Sunday 7 September 2014

PESONA DAENG TORO



PESONA DAENG TORO
Sunny berjalan dengan lemas menuju keruang guru. Hari ini adalah hari pertama dia masuk disekolah barunya. Dia berjalan dengan menunduk tanpa ekspresi, menenggelamkan diri dalam pikirannya yang berkecamuk. Tubuhnya hampir terjatuh karena menabrak seorang lelaki yang bertubuh kekar. Diliriknya lelaki itu, saat tubuhnya berada dipelukan lelaki tersebut.  Dengan wajah memerah, Sunny segera mendorong lelaki itu menjauh darinya. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapan yang begitu tajam yang dia lemparkan. Lelaki itu menatap Sunny dengan kesal. Sunny berjalan tanpa mempedulikan lelaki yang dia tabrak itu. Diapun segera menuju ruang guru.
“kamu anak pindahan dari Jakarta?” Tanya Bu Wati. Sunny hanya mengangguk. “baiklah kamu ikut dengan ibu. Ibu akan mengantar kamu kekelas”. Dengan patuh Sunny mengikuti gurunya tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata.
Dia melihat sekeliling kelas XI IPA 2 yang merupakan kelas barunya. Seluruh siswa dikelas itu memperhatikannya dengan wajah kagum  bahkan ada yang tersenyum lebar saat tatapan Sunny tertuju padanya. “anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari Jakarta”. Seru bu Wati sebelum mempersilahkan Sunny memperkenalkan diri.
Sunny memperkenalkan diri dengan logat Jakarta yang masih kental, beberapa siswa tertawa mendengar Sunny. “bu boleh jieka bertanyakah?”. Tanya Aso setelah Sunny memperkenalkan diri. “kamu mau bertanya apa Aso?”. Ucap bu Wati. “ada miekah pacarta? Kalau belum ada mauka mendaftar kodong”. Seru Aso disertai tawa siswa lainnya. “Aso jangan bertanya dengan hal yang tidak penting. Baiklah untuk mempersingkat waktu sesi Tanya jawabnya dihilangkan, kalau kalian ingin berkenalan dengan Sunny silahkan dijam istirahat”. Bu Wati menyuruh Sunny untuk duduk dibangku paling belakang disamping Adri. Salah satu siswa yang tidak mempedulikan kedatangannya. Adri hanya larut dalam buku pelajaran yang ada dihadapannya.
Jam pelajaran pertama telah berakhir, semua siswa dikelas itu menyerbu kebangku paling belakang untuk mewawancarai Sunny. “perkenalkan namaku Linda”. Belum sempat Sunny meraih tangan Linda, tiba-tiba tangan dari siswa lain berebutan untuk meraih tangan Sunny, berusaha untuk berkelan dengannya. “kenapako semua ribut sekali. Baru jie ada anak baru heboh sekali mieko. Pindah semuako mauka lewat”. Bentak Adri kerena meresa terusik dengan ulah teman-teman sekelasnya.
Beberapa siswa mencibir tindakan Adri itu, tapi yang lainnya sibuk untuk memperkenalkan diri pada Sunny. Sementara itu, Sunny hanya tersenyum menyambut kehangatan teman barunya. “kenapako pindah dari Jakarta?” Tanya Aso yang sangat antusias. “gue pindah karena bokap gue dipindah tugaskan di sini”. Ucap Sunny. “baru pertama kaliko ke Makassarkah?”. Tanya Linda tak kalah antusiasnya.  Sunny hanya mengangguk. Belum sempat menjawab semua pertanyaan diajukan ke Sunny, bel masuk sudah berbunyi. Beberapa siswa terlihat kecewa karena masih belum puas berbincang dengan Sunny.
Adri kembali kebangkunya disamping Sunny, setelah semua siswa kembali ke bangkunya masing-masing. Adri menatap Sunny dengan tatapan jengkel. “nama gue Sunny, siapa nama loe?” Tanya Sunny pada Adri setelah cowok itu merebahkan badannya dibangku samping Sunny. “jangan mieko pake logat Jakartamu  disini”. Adri masih sangat kesal mendengar Sunny dengan logatnya. Sunny terlihat jengkel dengan sikap dingin Adri.
