KASIH IBU SEPANJANG MASA
Hari
ini aku berangkat kesekolah seperti
biasanya. Semua perlengkapan yang aku butuhkan semuanya sudah aku siapkan.
“Nak, jangan lupa membawa bekal”. Ucap ibuku dari kamarnya. “hari ini aku tidak
bisa membawa bekal bu, aku bangun kesingan bu”. Seruku dengan raut wajah sedih.
“maaf nak, ibu tidak bisa mempersiapkan sarapan kamu seperti dulu lagi. Ibu
hanya bisa berbaring dan menyusahkanmu”. Aku tidak mampu membendung air mataku
mendengar ucapan ibuku. Sesegera mungkin aku mengahapus air mataku dan berjalan
menuju kamar ibuku. “ibu tidak pernah menyusahkan aku, tapi aku yang selalu
menyusahkan ibu”. Ucapku sambil memeluknya dengan erat.
Aku sangat sedih melihat ibuku yang
hanya bisa berbaring di tempat tidur. Penyakit stroke yang meyerangnya sebulan
yang lalu membuat sebagian tubuhnya lumpuh. Kini tubuhnya semakin kurus, bahkan
dia tidak bisa bangun sendiri dan makan sendiri.
Senyum manis terpancar dibibirnya.
“kamu harus belajar baik-baik disekolah, dan ingat jangan nakal”. Ucapnya
sambil membelai rambutnya dengan lembut. Kebiasaannya tersebut tidak pernah
hilang meski dengan keadaannya seperti ini. “iya bu, aku berangkat dulu”.
Ucapku sambil mecium tangannya. Aku berusaha menahan air mataku, tapi hal itu
sia-sia karena kini pipiku sudah basah. “ibu tidak suka kalau kamu cengen
seperti ini, cepat hapus air matamu. Kalau kamu sedih seperti ini, ibu juga
ikutan sedih”. Ibu menatapku dengan penuh kecemasan.
***
Hari ini aku duduk dengan santai
didepan TV melihat acara favoritku. Terdengar suara panggilan ibu dari kamar.
“Nak, tolong ambilkan ibu air”. Teriaknya. “tunggu dulu bu”. Ucapku sedikit
kesal. “Ibu haus. Tolong ambilkan air nak”. Teriaknya lagi tidak sabaran. Aku
hanya mengabaikan teriakannya itu dan tetap memperhatikan acara TV. Dia
mengulang-ulang teriakannya. Aku kesal mendengarnya yang tidak pernah berhenti
berteriak. Akhirnya aku mengambilkan air. “Ini bu. Kenapa ibu tidak sabaran
sekali”. Ucapku sedikit membentaknya. “ibu haus nak”. Ucapnya. “bagaimana ibu
tidak haus kalau selalu teriak-teriak begitu”. Ucapku lagi. “maafkan ibu nak”.
Ucapnya dengan raut wajah sedih. Aku hanya pergi meninggalkannya tanpa
mengucapkan apa-apa.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.00.
akupun mempersiapkan makan malam ibuku. Seperti biasa, aku membantunya bangun
dari tempat tidurnya dan memindahkannya dikursi roda. Aku menyuapi dia. “nak,
maafkan ibu”. Ucapnya disela-sela dia menguyah makanannya. “kenapa ibu selalu
meminta maaf?”. Tanyaku tiba-tiba. “karena ibu tidak bisa menjadi ibu yang kamu
harapkan. Ibu hanya bisa menyusahkanmu. Di usia kamu saat ini masih sangat
membutuhkan kasih sayang ibu. Tapi bukan kasih sayang yang ibu berikan
melainkan kesusahan”. Aku hanya menunduk mendengar ucapannya. Disaat dia dalam
keadaan seperti ini, dia masih saja memikirkanku. Tapi, aku malah membentaknya
saat dia hanya meminta segelas air, kini air mataku mengalir tanpa henti. Rasa
kesal pada diriku tidak dapat aku lupakan. Ingin rasanya aku memaki diriku
tanpa henti. “maafkan aku buuu…” hanya itu yang mampu aku ucapkan disela
tangisku. Diapun memelukku. “bahkan sebelum kamu meminta maaf, ibu sudah
memaafkanmu. Sudah jangan nangis lagi, ibu tidak suka setiap kamu melihat ibu
kamu selalu menangis”. “bukan ibu yang seharusnya meminta maaf tapi aku, karena
aku tidak bisa menjadi anak yang bisa ibu andalkan”. dia hanya tersenyum. “kamu
sudah menjadi anak yang sangat ibu banggakan. Sudah jangan menangis lagi”. Akupun
memnghapus air mataku dan melanjutkan untuk menyuapi ibuku dengan penuh kasih
sayang.
