PESONA DAENG TORO
Sunny berjalan
dengan lemas menuju keruang guru. Hari ini adalah hari pertama dia masuk
disekolah barunya. Dia berjalan dengan menunduk tanpa ekspresi, menenggelamkan
diri dalam pikirannya yang berkecamuk. Tubuhnya hampir terjatuh karena menabrak
seorang lelaki yang bertubuh kekar. Diliriknya lelaki itu, saat tubuhnya berada
dipelukan lelaki tersebut. Dengan wajah
memerah, Sunny segera mendorong lelaki itu menjauh darinya. Tidak ada sepatah
kata yang keluar dari mulutnya, hanya tatapan yang begitu tajam yang dia
lemparkan. Lelaki itu menatap Sunny dengan kesal. Sunny berjalan tanpa
mempedulikan lelaki yang dia tabrak itu. Diapun segera menuju ruang guru.
“kamu anak
pindahan dari Jakarta?” Tanya Bu Wati. Sunny hanya mengangguk. “baiklah kamu
ikut dengan ibu. Ibu akan mengantar kamu kekelas”. Dengan patuh Sunny mengikuti
gurunya tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata.
Dia melihat
sekeliling kelas XI IPA 2 yang merupakan kelas barunya. Seluruh siswa dikelas
itu memperhatikannya dengan wajah kagum
bahkan ada yang tersenyum lebar saat tatapan Sunny tertuju padanya.
“anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari Jakarta”. Seru bu
Wati sebelum mempersilahkan Sunny memperkenalkan diri.
Sunny
memperkenalkan diri dengan logat Jakarta yang masih kental, beberapa siswa
tertawa mendengar Sunny. “bu boleh jieka bertanyakah?”. Tanya Aso setelah Sunny
memperkenalkan diri. “kamu mau bertanya apa Aso?”. Ucap bu Wati. “ada miekah
pacarta? Kalau belum ada mauka mendaftar kodong”. Seru Aso disertai tawa siswa
lainnya. “Aso jangan bertanya dengan hal yang tidak penting. Baiklah untuk
mempersingkat waktu sesi Tanya jawabnya dihilangkan, kalau kalian ingin
berkenalan dengan Sunny silahkan dijam istirahat”. Bu Wati menyuruh Sunny untuk
duduk dibangku paling belakang disamping Adri. Salah satu siswa yang tidak
mempedulikan kedatangannya. Adri hanya larut dalam buku pelajaran yang ada
dihadapannya.
Jam pelajaran
pertama telah berakhir, semua siswa dikelas itu menyerbu kebangku paling
belakang untuk mewawancarai Sunny. “perkenalkan namaku Linda”. Belum sempat
Sunny meraih tangan Linda, tiba-tiba tangan dari siswa lain berebutan untuk
meraih tangan Sunny, berusaha untuk berkelan dengannya. “kenapako semua ribut
sekali. Baru jie ada anak baru heboh sekali mieko. Pindah semuako mauka lewat”.
Bentak Adri kerena meresa terusik dengan ulah teman-teman sekelasnya.
Beberapa siswa
mencibir tindakan Adri itu, tapi yang lainnya sibuk untuk memperkenalkan diri
pada Sunny. Sementara itu, Sunny hanya tersenyum menyambut kehangatan teman
barunya. “kenapako pindah dari Jakarta?” Tanya Aso yang sangat antusias. “gue
pindah karena bokap gue dipindah tugaskan di sini”. Ucap Sunny. “baru pertama
kaliko ke Makassarkah?”. Tanya Linda tak kalah antusiasnya. Sunny hanya mengangguk. Belum sempat menjawab
semua pertanyaan diajukan ke Sunny, bel masuk sudah berbunyi. Beberapa siswa
terlihat kecewa karena masih belum puas berbincang dengan Sunny.
Adri kembali
kebangkunya disamping Sunny, setelah semua siswa kembali ke bangkunya masing-masing.
Adri menatap Sunny dengan tatapan jengkel. “nama gue Sunny, siapa nama loe?”
Tanya Sunny pada Adri setelah cowok itu merebahkan badannya dibangku samping
Sunny. “jangan mieko pake logat Jakartamu
disini”. Adri masih sangat kesal mendengar Sunny dengan logatnya. Sunny
terlihat jengkel dengan sikap dingin Adri.
Bel tanda
istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas untuk menyerbu kantin.