Bel tanda istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas untuk menyerbu kantin. Beberapa siswa menghampiri Sunny untuk mengajaknya makan dikantin. Tapi Sunny menolaknya. Seketika kelas sepi, hanya Sunny dan Adri yang masih berada dikelas itu. “loe tidak kekantin?” Tanya Sunny berusaha memecah kesunyian. Adri hanya menatapnya tajam. “tidak lapar jieka. Besok pakai rok panjangko nah karena peraturan sekolah itu. Nasuruhka tadi bu Wati tanyako”. Seru Adri dengan nada dingin tanpa melihat kearah Sunny. Penampilan fisik Sunny yang diatas rata-rata tidak mampu membuat Adri terpikat. “kenapa cara bicara loe kasar banget”. Seru Sunny kesal.  “siapakah bicara kasar, begini memang logat Makassar, bukan Jakarta ini yang pake logat loe gue”. Kini tatapan dingin itu berubah jadi tatapan marah.
Sunny berusaha menahan amarahnya, diapun segera keluar dari kelas itu. “Sunny, mauko kemana?” Tanya Linda yang tiba-tiba muncul. “gue mau cari udara segar, didalam panas. Apa lagi ada si Adri itu. Dia nyebelin banget”. Linda hanya tersenyum melihat tingkah Sunny. “begitu memang Adri, pabambangan na tolo”. seru Linda tertawa. “maksud loe?” Sunny hanya mengerutkan keningnya tidak mengerti perkataan Sunny. “hahaha… artinya dia itu pemarah dan bodoh”. Kini tawa Linda tak terbendung lagi. “menurut gue dia bukan siswa yang bodoh, buktinya dia selalu membaca buku dan tadi dia juga selalu menjawab pertanyaan guru”. Sunny terlihat tambah bingung. “ bukan itu maksudku Sunny. Adri itu bodoh karena tidak mau nalupakan  mantan pacarnya yang pindah ke Jakarta”. Sunny masih bingung dengan penjelasan Linda. Akhinya Lindapun menceritakan secara detail kisah Adri yang membuatnya berubah menjadi cowok dingin dan pemarah.
Setelah beberapa hari, Sunny sudah menjadi siswi paling dikagumi disekolahnya, banyak siswi lain yang iri padanya karena hampir sebagian besar cowok keren disekolah itu selalu memperhatian Sunny. Tapi, ada juga yang sangat kagum melihatnya salah satunya Linda, yang selalu berusaha menemani Sunny yang masih menyesuaikan diri disekolah itu. Sunny merasa sangat nyaman dengan kehadiran Linda yang selalu membantunya. Cewek imut ini mempunyai banyak hal yang membuat Sunny senang berteman dengannya. Beberapa siswa sering mengejeknya karena masih menggunakan logat Jakarta, hal itu membuatnya kesal tapi Linda tidak pernah mempermasalahkan logat Sunny yang masih terdengar aneh itu. Linda selalu menjelaskan istilah-istilah Makassar yang masih tidak dipahami oleh Sunny.
***
Hubungan Sunny dan Adri masih sangat kaku, mereka sangat jarang berkomunikasi. “loe mau?” Sunny menyodorkan permen pada Adri yang terlihat menenggelamkan diri di buku pelajaran. Adri hanya menggeleng tanpa melirik Sunny. “kalau ini mau?” kali ini Sunny menyodorkan sebuah coklat. “tidak mau jieka, janganko gangguka deh”.  Seru Adri kasar. Sikap Adri itu semakin membuat Sunny penasaran. Akhirnya Sunny mencoba cara lain untuk mencari perhatian Adri. “gue  nggak ngerti materi yang itu, mau nggak loe ajarin gue”. Kini Sunny menunjuk materi yang ada di buku Adri. Adri hanya menatapnya datar. “bertanyako sama guru kalau tidak mengerko”. Ucapnya dingin. “bu wati menyuruh gue bertanya sama loe kalau gue masih belum bisa mengerti”. Sunnypun menahan amarahnya. Adri mengalihkan pandangannya kearah Sunny. “baiklah, perhatikan baik-baik nach, ka tidak mauka ulangi lagi penjelasannya nanti itu”. Sunny hanya mengangguk patuh. Kini semua konsentrasinya terpusat pada penjelasan Adri mengeani materi itu. Sesekali Sunny mengangguk tanda mengerti akan penjelasan Adri. “jadi setelah itu kita masukkan rumus yang ini”. Seru Sunny disela penjelasan Adri. Adri hanya mengangguk dan kembali menjelaskan cara penyelesaian soal itu.