***
“Nak, ibu selalu berdoa semoga kamu
kelak akan menjadi orang yang sukses”.ucapku ibuku saat aku masuk kedalam
kamarnya. “Aku berharap semoga Allah memberikan umur yang panjang pada ibu dan
ibu bisa melihatku ketika menjadi orang yang sukses”. Ucapku penuh harap. “tapi
ibu berharap semoga Allah cepat mencabut nyawa ibu supaya ibu tidak pernah
menyusahkanmu lagi”. aku sangat kaget mendengar perkataan ibuku. “ibu… aku
tidak suka ibu berkata begitu. Ibu tidak pernah menyusahkan aku”. ucapku
sedikit kesal.
Akhir-akhir ini penyakit ibuku
semakin parah. Ayahku telah membawanya kerumah sakit dan bahkan berobat secara
tradisonal, tapi semua itu sia-sia. Seminggu dirumah sakit, ibuku sudah
merengek untuk pulang kerumah. Dia memang sangat tidak suka berada ditempat itu
dan memilih dirawat dirumah. Akhirnya, ayahku mengabulkan permintaannya.
“kenapa ibu tidak mau dirawat
dirumah sakit? Disanakan ibu bisa ditangani dengan baik oleh dokter” ucapku
pada ibu saat dia sudah sampai dikamarnya. “ibu tidak suka makanan rumah
sakit”. Ucapnya. “ibu… tapi, itu untuk kebaikan ibu”. Ucapku lagi. “ibu akan
merasa lebih baik pada saat ibu
berkumpul dengan keluarga”. Ucapnya lagi tak mau kalah. Akupun tidak bisa
berkata apa-apa lagi.
Seperti biasanya aku sudah berada
didepan TV menonton acara komedi favoritku. Tapi perasaanku tidak pernah
tenang. Aku tidak tahu mengapa perasaanku tiba-tiba seperti ini. akupun
beranjak menuju kamar ibuku. Aku melihatnya tidur begitu pulas dan beberapa
hari ini keadaannya sudah semakin membaik. Perasaanku sedikit lega melihatnya,
aku kembali menonton TV. Tiba-tiba air mataku mengalir tanpa henti. Aku
merasakan ada hal aneh yang terjadi pada diriku. Tingkah lucu para comedian di
TV tidak mampu membuatku tertawa tapi semakin membuat aku menangis tanpa henti.
Akupun segera mematikan TV dan segera tidur.
Aku terbangun dengan perasaan yang
lebih tenang. Aku segera berjalan menuju kamar ibuku. “ibu…”. Ucapku. Tapi dia
tidak menjawab panggilanku. Aku beranjak mendekatinya dan nafasku seperti berhenti seketika. “ibu…”
ucapku lagi. “iya nak. Ada apa?”. Mendengar suranya membuatku sangat lega.
“kenapa kamu belum siap-siap kesekolah?” Tanyanya lagi. “hari ini aku tidak mau
kesekolah, aku mau menemani ibu” ucapku sambil duduk disamping tempat tidurnya.
“kamu tidak boleh membolos, cepat mandi sana”. ucapnya. “tapi buu…”. “tidak ada
kata tapi. Cepat pergi mandi”. Dengan wajah kecewa akupun beranjak dari kamar
ibuku.
Beberapa menit kemudian, akupun masuk kembali
kekamar ibuku. “bu aku berangkat sekolah dulu”. Ucapku sambil mencium tangannya
yang begitu hangat.