Beberapa siswa menghampiri Sunny untuk mengajaknya makan dikantin. Tapi Sunny
menolaknya. Seketika kelas sepi, hanya Sunny dan Adri yang masih berada dikelas
itu. “loe tidak kekantin?” Tanya Sunny berusaha memecah kesunyian. Adri hanya
menatapnya tajam. “tidak lapar jieka. Besok pakai rok panjangko nah karena
peraturan sekolah itu. Nasuruhka tadi bu Wati tanyako”. Seru Adri dengan nada
dingin tanpa melihat kearah Sunny. Penampilan fisik Sunny yang diatas rata-rata
tidak mampu membuat Adri terpikat. “kenapa cara bicara loe kasar banget”. Seru
Sunny kesal. “siapakah bicara kasar,
begini memang logat Makassar, bukan Jakarta ini yang pake logat loe gue”. Kini
tatapan dingin itu berubah jadi tatapan marah.
Sunny berusaha
menahan amarahnya, diapun segera keluar dari kelas itu. “Sunny, mauko kemana?”
Tanya Linda yang tiba-tiba muncul. “gue mau cari udara segar, didalam panas.
Apa lagi ada si Adri itu. Dia nyebelin banget”. Linda hanya tersenyum melihat
tingkah Sunny. “begitu memang Adri, pabambangan na tolo”. seru Linda tertawa.
“maksud loe?” Sunny hanya mengerutkan keningnya tidak mengerti perkataan Sunny.
“hahaha… artinya dia itu pemarah dan bodoh”. Kini tawa Linda tak terbendung
lagi. “menurut gue dia bukan siswa yang bodoh, buktinya dia selalu membaca buku
dan tadi dia juga selalu menjawab pertanyaan guru”. Sunny terlihat tambah
bingung. “ bukan itu maksudku Sunny. Adri itu bodoh karena tidak mau nalupakan mantan pacarnya yang pindah ke Jakarta”. Sunny
masih bingung dengan penjelasan Linda. Akhinya Lindapun menceritakan secara
detail kisah Adri yang membuatnya berubah menjadi cowok dingin dan pemarah.
Setelah
beberapa hari, Sunny sudah menjadi siswi paling dikagumi disekolahnya, banyak
siswi lain yang iri padanya karena hampir sebagian besar cowok keren disekolah
itu selalu memperhatian Sunny. Tapi, ada juga yang sangat kagum melihatnya
salah satunya Linda, yang selalu berusaha menemani Sunny yang masih
menyesuaikan diri disekolah itu. Sunny merasa sangat nyaman dengan kehadiran
Linda yang selalu membantunya. Cewek imut ini mempunyai banyak hal yang membuat
Sunny senang berteman dengannya. Beberapa siswa sering mengejeknya karena masih
menggunakan logat Jakarta, hal itu membuatnya kesal tapi Linda tidak pernah
mempermasalahkan logat Sunny yang masih terdengar aneh itu. Linda selalu
menjelaskan istilah-istilah Makassar yang masih tidak dipahami oleh Sunny.
***
Hubungan Sunny
dan Adri masih sangat kaku, mereka sangat jarang berkomunikasi. “loe mau?”
Sunny menyodorkan permen pada Adri yang terlihat menenggelamkan diri di buku
pelajaran. Adri hanya menggeleng tanpa melirik Sunny. “kalau ini mau?” kali ini
Sunny menyodorkan sebuah coklat. “tidak mau jieka, janganko gangguka deh”. Seru Adri kasar. Sikap Adri itu semakin
membuat Sunny penasaran. Akhirnya Sunny mencoba cara lain untuk mencari
perhatian Adri. “gue nggak ngerti materi
yang itu, mau nggak loe ajarin gue”. Kini Sunny menunjuk materi yang ada di
buku Adri. Adri hanya menatapnya datar. “bertanyako sama guru kalau tidak
mengerko”. Ucapnya dingin. “bu wati menyuruh gue bertanya sama loe kalau gue
masih belum bisa mengerti”. Sunnypun menahan amarahnya. Adri mengalihkan
pandangannya kearah Sunny. “baiklah, perhatikan baik-baik nach, ka tidak mauka
ulangi lagi penjelasannya nanti itu”. Sunny hanya mengangguk patuh. Kini semua
konsentrasinya terpusat pada penjelasan Adri mengeani materi itu. Sesekali
Sunny mengangguk tanda mengerti akan penjelasan Adri. “jadi setelah itu kita
masukkan rumus yang ini”. Seru Sunny disela penjelasan Adri. Adri hanya
mengangguk dan kembali menjelaskan cara penyelesaian soal itu.
