu kekanak kanakan, ahhhhhh” itulah pernyataan Rio. Klik. telfon d matikan. Tetes demi tetes air mataTara mulai berjatuhan. Dia gak tertarik mendengar ending dari percakapan ini. Tara udah bisa menebak akhir dari semua ini. Kesabarannya selama ini berbuah kesia-siaan. Penantiannya selama ini gak berarti apa-apa. “Rio tidak ingin berubah seperti dulu lagi, malah dia mencampakkan ku. Dia diam bukan untuk introspeksi diri, dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa putus dari ku. dia tega berbuat seperti ini padaku. Aku kecewa, aku menyesal telah menjadikan dia bagian dari hidup ku”. Ucap Tara penuh penyesalan.
Keesokan
harinya, Ia segera ke rumah Ayu.
Sesampainya di sana,tiba-tiba Ia menubruk tubuh Ayu. Tangannya memeluk Ayu kuat
sekali.Tubuhnya bergetar kuat. Ia menangis. Ayu membiarkannya beberapa saat, membiarkannya larut dalam
perasaannya. Meski Ayu tak tahu apa sebenarnya yang terjadi pada
sahabatnya itu.Tapi Ayu yakin sembilu-sembilu tajam telah menggores hati
sahabatnya. Waktu itu Tara belum sempat cerita apa-apa tentang masalahnya.
Malam ini Ayu merasa sudah harus tahu masalah
sebenarnya. “sudah hampir sebulan kejadiannya,tapi sebagai sahabat aku belum
tahu masalah sebenarnya.” Protes Ayu. “Cerita dong!” Bujuk Ayu.
“Malam itu aku menelponnya”. Tara
mulai bercerita. “Aku bertanya tentang kejelasan perasaannya padaku”. Lanjut
Tara. “Trus dia jawab apa?” Tanya Ayu gak sabaran. sejenak Tara mendesah… “hmmmm…..
dia..”. Berhenti
bicara dan mencoba mengingat kembali. “Ahhhhh….. Perasaannya yang telah berubah, dia jenuh, bosan katanya aku kekanak
kanakan.” Lalu Tara tertunduk diam, Ia tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
Ayu diam sejenak. Lalu
tersenyum, “itulah akibat dari penempatan cinta yang salah”. Ucap Ayu penuh ketegasan. Tara menatapnya tak
mengrti. “Sudahlah itu hanya masalah kecil, kamu hanya sedang di selamatkan
Tuhan dari orang yang salah. Kan dari dulu aku sudah bilang kamu gak perlu
pacaran, itu hanya akan sia sia. Tapii,,, ya sudahlah, semua sudah terlanjur.
Tugasmu sekarang memperbiki diri, kamu punya hak bahagia meski tanpa dia”.
Tambah ayu. Setelah ngoceh ini itu, Ayu pamit pulang. “Sudah larut malam aku
pulang dulu yah, sayangi juga dirimu”. Lalu Ayu bergegas pergi.
Sejak tadi Tara hanya
diam mendengar nasehat sahabatnya. Pukul 00.45, Tara melirik jam dinding. “Sudah larut malam.”ucapnya lirih. Pandangannya kosong, menerawang langit
langit kamar lalu perlahan dia memejamkan mata. Kata kata Ayu
terus terngiang di telinganya hatinya membenarkan. Di luar sana ditengah kegelapan, angin
masih sibuk bertiup, bermain di antara celah dedaunan hingga menimbulkan bunyi
yang halus ketika daun daun itu bertabrakan satu dengan yang lain. Dingin, Tara mulai merasakan tiupan
lembutnya yang menyusup masuk ke kamarnya. Tapi dinginnya penyesalan yang menghujam dadanya
lebih tajam membuatnya nyaris membeku. Kini bukan di tinggal Rio yang
membuatnya menyesal tapi kebodohannya membiarkan dirinya terjebak dalam cinta
yang salah. Andai waktu bisa di ulang.. “Tuhan bolehkah Aku dilahirkan
kembali??”.
Jika pacaran demikian baik, mengapa islam melarangnya?
“laki2 yang baik tidak akan mendatangimu dengan jalan pacaran dan
perempuan yang baik tidak akan rela didatangi dengan jalan pacaran”
Cerita ini hanya fiktif
belaka, apabila ada kesamaan nama tempat, waktu, tokoh dan keadaan itu hanya
kebetulan semata.
No comments:
Post a Comment