***
Bel tanda istirahat berbunyi. Teman
sekelaskupun berhamburan keluar kelas. Hanya tinggal aku sendiri yang berada
dikelas. Aku merasa sangat malas sekolah hari ini dan bahkan untuk pergi makan
dikantipun aku sangat malas. TEETTT… HP dalam tasku bergetar. Aku segera
mengambilnya, kulihat no Ayahku yang tertera pada panggilan masuk. “Halo… ada
apa Ayah?” ucapku dengan perasaan yang tidak tenang. Terdengar isak tangis dibalik
telepon. “nak… ibu.. ibumu sudah tidak ada”. Ucapnya dengan suara bergetar. Aku
hanya terdiam, air mata seketika membasahi pipiku. Seluruh tubuhku terasa lemas
dan kakiku tidak mampu menahan tubuhku. Akupun terjatuh, beberapa teman
sekelasku segera menghampiriku dengan wajah cemas. “kamu kenapa?” ucap salah
satu temanku. Tidak ada yang mampu kuucapkan hanya tangisku yang semakin keras.
beberapa temanku membantuku berdiri dan mereka mengantar aku pulang.
Sesampainya dirumah, aku melihat benderah
putih terpasang didepan rumah dan beberapa tetangga yang datang dirumaku dan aku
melihat mereka menangis. Aku berjalan lunglai menuju kedalam rumah “Nak, ibumu
sudah tidak ada lagi”. ucap ayahku sambil memeluk erat tubuhku. Tubuhku seperti
melayang, pikiranku kacau dan tangiskupun memecah. “ibuuu..” teriakku disela
tangis. Ayahku semakin memelukku. “sabar nak… sabar…”. Ucapnya sambil menangis.
“ibu…”. Teriakku lagi, aku tidak mampu menahan tangisku yang semakin
keras. akupun segera menghampiri ibuku
yang sudah terbujur kaku, aku memeluknya dan memegang tangannya yang sudah
dingin. “ibu.. kenapa ibu meninggalkan aku secepat ini. bahkan aku belum
menjadi orang yang sukses. Tapi, ibu sudah meninggalkan aku”. ucapku sambil
menangis tanpa henti. “sabar nak… sabar… ikhlaskan ibumu”. Ucap salah satu
tanteku. “ibu… aku masih tidak sanggup tanpa ibu, bu bangun buu”. Air mataku
mengalir tanpa henti. “ikhlaskan ibumu nak, dia akan sedih melihat kamu, jika
kamu seperti ini”. ucap Ayahku. “ibu, aku berjanji sama ibu. Aku akan menjadi
anak yang bisa membanggakan ibu dan akan menjadi orang yang sukses seperti yang
ibu harapkan”. Ucapku lagi dengan terengah-ngah.
Saat aku melihat ibuku telah berada
dikeranda, akupun tak kuasa menahan tangisku. Tubuhku terasa lemas dan seketika
semuanya terasa gelap. Terdengar suara yang memanggilku, dan tubuhkupun
diguncang-guncangkan. Aku berusaha membuka mataku. “ibu..”. “sabar nak”.
Terlihat ayahku sedang memelukku.
Beribu penyesalan terlintas
dibenakku. Mengapa aku tidak pernah memperlakukan ibuku dengan baik, mengapa
aku masih sering berkata kasar padanya bahkan aku pernah mengacuhkan dia hanya
karena sedang asyik menonton TV.
THE END
“kasih sayang seorang ibu takkan
pernah ada hentinya dan gantinya.. Ibu selalu memberikan kasih sayang tanpa
mengharapkan balasan karena Kasih ibu bagai sang Surya yang menyinari dunia”.
I LOVE YOU IBU
Tdk perlu menyesali sesuatu yg terlah terjadi, hrus kmau lakukan adalah tetap mendoakannya, tenang di sana :)
ReplyDeleteIYA. penyesalan sudah tak ada artinya. tapi yang terpenting sekarang berbuat yang terbaik untuk ibuku.
ReplyDelete