Sunny semakin
mengagumi Adri karena kecerdasannya itu. Ternyata selain tampan cowok ini
ternyata juga sangat pintar. Baru kali ini Sunny melihat Adri dengan cermat.
Dibalik kacamata tebalnya ternyata Adri mempunyai mata yang sepit seperti orang
korea, rambut terlihat rapih, wajahnya yang putih serta hidungnya yang mancung
menambah pesonanya. “mengeti miekokah”. Ucap Adri setelah menjelaskan panjang
lebar tentang materi itu, Sunnypun kaget. Seketika wajahnya memerah karena
bertatapan dengan mata Adri. “capek-capek mieka menjelaskan ternyata tidak kau
perhatikan jie, belajar sendiri mieko deh”. Adri tampak kesal melihat Sunny yang
hanya tersenyum.
“kenapa loe
suka banget marah, loe terlihat ganteng kalau tersenyum. Tapi itu semua luntur
karena sikap loe yang suka marah-marah”. Seru Sunny keceplosan, diapun menutup
mulutnya. Hanya tatapan sinis yang dilembarkan Adri. “bukan urasanmu”. Adripun
berdiri dan meninggalkan Sunny yang masih terpaku melihatnya.
Linda segera
menghampiri Sunny setelah Adri beranjak dari tempat duduknya. “kalau kulihat
tingkahmu toch, kayak mu suka-suka itu Adri”. Sunny tidak bisa menyembunyikan
wajahnya yang merah seperti kepiting rebus. “cie..cie… ternyata pesona Daeng
Toro itu masih belum pudar. Ku kira setelah ditinggal pacarnya dan berubah jadi
pemarah, semua cewek menjauh darinya. Tapi, ternyata cewek idola baru di
sekolah ini malah jatuh hati padanya”. Goda Linda pada Sunny yang kini semakin
salah tingkah.
“kenapa loe
sebut dia dengan Daeng Toro?”. Sunny baru menyadari sapaan Adri itu. “semua
siswa di sekolah ini toch memanggilnya dengan sebutan Daeng Toro soalnya dia
itu suka marah-marah, semua siswa yang berusaha mendekatnyai pasti tidak akan
tahan dengan sikap pamarahnya itu”. Sunny masih bingung dengan penjelasan
Linda. “terus apa hubungannya Daeng Toro dengan pemarah?”. Linda hanya tertawa
“Sunny… toro itu artinya pemarah”. Sunny akhirnya mengangguk mengerti.
***
Setelah bel berbunyi,
semua siswa berhamburan keluar kelas. “Sunny, duluanka nach. Di jemputka sama
pacarku di depan sekolah”. Seru Linda buru-buru. Sunny hanya mengangguk. Kini dia
harus pulang sendiri tanpa ditemani sahabat barunya tersebut. Sunny berjalan
sendirian menuju gerbang sekolah. Langkahnya terhenti karena sekolompok siswa
menghalangi jalannya. Sekelompok siswa itu adalah pembuat onar, mereka semua
merokok dan baju seragamnya sudah tidak tilihat lagi dibadan mereka. “permisi,
gue mau lewat”. Ucap Sunny dengan sopan. “loe nda usah pakai logat Jakarta
disini nda cocok. Sudah di Makassar mieko ini”. Ucap salah satu siswa itu.
“Rendy janganko terlalu kasar sama cewek bela”. seru cowok yang berambut
acakan. “sakit hatika ini bela, ka tidak pernah nabalas salamku”. Seru cowok
yang bernama Rendy itu lagi.
Sunny sangat
takut melihat cowok-cowok itu menggoda dirinya, dia berusaha menghidar tapi
selalu dihalangi, bahkan cowok yang bernama Rendy itu menarik tasnya saat sunny
berusaha menerobos.
