Friday 20 December 2013

Dalam rangka memperingati hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. saya akan berbagi sebuah cerita tentang kasih sayang seorang ibu yang tidak akan ada Hentinya dan Gantinya. cerita ini terinspirasi dari kasih sayang yang telah saya dapatkan dari IBU.

 SELAMAT MEMBACA...

KASIH IBU SEPANJANG MASA
Hari ini aku  berangkat kesekolah seperti biasanya. Semua perlengkapan yang aku butuhkan semuanya sudah aku siapkan. “Nak, jangan lupa membawa bekal”. Ucap ibuku dari kamarnya. “hari ini aku tidak bisa membawa bekal bu, aku bangun kesingan bu”. Seruku dengan raut wajah sedih. “maaf nak, ibu tidak bisa mempersiapkan sarapan kamu seperti dulu lagi. Ibu hanya bisa berbaring dan menyusahkanmu”. Aku tidak mampu membendung air mataku mendengar ucapan ibuku. Sesegera mungkin aku mengahapus air mataku dan berjalan menuju kamar ibuku. “ibu tidak pernah menyusahkan aku, tapi aku yang selalu menyusahkan ibu”. Ucapku sambil memeluknya dengan erat.
            Aku sangat sedih melihat ibuku yang hanya bisa berbaring di tempat tidur. Penyakit stroke yang meyerangnya sebulan yang lalu membuat sebagian tubuhnya lumpuh. Kini tubuhnya semakin kurus, bahkan dia tidak bisa bangun sendiri dan makan sendiri.
            Senyum manis terpancar dibibirnya. “kamu harus belajar baik-baik disekolah, dan ingat jangan nakal”. Ucapnya sambil membelai rambutnya dengan lembut. Kebiasaannya tersebut tidak pernah hilang meski dengan keadaannya seperti ini. “iya bu, aku berangkat dulu”. Ucapku sambil mecium tangannya. Aku berusaha menahan air mataku, tapi hal itu sia-sia karena kini pipiku sudah basah. “ibu tidak suka kalau kamu cengen seperti ini, cepat hapus air matamu. Kalau kamu sedih seperti ini, ibu juga ikutan sedih”. Ibu menatapku dengan penuh kecemasan.
                                                                        ***     
            Hari ini aku duduk dengan santai didepan TV melihat acara favoritku. Terdengar suara panggilan ibu dari kamar. “Nak, tolong ambilkan ibu air”. Teriaknya. “tunggu dulu bu”. Ucapku sedikit kesal. “Ibu haus. Tolong ambilkan air nak”. Teriaknya lagi tidak sabaran. Aku hanya mengabaikan teriakannya itu dan tetap memperhatikan acara TV. Dia mengulang-ulang teriakannya. Aku kesal mendengarnya yang tidak pernah berhenti berteriak. Akhirnya aku mengambilkan air. “Ini bu. Kenapa ibu tidak sabaran sekali”. Ucapku sedikit membentaknya. “ibu haus nak”. Ucapnya. “bagaimana ibu tidak haus kalau selalu teriak-teriak begitu”. Ucapku lagi. “maafkan ibu nak”. Ucapnya dengan raut wajah sedih. Aku hanya pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan apa-apa.
            Jam sudah menunjukkan pukul 19.00. akupun mempersiapkan makan malam ibuku. Seperti biasa, aku membantunya bangun dari tempat tidurnya dan memindahkannya dikursi roda. Aku menyuapi dia. “nak, maafkan ibu”. Ucapnya disela-sela dia menguyah makanannya. “kenapa ibu selalu meminta maaf?”