Sunny semakin mengagumi Adri karena kecerdasannya itu. Ternyata selain tampan cowok ini ternyata juga sangat pintar. Baru kali ini Sunny melihat Adri dengan cermat. Dibalik kacamata tebalnya ternyata Adri mempunyai mata yang sepit seperti orang korea, rambut terlihat rapih, wajahnya yang putih serta hidungnya yang mancung menambah pesonanya. “mengeti miekokah”. Ucap Adri setelah menjelaskan panjang lebar tentang materi itu, Sunnypun kaget. Seketika wajahnya memerah karena bertatapan dengan mata Adri. “capek-capek mieka menjelaskan ternyata tidak kau perhatikan jie, belajar sendiri mieko deh”. Adri tampak kesal melihat Sunny yang hanya tersenyum.
“kenapa loe suka banget marah, loe terlihat ganteng kalau tersenyum. Tapi itu semua luntur karena sikap loe yang suka marah-marah”. Seru Sunny keceplosan, diapun menutup mulutnya. Hanya tatapan sinis yang dilembarkan Adri. “bukan urasanmu”. Adripun berdiri dan meninggalkan Sunny yang masih terpaku melihatnya.
Linda segera menghampiri Sunny setelah Adri beranjak dari tempat duduknya. “kalau kulihat tingkahmu toch, kayak mu suka-suka itu Adri”. Sunny tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang merah seperti kepiting rebus. “cie..cie… ternyata pesona Daeng Toro itu masih belum pudar. Ku kira setelah ditinggal pacarnya dan berubah jadi pemarah, semua cewek menjauh darinya. Tapi, ternyata cewek idola baru di sekolah ini malah jatuh hati padanya”. Goda Linda pada Sunny yang kini semakin salah tingkah.
“kenapa loe sebut dia dengan Daeng Toro?”. Sunny baru menyadari sapaan Adri itu. “semua siswa di sekolah ini toch memanggilnya dengan sebutan Daeng Toro soalnya dia itu suka marah-marah, semua siswa yang berusaha mendekatnyai pasti tidak akan tahan dengan sikap pamarahnya itu”. Sunny masih bingung dengan penjelasan Linda. “terus apa hubungannya Daeng Toro dengan pemarah?”. Linda hanya tertawa “Sunny… toro itu artinya pemarah”. Sunny akhirnya mengangguk mengerti.
***
Setelah bel berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas. “Sunny, duluanka nach. Di jemputka sama pacarku di depan sekolah”. Seru Linda buru-buru. Sunny hanya mengangguk. Kini dia harus pulang sendiri tanpa ditemani sahabat barunya tersebut. Sunny berjalan sendirian menuju gerbang sekolah. Langkahnya terhenti karena sekolompok siswa menghalangi jalannya. Sekelompok siswa itu adalah pembuat onar, mereka semua merokok dan baju seragamnya sudah tidak tilihat lagi dibadan mereka. “permisi, gue mau lewat”. Ucap Sunny dengan sopan. “loe nda usah pakai logat Jakarta disini nda cocok. Sudah di Makassar mieko ini”. Ucap salah satu siswa itu. “Rendy janganko terlalu kasar sama cewek bela”. seru cowok yang berambut acakan. “sakit hatika ini bela, ka tidak pernah nabalas salamku”. Seru cowok yang bernama Rendy itu lagi.
Sunny sangat takut melihat cowok-cowok itu menggoda dirinya, dia berusaha menghidar tapi selalu dihalangi, bahkan cowok yang bernama Rendy itu menarik tasnya saat sunny berusaha menerobos.