“Rendy
lepaskan Tasnya, janganko kayak banci menganggu cewek nach”. Suara dingin itu
membuat jantung Sunny berdegup kencang. Dia melihat kearah pemilik suara itu,
seperti dugaannya itu adalah Adri. “bukan urusanmu ini Daeng Toro. Jangan mieko
jadi sok pahlawan cilaka”. Bentakan kasar keluar dari mulut Rendy. Adri mendekati
dan menggenggam tangan Sunny yang masih berdiri mematung diantara gerombolan
cowok-cowok itu. Dia menarik Sunny
menerobos dari gerombolan siswa itu. “we Daeng Toro, janganko jadi sok pahlawan
sama cewek Jakarta itu. Nanti natinggaliko juga ke Jakarta, sakit hatiko lagi
sedeng”. Langkah Adri terhentikan, wajahnya memerah menahan amarah. Dilirknya
segerombolan cowok. “jangan hiraukan mereka, kamu bisa di keroyok” seru Sunny
yang masih sangat takut. Akhirnya Adri melanjutkan langkahnya dengan mempererat
genggaman tangan Sunny. “dasar pengecut, tunggu pembalasanku”. Teriak Rendy.
Setelah berada
diluar gerbang sekolah, Adri melepaskan genggaman tangannya pada Sunny. “ada
jie jemputko toch”. Ucap Adri. Sunny hanya mengangguk masih dengan wajah
pucatnya. “dimana mie penjemputmu, masih lamakah”. Tanya Adri. “sepertinya
sudah dekat”. Sunny berusaha menghilangkan rasa gugupnya. “tidak apa-apa jieko
toch”. Adri sangat khawatir melihat Sunny yang masih pucat pasih. Tanpa sadar
Adri menarik sunny kedalam pelukannya, sontak Sunny kaget tapi merasa nyaman
dalam pelukan hangat Adri.
“bukan itu
jemputanmukah?” Sunny menarik tubuhnya dari pelukan Adri. “iya, maksih sudah
nolongin gue”. Sunny segera naik kemobil jemputannya tersebut.
***
“Sunny tidak
apa-apa jieko toh? Ada yang lecet kah”. Linda memeriksa seluruh tubuh Sunny
untuk memastikan kesehatan sahabatnya tersebut. “gue tidak apa-apa kok, gue
hanya sedikit syok”. Sunny sudah menceritakan kejadian kemarin itu ke Linda.
Sunny melihat
kearah mejanya, ternyata Adri belum datang. Biasanya Adri selalu datang pagi
dan tidak pernah telat.”Adri belum datang Lin?” Tanya Sunny. Linda hanya
mengelengkan kepalanya. Sunnypun merasa khawatir. Tinggal sepuluh menit lagi
bel tanda masuk berbunyi. “linda loe tau nomor Adri nggak?” Tanya Sunny dengan
khawatir.
Tiba-tiba Adri
masuk dengan muka sedikit bonyok. Sunnypun segera mengdekati Adri. “kamu tidak
apa-apa? Kenapa muka kamu jadi begini?” Tanya Sunny yang sangat khawatir. “nda
apa-apa jie”. Adri segera ketempat duduknya. Sunny tidak konsen mengikuti
pelajaran, sesekali dia melirik Adri yang menahan sakit. Mulut, pipi, dan
alisnya terlihat lebam. “wei janganko saya yang mu perhatikan, itu pelajaran.
Kalau nda mengerko, nda mau mieka itu jelaskan ulangi”. Adri menyadari dirinya
sedang diperhatikan oleh Sunny. Dia hanya tersenyum simpul membuat jantung
Sunny berdegup kencang.
Bel tanda
istirahat berbunyi, seperti biasanya semua siswa sudah berhamburan keluar
kelas. “ayo ke UKS, luka kamu harus diobati”. Sunny menarik tangan Adri dengan
paksa. Adri kaget melihat Sunny yang tiba-tiba menariknya tapi dia tidak
mecegahnya, membiarkan Sunny membawanya keluar kelas dengan memegang erat
tangannya. Semua mata tertuju pada mereka saat melewati lapangan basket dan
koridor sekolah.
“duduk, gue
cari obat dulu”. Sunny seolah tidak peduli dengan tatapan aneh dari Adri. Dia
segera mengoleskan kapas yang sudah berisi obat di luka Adri. Adri kesakitan saat Sunny nenempelkan kapas itu
dilukanya. “maaf, aku akan hati-hati”. Tanpa sengaja mereka bertatapan, wajah
Sunny seketika berubah. “kenapa muka loe bisa seperti ini? Apa karena
segerombolan cowok-cowok itu?” seru Sunny berusaha mengalihkan perhatian.
“bukan jie, jatuhka kemarin dari motor”. Sebenarnya Sunny tidak percaya alasan
Adri tersebut, tapi karena tidak ingin membuat Adri marah, akhirnya dia
mengangguk.