. Tanyaku tiba-tiba. “karena ibu tidak bisa menjadi ibu yang kamu harapkan. Ibu hanya bisa menyusahkanmu. Di usia kamu saat ini masih sangat membutuhkan kasih sayang ibu. Tapi bukan kasih sayang yang ibu berikan melainkan kesusahan”. Aku hanya menunduk mendengar ucapannya. Disaat dia dalam keadaan seperti ini, dia masih saja memikirkanku. Tapi, aku malah membentaknya saat dia hanya meminta segelas air, kini air mataku mengalir tanpa henti. Rasa kesal pada diriku tidak dapat aku lupakan. Ingin rasanya aku memaki diriku tanpa henti. “maafkan aku buuu…” hanya itu yang mampu aku ucapkan disela tangisku. Diapun memelukku. “bahkan sebelum kamu meminta maaf, ibu sudah memaafkanmu. Sudah jangan nangis lagi, ibu tidak suka setiap kamu melihat ibu kamu selalu menangis”. “bukan ibu yang seharusnya meminta maaf tapi aku, karena aku tidak bisa menjadi anak yang bisa ibu andalkan”. dia hanya tersenyum. “kamu sudah menjadi anak yang sangat ibu banggakan. Sudah jangan menangis lagi”. Akupun memnghapus air mataku dan melanjutkan untuk menyuapi ibuku dengan penuh kasih sayang.
***
            “Nak, ibu selalu berdoa semoga kamu kelak akan menjadi orang yang sukses”.ucapku ibuku saat aku masuk kedalam kamarnya. “Aku berharap semoga Allah memberikan umur yang panjang pada ibu dan ibu bisa melihatku ketika menjadi orang yang sukses”. Ucapku penuh harap. “tapi ibu berharap semoga Allah cepat mencabut nyawa ibu supaya ibu tidak pernah menyusahkanmu lagi”. aku sangat kaget mendengar perkataan ibuku. “ibu… aku tidak suka ibu berkata begitu. Ibu tidak pernah menyusahkan aku”. ucapku sedikit kesal.
            Akhir-akhir ini penyakit ibuku semakin parah. Ayahku telah membawanya kerumah sakit dan bahkan berobat secara tradisonal, tapi semua itu sia-sia. Seminggu dirumah sakit, ibuku sudah merengek untuk pulang kerumah. Dia memang sangat tidak suka berada ditempat itu dan memilih dirawat dirumah. Akhirnya, ayahku mengabulkan permintaannya.
            “kenapa ibu tidak mau dirawat dirumah sakit? Disanakan ibu bisa ditangani dengan baik oleh dokter” ucapku pada ibu saat dia sudah sampai dikamarnya. “ibu tidak suka makanan rumah sakit”. Ucapnya. “ibu… tapi, itu untuk kebaikan ibu”. Ucapku lagi. “ibu akan merasa lebih baik  pada saat ibu berkumpul dengan keluarga”. Ucapnya lagi tak mau kalah. Akupun tidak bisa berkata apa-apa lagi.
            Seperti biasanya aku sudah berada didepan TV menonton acara komedi favoritku. Tapi perasaanku tidak pernah tenang. Aku tidak tahu mengapa perasaanku tiba-tiba seperti ini. akupun beranjak menuju kamar ibuku. Aku melihatnya tidur begitu pulas dan beberapa hari ini keadaannya sudah semakin membaik. Perasaanku sedikit lega melihatnya, aku kembali menonton TV. Tiba-tiba air mataku mengalir tanpa henti. Aku merasakan ada hal aneh yang terjadi pada diriku. Tingkah lucu para comedian di TV tidak mampu membuatku tertawa tapi semakin membuat aku menangis tanpa henti. Akupun segera mematikan TV dan segera tidur.
            Aku terbangun dengan perasaan yang lebih tenang. Aku segera berjalan menuju kamar ibuku. “ibu…”. Ucapku. Tapi dia tidak menjawab panggilanku. Aku beranjak mendekatinya dan  nafasku seperti berhenti seketika. “ibu…” ucapku lagi. “iya nak. Ada apa?”. Mendengar suranya membuatku sangat lega. “kenapa kamu belum siap-siap kesekolah?” Tanyanya lagi. “hari ini aku tidak mau kesekolah, aku mau menemani ibu” ucapku sambil duduk disamping tempat tidurnya. “kamu tidak boleh membolos, cepat mandi sana”. ucapnya. “tapi buu…”. “tidak ada kata tapi. Cepat pergi mandi”. Dengan wajah kecewa akupun beranjak dari kamar ibuku.