“Rendy lepaskan Tasnya, janganko kayak banci menganggu cewek nach”. Suara dingin itu membuat jantung Sunny berdegup kencang. Dia melihat kearah pemilik suara itu, seperti dugaannya itu adalah Adri. “bukan urusanmu ini Daeng Toro. Jangan mieko jadi sok pahlawan cilaka”. Bentakan kasar keluar dari mulut Rendy. Adri mendekati dan menggenggam tangan Sunny yang masih berdiri mematung diantara gerombolan cowok-cowok itu.  Dia menarik Sunny menerobos dari gerombolan siswa itu. “we Daeng Toro, janganko jadi sok pahlawan sama cewek Jakarta itu. Nanti natinggaliko juga ke Jakarta, sakit hatiko lagi sedeng”. Langkah Adri terhentikan, wajahnya memerah menahan amarah. Dilirknya segerombolan cowok. “jangan hiraukan mereka, kamu bisa di keroyok” seru Sunny yang masih sangat takut. Akhirnya Adri melanjutkan langkahnya dengan mempererat genggaman tangan Sunny. “dasar pengecut, tunggu pembalasanku”. Teriak Rendy.
Setelah berada diluar gerbang sekolah, Adri melepaskan genggaman tangannya pada Sunny. “ada jie jemputko toch”. Ucap Adri. Sunny hanya mengangguk masih dengan wajah pucatnya. “dimana mie penjemputmu, masih lamakah”. Tanya Adri. “sepertinya sudah dekat”. Sunny berusaha menghilangkan rasa gugupnya. “tidak apa-apa jieko toch”. Adri sangat khawatir melihat Sunny yang masih pucat pasih. Tanpa sadar Adri menarik sunny kedalam pelukannya, sontak Sunny kaget tapi merasa nyaman dalam pelukan hangat Adri.
“bukan itu jemputanmukah?” Sunny menarik tubuhnya dari pelukan Adri. “iya, maksih sudah nolongin gue”. Sunny segera naik kemobil jemputannya tersebut.
***
“Sunny tidak apa-apa jieko toh? Ada yang lecet kah”. Linda memeriksa seluruh tubuh Sunny untuk memastikan kesehatan sahabatnya tersebut. “gue tidak apa-apa kok, gue hanya sedikit syok”. Sunny sudah menceritakan kejadian kemarin itu ke Linda.
Sunny melihat kearah mejanya, ternyata Adri belum datang. Biasanya Adri selalu datang pagi dan tidak pernah telat.”Adri belum datang Lin?” Tanya Sunny. Linda hanya mengelengkan kepalanya. Sunnypun merasa khawatir. Tinggal sepuluh menit lagi bel tanda masuk berbunyi. “linda loe tau nomor Adri nggak?” Tanya Sunny dengan khawatir.
Tiba-tiba Adri masuk dengan muka sedikit bonyok. Sunnypun segera mengdekati Adri. “kamu tidak apa-apa? Kenapa muka kamu jadi begini?” Tanya Sunny yang sangat khawatir. “nda apa-apa jie”. Adri segera ketempat duduknya. Sunny tidak konsen mengikuti pelajaran, sesekali dia melirik Adri yang menahan sakit. Mulut, pipi, dan alisnya terlihat lebam. “wei janganko saya yang mu perhatikan, itu pelajaran. Kalau nda mengerko, nda mau mieka itu jelaskan ulangi”. Adri menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Sunny. Dia hanya tersenyum simpul membuat jantung Sunny berdegup  kencang.
Bel tanda istirahat berbunyi, seperti biasanya semua siswa sudah berhamburan keluar kelas. “ayo ke UKS, luka kamu harus diobati”. Sunny menarik tangan Adri dengan paksa. Adri kaget melihat Sunny yang tiba-tiba menariknya tapi dia tidak mecegahnya, membiarkan Sunny membawanya keluar kelas dengan memegang erat tangannya. Semua mata tertuju pada mereka saat melewati lapangan basket dan koridor sekolah.
“duduk, gue cari obat dulu”. Sunny seolah tidak peduli dengan tatapan aneh dari Adri. Dia segera mengoleskan kapas yang sudah berisi obat di luka Adri. Adri  kesakitan saat Sunny nenempelkan kapas itu dilukanya. “maaf, aku akan hati-hati”. Tanpa sengaja mereka bertatapan, wajah Sunny seketika berubah. “kenapa muka loe bisa seperti ini? Apa karena segerombolan cowok-cowok itu?” seru Sunny berusaha mengalihkan perhatian. “bukan jie, jatuhka kemarin dari motor”. Sebenarnya Sunny tidak percaya alasan Adri tersebut, tapi karena tidak ingin membuat Adri marah, akhirnya dia mengangguk.