***
Gossip tentang
pemukulan Rendy Cs semakin panas, hingga terdengar di telinga Sunny. Diapun
segera mencari Adri. Setelah menelusuri semua sudut sekolah, akhirnya Sunny
menumakan Adri di perpusatakaan sekolah. “ini buat loe”. Sunny memberikan
sebuah plaster luka pada Adri. “jangan mie, sudah jie juga tadi mu obati nach”.
Tolak Adri. Sunny segera mengambil plaster tersebut, diapun memb ukanya dan
menempelkan di dahi Adri yang luka. Sontak Adri merasa kaget akan sikap Sunny
itu. “katanya Randy Cs dipukulin, itu pasti ulah loekan”. Sunny melemparkan
tatapan tajamnya pada Adri seolah memaksa lelaki tersebut mengaku. “mungkin dia
berkelahi sama orang lain”. Ucap Adri datar. “loe kenapa sih, berkelahi dengan
cowok-cowok itu, merekakan anak bandel. Bagaimana kalau mereka mengeroyok loe
lagi. gue sangat khawatir sama loe”. Sunny berusaha menyembunyikan rasa
takutnya.
“tidak mungkin
mie mereka keroyokkah lagi, dan pasti mie mereka tidak naganggu mieko lagi”.
sunny melihat Adri dengan tatapan aneh. “jadi benar loe yang lakuin itu?” kini
Sunny berusaha untuk memastikan pengakuan Adri. “sebanarnya tidak ku suka kalau
mereka gangguko”. Seru Adri dengan dingin. Seketika senyum menghiasi wajah
Sunny. “kenapako senyum-senyum?” Tanya Adri melihat tingkah laku Sunny. “aku
hanya merasa bahagia aja”. Seru Sunny sebelum menarik diri dari tempat itu,
wajahnya pasti sudah memerah seperti kepiting rebus. Jantungnya juga bedegup
tidak karuan.
Sunny segera
berjalan menuju kelas. Wajahnya masih di hiasi senyum. Linda segera menghampiri
sahabat barunya tersebut setelah menyadari keanehannya. “kenapako senyum-senyum,
menang lotrekah atau dapat pulsa gratis?” goda Linda. Sunny hanya meliriknya
kemudian melanjutkan senyumnya lagi, seolah tidak mempedulikan ejekan
sahabatnya itu. “gila kapan ini anak”. Ucap Linda sebelum kembali ke mejanya.
Adri
berjalan menuju mejanya, diliriknya Sunny yang masih tersenyum manis. Adri
tampak kebingungan. Seperti biasanya dia segera mengambil buku cetaknya untuk
memperlajari materi sebelum guru menjelaskannya. “kenapa kamu rajin banget
belajar?” Tanya Sunny tiba-tiba. Pandangan Adripun terarah pada Sunny. “karena
cita-citaku mau jadi dokter”. Sunny hanya mengangguk. “rencananya kamu mau
lanjut dimana?” Tanya Sunny lagi. Adripun mendesah panjang. “di UI”. Jawabnya
singkat. “apa kamu mau lanjut disana untuk bertemu dengan mantan kamu lagi?”.
pertayaan Sunny itu membuat Adri menutup bukunya dan mengalihkan pandangannya
pada Sunny. “bukan urusanmu”. Jawab Adri dingin. Ditatapnya Sunny dengan tajam
membuat mulut Sunny akhirnya terdiam.
Sunny
akhirnya putus asa, sepertinya usahanya untuk mendekati Adri tidak berjalan
lancar, cowok itu masih sangat sayang dengan mantan pacarnya, bahkan dia tidak
pernah melirik Sunny seperti halnya dengan kebanyakan cowok di sekolah itu.
Sunnypun
mundur teratur, dia tidak pernah mencoba mencari perhatian Adri lagi, dan
berusaha menghindari Adri untuk membunuh perasaannya yang mulai tumbuh pada
cowok itu. Adri menyadari sifat Sunny yang tiba-tiba berubah, dia bahkan tidak
pernah bertanya lagi mengenai materi yang tidak dia mengerti, dia lebih memilh bertanya
pada Linda atau Aso, padahal kedua siswa itu juga tidak pintar. Bahkan Linda sering menyodorkan
pertanyaan itu pada Adri jika benar-benar tidak mengerti dan menjelaskan ulang
pada Sunny.