 Beberapa menit kemudian, akupun masuk kembali kekamar ibuku. “bu aku berangkat sekolah dulu”. Ucapku sambil mencium tangannya yang begitu hangat.
***
            Bel tanda istirahat berbunyi. Teman sekelaskupun berhamburan keluar kelas. Hanya tinggal aku sendiri yang berada dikelas. Aku merasa sangat malas sekolah hari ini dan bahkan untuk pergi makan dikantipun aku sangat malas. TEETTT… HP dalam tasku bergetar. Aku segera mengambilnya, kulihat no Ayahku yang tertera pada panggilan masuk. “Halo… ada apa Ayah?” ucapku dengan perasaan yang tidak tenang. Terdengar isak tangis dibalik telepon. “nak… ibu.. ibumu sudah tidak ada”. Ucapnya dengan suara bergetar. Aku hanya terdiam, air mata seketika membasahi pipiku. Seluruh tubuhku terasa lemas dan kakiku tidak mampu menahan tubuhku. Akupun terjatuh, beberapa teman sekelasku segera menghampiriku dengan wajah cemas. “kamu kenapa?” ucap salah satu temanku. Tidak ada yang mampu kuucapkan hanya tangisku yang semakin keras. beberapa temanku membantuku berdiri dan mereka mengantar aku pulang.
            Sesampainya dirumah, aku melihat benderah putih terpasang didepan rumah dan beberapa tetangga yang datang dirumaku dan aku melihat mereka menangis. Aku berjalan lunglai menuju kedalam rumah “Nak, ibumu sudah tidak ada lagi”. ucap ayahku sambil memeluk erat tubuhku. Tubuhku seperti melayang, pikiranku kacau dan tangiskupun memecah. “ibuuu..” teriakku disela tangis. Ayahku semakin memelukku. “sabar nak… sabar…”. Ucapnya sambil menangis. “ibu…”. Teriakku lagi, aku tidak mampu menahan tangisku yang semakin keras.  akupun segera menghampiri ibuku yang sudah terbujur kaku, aku memeluknya dan memegang tangannya yang sudah dingin. “ibu.. kenapa ibu meninggalkan aku secepat ini. bahkan aku belum menjadi orang yang sukses. Tapi, ibu sudah meninggalkan aku”. ucapku sambil menangis tanpa henti. “sabar nak… sabar… ikhlaskan ibumu”. Ucap salah satu tanteku. “ibu… aku masih tidak sanggup tanpa ibu, bu bangun buu”. Air mataku mengalir tanpa henti. “ikhlaskan ibumu nak, dia akan sedih melihat kamu, jika kamu seperti ini”. ucap Ayahku. “ibu, aku berjanji sama ibu. Aku akan menjadi anak yang bisa membanggakan ibu dan akan menjadi orang yang sukses seperti yang ibu harapkan”. Ucapku lagi dengan terengah-ngah.
            Saat aku melihat ibuku telah berada dikeranda, akupun tak kuasa menahan tangisku. Tubuhku terasa lemas dan seketika semuanya terasa gelap. Terdengar suara yang memanggilku, dan tubuhkupun diguncang-guncangkan. Aku berusaha membuka mataku. “ibu..”. “sabar nak”. Terlihat ayahku sedang memelukku.
            Beribu penyesalan terlintas dibenakku. Mengapa aku tidak pernah memperlakukan ibuku dengan baik, mengapa aku masih sering berkata kasar padanya bahkan aku pernah mengacuhkan dia hanya karena sedang asyik menonton TV.
THE END
“kasih sayang seorang ibu takkan pernah ada hentinya dan gantinya.. Ibu selalu memberikan kasih sayang tanpa mengharapkan balasan karena Kasih ibu bagai sang Surya yang menyinari dunia”.
I LOVE YOU IBU

2 comments:

  1. Tdk perlu menyesali sesuatu yg terlah terjadi, hrus kmau lakukan adalah tetap mendoakannya, tenang di sana :)

    ReplyDelete
  2. IYA. penyesalan sudah tak ada artinya. tapi yang terpenting sekarang berbuat yang terbaik untuk ibuku.

    ReplyDelete