***
Gossip tentang pemukulan Rendy Cs semakin panas, hingga terdengar di telinga Sunny. Diapun segera mencari Adri. Setelah menelusuri semua sudut sekolah, akhirnya Sunny menumakan Adri di perpusatakaan sekolah. “ini buat loe”. Sunny memberikan sebuah plaster luka pada Adri. “jangan mie, sudah jie juga tadi mu obati nach”. Tolak Adri. Sunny segera mengambil plaster tersebut, diapun memb ukanya dan menempelkan di dahi Adri yang luka. Sontak Adri merasa kaget akan sikap Sunny itu. “katanya Randy Cs dipukulin, itu pasti ulah loekan”. Sunny melemparkan tatapan tajamnya pada Adri seolah memaksa lelaki tersebut mengaku. “mungkin dia berkelahi sama orang lain”. Ucap Adri datar. “loe kenapa sih, berkelahi dengan cowok-cowok itu, merekakan anak bandel. Bagaimana kalau mereka mengeroyok loe lagi. gue sangat khawatir sama loe”. Sunny berusaha menyembunyikan rasa takutnya.
“tidak mungkin mie mereka keroyokkah lagi, dan pasti mie mereka tidak naganggu mieko lagi”. sunny melihat Adri dengan tatapan aneh. “jadi benar loe yang lakuin itu?” kini Sunny berusaha untuk memastikan pengakuan Adri. “sebanarnya tidak ku suka kalau mereka gangguko”. Seru Adri dengan dingin. Seketika senyum menghiasi wajah Sunny. “kenapako senyum-senyum?” Tanya Adri melihat tingkah laku Sunny. “aku hanya merasa bahagia aja”. Seru Sunny sebelum menarik diri dari tempat itu, wajahnya pasti sudah memerah seperti kepiting rebus. Jantungnya juga bedegup tidak karuan.
Sunny segera berjalan menuju kelas. Wajahnya masih di hiasi senyum. Linda segera menghampiri sahabat barunya tersebut setelah menyadari keanehannya. “kenapako senyum-senyum, menang lotrekah atau dapat pulsa gratis?” goda Linda. Sunny hanya meliriknya kemudian melanjutkan senyumnya lagi, seolah tidak mempedulikan ejekan sahabatnya itu. “gila kapan ini anak”. Ucap Linda sebelum kembali ke mejanya.
                Adri berjalan menuju mejanya, diliriknya Sunny yang masih tersenyum manis. Adri tampak kebingungan. Seperti biasanya dia segera mengambil buku cetaknya untuk memperlajari materi sebelum guru menjelaskannya. “kenapa kamu rajin banget belajar?” Tanya Sunny tiba-tiba. Pandangan Adripun terarah pada Sunny. “karena cita-citaku mau jadi dokter”. Sunny hanya mengangguk. “rencananya kamu mau lanjut dimana?” Tanya Sunny lagi. Adripun mendesah panjang. “di UI”. Jawabnya singkat. “apa kamu mau lanjut disana untuk bertemu dengan mantan kamu lagi?”. pertayaan Sunny itu membuat Adri menutup bukunya dan mengalihkan pandangannya pada Sunny. “bukan urusanmu”. Jawab Adri dingin. Ditatapnya Sunny dengan tajam membuat mulut Sunny akhirnya terdiam.
                Sunny akhirnya putus asa, sepertinya usahanya untuk mendekati Adri tidak berjalan lancar, cowok itu masih sangat sayang dengan mantan pacarnya, bahkan dia tidak pernah melirik Sunny seperti halnya dengan kebanyakan cowok di sekolah itu.
Sunnypun mundur teratur, dia tidak pernah mencoba mencari perhatian Adri lagi, dan berusaha menghindari Adri untuk membunuh perasaannya yang mulai tumbuh pada cowok itu. Adri menyadari sifat Sunny yang tiba-tiba berubah, dia bahkan tidak pernah bertanya lagi mengenai materi yang tidak dia mengerti, dia lebih memilh bertanya pada Linda atau Aso, padahal kedua siswa itu juga tidak  pintar. Bahkan Linda sering menyodorkan pertanyaan itu pada Adri jika benar-benar tidak mengerti dan menjelaskan ulang pada Sunny.