***
“kenapako
duduk sendirian ditaman? Mana Aso sama Linda”. akhir-akhir ini Sunny memang
sangat dekat denga Aso dan Linda. pertanyaan Adri itu membuat Sunny tersadar
dari lamunannya. “meraka lagi di kantin”. Seru Sunny datar. “kenapako nda
kekantin juga?”. Tanya Adri lagi. “malas”. Adri hanya tersenyum melihat Sunny
yang ngambek seperti anak kecil. “ini untuk kamu”. Adri menyodorkan sebuah
permen pada Sunny. Sunny hanya menggelang, menolak pemberian Adri tersebut.
“mauko balas dendamkah, karena tidak pernah ku terimah pemberianmu?” kini Adri
tidak bisa menahan tawanya. “pokoknya harus mu ambil ini permen. Ku tunggu
jawabannyamu nanti pulang sekolah nach”. Ucap Adri setelah meletakkan permen
itu ditelapak tangan Sunny, diapun berlalu meninggalkan Sunny yang masih terpaku melihat tingkah anehnya itu.
Ketika Sunny ingin
melihat permen itu ternyata bel tanda masuk berbunyi, akirnya dia urungkan
niatnya untuk melihat permen itu. Adri sepertinya tidak konsen mengikuti
pelajaran terakhir ini. Sesekali dia melirik Sunny sambil tersenyum, sementara
itu Sunny salah tingkah karena terus diperhatikan oleh Adri. Setelah beberapa
jam kemudian bel berbunyi tanda pelajaran berakhir. Beberapa murid berteriak
kegirangan mendengar bel pulang itu. Semua siswa sudah berhamburan.
“bagaiman
dengan permennya? Manis jiekah?” Tanya Adri penuh semangat. “yang namanya
permen pasti manis mana ada yang pahit” jawab Sunny asal. Sunnypun hendak
beranjak dari mejanya, Adri segera menariknya, membuat Sunny kembali terduduk.
Dia menoleh kearah Adri dengan bingung. “kamu kenapa sih”. Bentak Sunny, Adri
hanya tersenyum. “bagaimana? Mu terimah jiekakah”. Sontak Sunny bingung dengan
perkataan Adri. “maksud kamu apa sih?” kini Sunny semakin kesal. “sudah mu liat
mieka tadi itu permen yang ku kasiko?” senyum lebarpun terpancar diwajah Adri.
Wajahnya yang selalu diliputi kemarahan kini terlihat lebih ganteng dengan
senyum yang menghiasih wajahnya.
Sunny segera
mengambil permen itu dari saku bajunya. Dilihatnya permen itu yang tampak
seperti permen lainnya. “baca donk tulisan dibelakngnya”. Sunnypun menurut dan
membaca tulisan dibalik permen itu. SORRY. Sunny terlihat bingung ketika
membaca tulisan tersebut. “memang kamu salah apa sama aku?” tanya Sunny. Adri
segera mengeluarkan permen yang lain dari kantongnya. “because…” ucapnya
menggantung. Dia memperlihatka tulisan pada permen yang digenggamnya saat ini.
I LOVE YOU. Sunny hanya terpaku seolah tak percaya jika Adri menembaknya.
“sebenarnya kusukako, tidak kutahu sejak kapan, yang jelas itu yang ku rasakan
saat ini”. Ucap Adri gugup. sunny masih terpaku. “kamu sudah bisa melupakan
mantan kamu?” ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Sunny. “nda mungkin
kutembakko kalau masih ku ingat tentang dia”. Sunny menarik nafas dalam-dalam
sebelum menjawab pertanyaan Adri. “seharusnya kamu sudah menyadari dari dulu kalau
aku juga suka sama kamu. Aku selalu menggunakan kata loe gue, tapi aku sudah
mengganti kata loe gue itu menjadi aku kamu. Itu artinya kalau aku sudah
memberikan isyarat”. Adri hanya tersenyum “kan ini bukan Jakarta tapi Makassar,
mana mungkin aku bisa menyadari itu. Dan Karena kamu sudah resmi menjadi
pacarku, aku akan mengajarimu menggunakan logat Makassar. Tidak kusuka kalau
ada orang yang ejekko gara-gara logat Jakartamu yang masih kental”. “iye” ucap Sunny sedikit kaku, entah dari
mana dia mendapat istilah itu. Adripun
tertawa mendengar pacarnya berusaha memakai logat Makassar. “saya pie antarq
nach”. Ucap Adri lagi sambil memegang erat tangan Sunny. Sunnypun tersenyum bahagia melihat sisi lain
Adri yang lebih romantis.
THE
END
No comments:
Post a Comment