***
“kenapako duduk sendirian ditaman? Mana Aso sama Linda”. akhir-akhir ini Sunny memang sangat dekat denga Aso dan Linda. pertanyaan Adri itu membuat Sunny tersadar dari lamunannya. “meraka lagi di kantin”. Seru Sunny datar. “kenapako nda kekantin juga?”. Tanya Adri lagi. “malas”. Adri hanya tersenyum melihat Sunny yang ngambek seperti anak kecil. “ini untuk kamu”. Adri menyodorkan sebuah permen pada Sunny. Sunny hanya menggelang, menolak pemberian Adri tersebut. “mauko balas dendamkah, karena tidak pernah ku terimah pemberianmu?” kini Adri tidak bisa menahan tawanya. “pokoknya harus mu ambil ini permen. Ku tunggu jawabannyamu nanti pulang sekolah nach”. Ucap Adri setelah meletakkan permen itu ditelapak tangan Sunny, diapun berlalu meninggalkan Sunny yang masih  terpaku melihat tingkah anehnya itu.
Ketika Sunny ingin melihat permen itu ternyata bel tanda masuk berbunyi, akirnya dia urungkan niatnya untuk melihat permen itu. Adri sepertinya tidak konsen mengikuti pelajaran terakhir ini. Sesekali dia melirik Sunny sambil tersenyum, sementara itu Sunny salah tingkah karena terus diperhatikan oleh Adri. Setelah beberapa jam kemudian bel berbunyi tanda pelajaran berakhir. Beberapa murid berteriak kegirangan mendengar bel pulang itu. Semua siswa sudah berhamburan.
“bagaiman dengan permennya? Manis jiekah?” Tanya Adri penuh semangat. “yang namanya permen pasti manis mana ada yang pahit” jawab Sunny asal. Sunnypun hendak beranjak dari mejanya, Adri segera menariknya, membuat Sunny kembali terduduk. Dia menoleh kearah Adri dengan bingung. “kamu kenapa sih”. Bentak Sunny, Adri hanya tersenyum. “bagaimana? Mu terimah jiekakah”. Sontak Sunny bingung dengan perkataan Adri. “maksud kamu apa sih?” kini Sunny semakin kesal. “sudah mu liat mieka tadi itu permen yang ku kasiko?” senyum lebarpun terpancar diwajah Adri. Wajahnya yang selalu diliputi kemarahan kini terlihat lebih ganteng dengan senyum yang menghiasih wajahnya.
Sunny segera mengambil permen itu dari saku bajunya. Dilihatnya permen itu yang tampak seperti permen lainnya. “baca donk tulisan dibelakngnya”. Sunnypun menurut dan membaca tulisan dibalik permen itu. SORRY. Sunny terlihat bingung ketika membaca tulisan tersebut. “memang kamu salah apa sama aku?” tanya Sunny. Adri segera mengeluarkan permen yang lain dari kantongnya. “because…” ucapnya menggantung. Dia memperlihatka tulisan pada permen yang digenggamnya saat ini. I LOVE YOU. Sunny hanya terpaku seolah tak percaya jika Adri menembaknya. “sebenarnya kusukako, tidak kutahu sejak kapan, yang jelas itu yang ku rasakan saat ini”. Ucap Adri gugup. sunny masih terpaku. “kamu sudah bisa melupakan mantan kamu?” ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Sunny. “nda mungkin kutembakko kalau masih ku ingat tentang dia”. Sunny menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Adri. “seharusnya kamu sudah menyadari dari dulu kalau aku juga suka sama kamu. Aku selalu menggunakan kata loe gue, tapi aku sudah mengganti kata loe gue itu menjadi aku kamu. Itu artinya kalau aku sudah memberikan isyarat”. Adri hanya tersenyum “kan ini bukan Jakarta tapi Makassar, mana mungkin aku bisa menyadari itu. Dan Karena kamu sudah resmi menjadi pacarku, aku akan mengajarimu menggunakan logat Makassar. Tidak kusuka kalau ada orang yang ejekko gara-gara logat Jakartamu yang masih kental”.  “iye” ucap Sunny sedikit kaku, entah dari mana dia mendapat istilah itu.  Adripun tertawa mendengar pacarnya berusaha memakai logat Makassar. “saya pie antarq nach”. Ucap Adri lagi sambil memegang erat tangan Sunny.  Sunnypun tersenyum bahagia melihat sisi lain Adri yang lebih romantis.
THE END

No comments:

Post a Comment